Jakarta - Profesor Geery van Klinken menengarai konservatisme kelas menengah tumbuh di Indonesia. Konservatisme kelas menengah ini perlu mendapat perhatian oleh organisasi massa Islam seperti Muhammadiyah. Dakwah Muhammadiyah sangat pas menyentuh kelas menengah ini. Pasalnya, Muhammadiyah telah berpengalaman dalam mengelola dakwah kelas menengah (pedagang dan pegawai). Dakwah kelas menengah inilah yang tampaknya kini menjadi tantangan Muhammadiyah di abad kedua. Abad kedua Muhammadiyah dipenuhi dengan tanda kemodernan dan kemajuan teknologi informasi yang sangat cepat. Masyarakat lebih banyak memegang HP (smartphone) dibandingkan bersosialisasi secara langsung. Masyarakat lebih suka berteman dengan banyak grup di jejaring sosial, daripada mereka membangun harmoni secara langsung. Bahkan, mereka seringkali mendapatkan "pemahaman" agama dari grup WhatsApp dibandingkan dari buku atau kitab yang sahih. Potret keberagamaan dari media sosial inilah yang perlu digarap oleh Muhammadiyah, yang kini telah berusia 105 tahun (18 November 1912-18 November 2017). Usia lebih dari seabad inilah yang memungkinkan Muhammadiyah dapat melahirkan tajdid (pembaharuan) di era digital. Literasi DigitalTajdid Muhammadiyah itu kini perlu mengarah pada model dan penerapan literasi digital. Literasi digital adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan piranti digital dengan efektif dan efisien. Kemampuan ini pun menuju pada proses kritis dalam menyerap dan menerima informasi yang muncul dari piranti digital. Seseorang yang terliterasi (melek media) akan mampu dengan sendirinya menyaring setiap informasi. Mereka akan bersikap tentang informasi yang didapatkan. Apalagi informasi itu terkait dengan keimanan. Dakwah di era digital inilah yang perlu mendapat sentuhan dari Muhammadiyah.Potret dakwah Muhammadiyah untuk kelas menengah membutuhkan sentuhan alat baca atau ilmu sosial baru. Pasalnya, kelas menengah bukan "orang bodoh". Mereka sangat lekat dengan teknologi informasi dan kemajuan zaman. Oleh karena itu ragam pendekatannya pun perlu masuk dalam relung dakwah kekinian dengan semangat Islam wasathiyah (moderat) yang menjadi ciri Persyarikatan Muhammadiyah. Dakwah Muhammadiyah amar ma'ruf nahi munkar selayaknya didorong pada proses penyadaran dan keberpihakan Persyarikatan terhadap fenomena kelas menengah yang terus tumbuh. Kelas menengah mempunyai ekonomi yang relatif mapan, namun ideologi mereka cenderung rapuh. Konservatisme kelas menengah menjadi penanda betapa ideologi Islam wasathiyah --Islam Berkemajuan-- belum menjadi laku mereka. Islam Berkemajuan menjadi ciri gerakan Muhammadiyah sejak awal. Kiai Dahlan beserta muridnya terus menyuarakan Islam sebagai ilmu (meminjam istilah Kuntowijoyo) dalam mengurai permasalahan umat. Islam Berkemajuan pun menjadi semacam panduan berislam di tengah kejumudan dan ketaqlidan umat kala itu.Tafsir sosial Islam Berkemajuan kini menjadi sebuah keniscayaan. Islam Berkemajuan perlu membaca fenomena umat yang ingin serba instan namun tetap fashionable. Mereka menginginkan Islam yang praktis, namun bermakna. Kebermaknaan inilah yang seringkali hilang dari kelas menengah muslim. Mereka hanya ingin dilihat fashionable dan praktis, namun tidak memiliki pijakan yang kuat. Aktif Bersuara Muhammadiyah perlu menyiapkan seperangkat piranti guna mewarnai kehidupan keagamaan yang didapatkan masyarakat dari media. Situs-situs web Muhammadiyah perlu terus aktif menyuarakan Islam Berkemajuan agar mereka mendapatkan informasi yang berimbang tentang pemahaman keagamaan. Situs-situs web Muhammadiyah dan saluran-saluran dakwah