Ilustasi air zam zam. Foto: Wikimedia Commons Air zamzam dianggap sebagai air suci bagi umat Muslim. Zam zam sendiri merupakan sumur atau mata air yang terletak di Kawasan Masjidil Haram, di sebelah tenggara Kakbah dengan kedalaman 42 meter. Asal usul air zam zam tidak bisa dilepas dari rangkaian kisah yang dialami oleh keluarga Nabi Ibrahim as. Menurut riwayat, mata air zam zam ditemukan oleh Siti Hajar dan anaknya Ismail. Siti Hajar merupakan istri kedua Nabi Ibrahim yang ditinggalkan di padang gurun. Untuk mengetahui asal usul air zam zam lebih lanjut, simak kisahnya di bawah ini. Ilustrasi Sumur air zamzam. Foto: Mohammad Bahareth via Wikimedia CommonsDikutip dari buku Mukjizat Penyembuhan Air Zamzam oleh Badiatul Muchlisin Asti, Siti Hajar dan anaknya ditinggalkan di tengah gurun pasir oleh Nabi Ibrahim karena Sarah. Istri pertama Nabi Ibrahim itu tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya. Oleh karena itu, Sarah meminta kepada Nabi Ibrahim untuk mengungsikan Hajar dan Ismail ke tempat yang jauh. Konon, Siti Hajar dan Ismail meninggalkan rumah dengan hanya berbekal buah kurma dan sekantong air. Ketika bekal makanan dan minuman keduanya telah habis, Siti Hajar kebingungan karena air susunya pun tidak mau keluar. Ismail yang meronta kehausan membuat Siti Hajar sedih. Bayi Ismail bahkan menghentak-hentakkan tumitnya ke tanah dan menjerit dengan keras. Kemudian ia memutuskan untuk pergi mencari air karena tidak sanggup lagi mendengar tangisan anaknya. Siti Hajar berlari ke Bukit Shafa, bukit terdekat dari tempatnya bermukim. Namun setelah sampai di bukit itu, ia tidak melihat seorang pun dan memutuskan untuk turun dan berlari menuju bukit yang lebih tinggi, yakni Bukit Marwah. Di bukit tersebut ia juga tidak menemukan seorang pun. Tak putus asa, Siti Hajar terus bolak balik dari bukit Shafa dan Marwa sampai tujuh kali. Allah kemudian memberi keajaiban dan mengirimkan malaikat Jibril untuknya. Ketika berada di puncak Marwa, Siti Hajar mendengar suara Malaikat Jibril. Ia mencari suara tersebut, dan menemukan Malaikat Jibril tengah berdiri di sebuah tempat dan menggali tanah dengan sayapnya. Dari galian tersebut, menyemburlah air yang begitu deras. Tak menyia-nyiakan kesempatan itu, Siti Hajar segera mengisi kantongnya dengan air tersebut. Dikutip dari buku 99 Kisah Menakjubkan Di Alquran oleh Ridwan Abqary, walaupun Siti Hajar telah membendungnya menggunakan batu, air itu terus menerus memancar dan mengalir. Kemudian Siti Hajar meneriakkan kata Zamzam yang berarti berhenti mengalir. Inilah yang kemudian dikenal sebagai Air Zam zam saat ini. Momen Siti Hajar berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah tidak dapat dilupakan begitu saja dalam sejarah Islam. Untuk mengenang peristiwa tersebut, umat Muslim melakukan Sa’i sebagai salah satu rukun ibadah Haji. Kisah ini mengingatkan manusia agar selalu berusaha, yakin akan pertolongan Allah, dan tidak boleh berputus asa dalam menghadapi situasi apapun. Zamzam (bahasa Arab: زمزم berarti banyak, melimpah-ruah) adalah air yang dianggap sebagai air suci oleh umat Islam. Zamzam merupakan sumur mata air yang terletak di kawasan Masjidil Haram, sebelah tenggara Kabah, berkedalaman 42 meter. Banyak peziarah yang melakukan ibadah Haji dan Umrah yang berkunjung ke sumur Zamzam, dan sebagian membawa pulang air Zamzam sebagai oleh-oleh.