yang diselenggarakan oleh aktivis Persyarikatan yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan ini perlu aktif bersuara. Mereka perlu menyuarakan Islam Berkemajuan sebagaimana inti gerakan dakwah Muhammadiyah. Aktifnya suara dari Muhammadiyah ini akan mampu membendung arus konservatisme yang kian massif masuk dalam sendi kehidupan kaum kelas menengah. Kelas menengah perlu diberi alternatif beragama yang inklusif agar mereka mampu menerapkan keagamaan dan keberagamaan di tengah masyarakat yang plural. Suara Islam Berkemajuan itu juga sangat penting sebagai "arus tandingan" media dakwah konservatif. Sebagai arus tandingan dan media alternatif yang akan menjadi arus utama, Muhammadiyah perlu menguatkan basis kekuatan yang mendukung gerakan dakwah ini.Muhammadiyah dapat menggandeng akademisi dan praktisi yang berjejaring di bawah universitas yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka dapat menjadi content creator yang akan terus menyuarakan Islam Berkemajuan. Menguatkan basis dakwah di era digital ini akan menjadi ciri tajdid di abad kedua. Abad di mana Muhammadiyah akan ditantang oleh hal-hal baru yang tak kalah pelik dibandingkan dengan abad pertama. Kader Literasi Oleh karena itu, menyiapkan kader melek media (terliterasi) menjadi sebuah keniscayaan. Kader itu dapat dicetak melalui kerja sama Majelis Pendidikan Kader dan Majelis Pustaka Informasi, didukung oleh seluruh jurusan Ilmu Komunikasi/Komunikasi Penyiaran Islam dan Teknik Informatika di bawah naungan Universitas Muhammadiyah se-Indonesia. Saat Muhammadiyah mempunyai banyak kader literasi digital, maka ia akan siap menghadapi perubahan dan tantangan zaman. Terutama dakwah kelas menengah agar mereka kembali kepada Islam yang inklusif, Islam wasathiyah, dan Islam Berkemajuan. Selamat Milad ke-105 Muhammadiyah! Semoga tantangan dakwah ini dapat menjadi amal saleh. Lebih dari itu, kesiapan Muhammadiyah menyiapkan kader literasi digital akan menjadi penanda zaman. Zaman di mana teknologi informasi menjadi "kaca" bagi umat dalam menimba ilmu dan beragama.Benni Setiawan dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan P-MKU Universitas Negeri Yogyakarta, Anggota Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah (mmu/mmu)
BIOGRAFI PENDIRI PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh yang berjasa dalam bidang pendidikan di Indonesia. Beliau mempunyai pribadi yang religius, kerja keras, dan jujur. Berkat keikhlasan beliau dalam mendidik anak bangsa, maka generasi muda Indonesia dapat menikmati pendidikan yang baik. KH.Ahmad Dahlan mempunyai latar belakang yang berasal dari keluarga seorang bangsawan keagamaan, ayah beliau merupakan ulama yang bernama Kiai Haji Abu Bakar Ibn Kiai Haji Sulaiman (Siti Chamamah Soeratmo, 2009:78). Beliau dilahirkan di Nitikan dan dan dibesarkan di kampung Kauman, beliau berasal dari keluarga yang penuh dengan nilai-nilai keislaman (Majelis Ekonomi Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, 2015:16). Sejak kecil, beliau KH. Ahmad Dahlan telah aktif dalam kegiatan keagamaan di kampung Kauman. Beliau dikenal sebagai anak kecil yang bernama Muhammad Darwisy (Abdul Munir Mulkhan, 2010:5). Layaknya kehidupan anak kecil di Indonesia, K.H. Ahmad Dahlan pada waktu kecil juga merasakan masa kecil yang bahagia (Imran Mustafa, 2018:27). Beliau tumbuh dan berkembang dengan berbagai proses belajar dan bermain dengan permainan sederhana bersama teman-teman pada waktu kecil. KH.Ahmad Dahlan pada masa kecil diberikan waktu untuk bermain, namun tidak boleh meninggalkan sholat fardhu dengan berjama’ah dan dengan