Lokasi sumur Zamzam di Mekkah, Arab Saudi Air Zamzam dalam botol kemasan.Menurut ulama, tidak masalah membawa air Zamzam ke kampung halamannya. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Barangsiapa yang membawa sesuatu dari air Zamzam, sungguh ulama-ulama salaf (zaman dahulu) telah melakukannya (dan itu tidak masalah)."[1] Menurut riwayat, mata air tersebut ditemukan pertama kali oleh Siti Hajar setelah berlari-lari bolak-balik antara bukit Shafa dengan bukit Marwah, atas petunjuk Malaikat Jibril, tatkala Nabi Ismail, putera Hajar, mengalami kehausan di tengah padang pasir, sedangkan persediaan air tidak ada kemuliaan lewat air Zamzam melalui perintah Allah Ta'ala. Maka Allah mengutus Malaikat Jibril. Sesaat setelah Jibril menghentak kaki - yang kemudian menjadi tempat Zamzam itu, ibunda Nabi Ismail menampung air yang mengalir dengan menggali tanah di sekitar keluar airnya itu agar air itu tak hilang ketika dia ambil kantong minumnya. Rasulullah melanjutkan, "Andai ibu Ismail tidak menampung air itu, tentu sekarang sumur Zamzam sudah jadi mata air yang mengalir." Jibril kemudian menceritakan bahwa lokasi itu kelak adalah Baitullah yang akan dibangun Ibrahim AS dan Ismail AS.[2] Peristiwa itu terjadi 1910 SM, 2572 tahun sebelum kelahiran Rasulullah, atau sekitar 4000 tahun yang lalu.[3] Sumur Zamzam terletak 11 meter dari Ka'bah. Menurut salah satu keterangan, ia dapat menyedot air sebanyak 11-18,5 liter per detik,[4] sehingga dapat menghasilkan 660 liter air permenit dan 39.600 liter per jamnya. Dari mata air ini terdapat beberapa celah, di antaranya ada celah ke arah Hajar Aswad dengan panjang 75 cm, dengan tinggi 30 cm yang juga menghasilkan air sangat banyak. Beberapa celah mengarah kepada Shafa dan Marwa,[5] serta ada yang mengarah pula ke arah pengeras suara dengan panjang 70 cm dan tinggi 30 cm.[4] Dahulu, di atas sumur Zamzam ada bangunan dengan luas 8 m × 10,7 m = 88.8 m2. Tapi bangunan ini ditiadakan untuk meluaskan tempat tawaf, sehingga ruang minumnya dipindahkan ke ruang bawah tanah di bawah tempat tawaf, dengan 23 anak tangga yang dilengkapi penyejuk udara. Tempat masuk ruang minumnya terpisah antara laki-laki dan perempuan. Di situ, terdapat 350 keran air minum, yaitu 220 ada di sisi ruang laki-laki dan 130 di sisi ruang perempuan. Sumur Zamzam yang telah dipagari dengan kaca tebal itu dapat dilihat dari ruangan laki-laki .[5] Sumur zamzam digali dengan tangan. Kedalaman sumur zamzam adalah sekitar 30 m (98 ft) dan diameternya sekitar 108 hingga 266 m (354 hingga 873 ft). Awalnya air dari sumur diambil menggunakan selang dan ember, tapi sekarang sumur itu berada di dalam ruang bawah tanah yang dapat dilihat dari balik panel kaca (pengunjung tidak diizinkan untuk memasuki ruangan ini). Pompa eletronik memompa zamzam; zamzam yang dipompa tersebut tersedia di seluruh penjuru Masjidil Haram melalui pancuran air[6] Secara hidrogeologi, sumur ini berada di Wadi Ibrahim. Bagian atas sumur ini terletak di lembah aluvium yang berpasir, yang dilapisi dengan batu bata, kecuali pada bagian puncak (3 ft) yang memiliki "kerah" beton. Bagian bawah berada di batuan dasar. Di antara aluvium dan batuan dasar terdapat sebuah bagian berukuran 1⁄2-meter (1 ft 8 in) yang terbuat dari batuan lapuk berpori, dilapisi dengan batu, dan inilah bagian yang menyediakan air utama masuk ke dalam sumur. Air di dalam sumur berasal dari serapan air hujan di Wadi Ibrahim Survei Geologi Arab Saudi memiliki Pusat Penelitian dan Studi Zamzam yang menganalisis sifat teknis sumur ini dengan rinci. Tingkatan air dipantau oleh hidrograf, menganalisis sifat teknis sumur secara rinci. Tingkat air dipantau oleh hidrograf, yang akhir-akhir ini telah berubah menjadi sistem pemantauan digital yang memantau tingkat air, konduktivitas listrik, pH, Eh, dan suhu. Semua informasi ini terus-menerus diperbarui, yang mana informasi ini tersedia lewat Internet. Sumur lainnya di seluruh lembah juga telah dibangun, beberapa sumur dengan perekam digital, untuk memantau respons dari sistem akuifer lokal.[6] Air zamzam tidak berwarna dan tidak berbau, namun memiliki rasa yang berbeda, dengan pH 7,5–7,7; yang menunjukkaan bahwa air zamzam merupakan larutan basa sampai batas tertentu.[7]
Dalam satu riwayat, dikatakan bahwa air Zamzam inilah yang dipakai untuk mencuci hati nabi. Dikatakan, selekas menyeberang sirath, manusia akan minum air Zamzam dan keringat mereka jadi lebih harum daripada kesturi. Di dalam dada mereka, tiada lagi kegelisahan, pengkhianatan, kedengkian, dan kebencian. Lantas, merekapun masuk surga.[9] Asy-Syaukani Rahimahullah menafsirkan makna sabda Rasulullah tentang 'air Zamzam itu tergantung tujuan orang yang meminumnya' itu merupakan dalil bahwa air Zamzam akan mendatangkan berbagai macam manfaat sesuai tujuan yang diinginkan orang yang meminumnya, baik yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat duniawi dan ukhrawi. Al-Munawi dalam "Faidh al-Qadir" menyebutkan bahwa banyak ulama yang meminum air Zamzam dengan tujuan mereka, dan kemudian mereka pun mendapatkannya. Siapapun yang meminumnya dengan ikhlas, maka mereka akan mendapat pertolongan. Ummul-Mu'minin Aisyah R.ha diriwayatkan biasanya juga membawa air Zamzam ini sebagai oleh-oleh tiapkali mengunjungi Makkah.[3] Nama-nama lainFaidah-faidah Zamzam ini juga dikenal dalam nama-nama Arab berikut ini:[1][10]
Nama-nama yang berikut ini, didapati semua dari hadits-hadits hasan dan sahih.[11] Ibnul-Qayyim rahimahullahu 'alaih berkata, "Aku dan selain diriku telah megalami perkara yang ajaib tatkala berobat dengan air Zamzam. Dengan izin Allah, aku telah sembuh dari beberapa penyakit yang menimpaku. Aku juga menyaksikan seseorang yang telah menjadikan air Zamzam sebagai makanan selama beberapa hari, sekitar setengah bulan atau lebih. Ia tidak mendapatkan rasa lapar, ia melaksanakan thawaf sebagaimana manusia yang lain. Ia telah memberitahukan kepadaku bahwa, ia terkadang seperti itu selama empat puluh hari. Ia juga mempunyai kekuatan untuk berjima', berpuasa, dan melaksanakan tawaf."[11] Ibnul Qayyim melanjutkan, "Ketika berada di Mekkah, aku mengalami sakit dan tidak ada tabib dan obat (yang dapat menyembuhkannya). Akupun mengobatinya dengan meminum air Zamzam dan membacakan atasnya berulangkali (dengan al Fatihah), kemudian aku meminumnya. Aku mendapatkan kesembuhan yang sempurna. Akupun menjadikannya untuk bersandar ketika mengalami rasa sakit, aku benar-benar banyak mengambil manfaat darinya."[11] Food Standards Agency di Britania Raya pernah mengeluarkan peringatan mengenai penjualan air yang diklaim sebagai air yang berasal dari sumur Zamzam, karena air tersebut mengandung kadar arsenik yang tinggi.[12] Pemerintah Saudi sendiri telah melarang ekspor air Zamzam.[13] Pada Mei 2011, investigasi BBC London menemukan bahwa air yang diambil dari keran yang terhubung dengan sumur Zamzam mengandung kadar nitrat yang tinggi, bakteri yang mungkin berbahaya, dan kadar arsenik yang tiga kali lebih tinggi daripada batas legal di Britania Raya, sama dengan air Zamzam ilegal yang dijual di Britania Raya.[14] Arsenik merupakan bahan karsinogen, sehingga memunculkan kekhawatiran bahwa mereka yang meminum air Zamzam dalam jumlah besar dapat menghadapi risiko kanker yang lebih tinggi. Penemuan BBC telah mendapatkan tanggapan yang beragam dari komunitas Muslim.[15] Pemerintah Saudi telah menyatakan bahwa air dari sumur Zumzum sudah diuji oleh Laboratorium CARSO-LSEHL di Lyon yang memiliki lisensi dari Kementerian Kesehatan Prancis untuk menguji air minum. Menurut data laboratorium tersebut, kandungan arsenik di dalam air Zamzam yang diambil langsung dari sumbernya jauh lebih rendah daripada kadar maksimal yang diizinkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.[16] Maka dari itu, pemerintah Saudi menyimpulkan bahwa air ini layak dikonsumsi oleh manusia.[17]
|