tepat waktu. Semasa kecil, beliau sudah dikenal ditengah-tengah masyarakat sebagai anak yang disiplin, taat beribadah, semangat belajar dan berjiwa pemimpin. Ahmad Dahlan menggunakan waktunya untuk beribadah dan menuntut ilmu. Hal tersebut dapat kita lihat dari keseharian beliau waktu kecil, diantaranya adalah rajin membaca al-Qur’an dan rajin membaca kitab-kitab klasik ulama zaman dahulu. Beliau menyelesaikan program membaca al-Qur’an 30 Juzz, yang sering kita dengar dengan istilah khatam pada usia 8 tahun (Adi Nugraha, 2015:17). Beliau juga senantiasa dalam bimbingan ayah beliau dengan cara memberikan pemahaman akhlak sehingga beliau tumbuh menjadi figure yang ramah, halus, dan juga mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Setelah dewasa beliau belajar kitab fikih bersama K.H. Muh. Saleh dan Ilmu Nahwu bersama K.H Muhsin. Beliau berdua merupakan kakak ipar K.H Ahmad Dahlan yang tinggal satu kampung dan berdampingan rumahnya. K.H Ahmad Dahlan juga berguru dengan K.H. Fadhlil (Kepala penghulu hakim kota Yogyakarta) dan KH. Abdul Hamid di Lempuyangan Wangi kota Yogyakarta. Beliau adalah seorang yang senantiasa berusaha memperdalam ilmu pengetahuan dan keislaman, beliau pernah melakukan perjalanan yang panjang untuk bertemu Kiai Sholeh Darat dalam rangka ngaji untuk bilasi (Imran Mustafa, 2015:35). Ahmad Dahlan menunaikan ibadah haji yang pertama dan memutuskan untuk sementara waktu tinggal diMekah (Abdul Munir Mulkhan, 2010:6). Tujuan beliau bersinggah di tanah suci adalah untuk memperdalam dan memperkuat ilmu Islam. Pada Ibadah Haji yang kedua, KH. Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dan berbaur dengan pemikiran dan pandangan pembaharu dalam dunia Islam, sepertiMuhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah (Syamsul Hidayat, 2014: 38). Perjalanan KH. Ahmad Dahlan dalam menuntut ilmu dilakukan dengan gigih, rajin dan semangat, beliau juga figur yang taat dalam beribadah, sehingga beliau menjadi matang dalam ilmu pendidikan maupun dalam ilmu agama. Ahmad Dahlan menikah dengan seorang perempuan yang bernamaSiti Walidah (Abdul Munir Mulkhan, 2010:7). Siti Walidah dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dalam bidang pendidikan dan kewanitaan. Atas jasa dan pengorbanan beliau, maka beliau berhasil mendirikan organisasi kewanitaan yang bernama Aisyiyah. Dari pernikahannya dengan Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan dikaruniai enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Salahsatu anak beliau senantiasa diajak untuk menimba ilmu di Makkah, ia bernama Siradj. Pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan berhasil mendirikan persyarikatan Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. KH Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam menurut tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits. Dalam ranah pendidikan, KH Ahmad Dahlan, beliau menguasai ilmu dengan cara belajar mandiri di dalam rumah dan masjid. Beberapa ilmu yang dikuasai adalah Nahwu, Fiqih, Falaq, Hadits, Qiroatul quran, Tasawuf, Pengobatan, dan Filsafat(Asep Purnama Bahtiar, 2004:9). KH. Ahmad Dahlan adalah sosok seorang yang gigih dalam menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu dunia, oleh sebab itu KH. Ahmad Dahlan mampu membuat suatu pergerakan yang bersejarah yang bernama Muhammadiyah. LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH Tepat pada tanggal 8 Djulhijah 1330 H, atau bertepatan dengan tanggal 18 Nopember 1912 M, Kiyai kharismarik dari kampung Kauman Yogyakarta mendirikan persyarikatan Islam yang dinamakan Muhammadiyah. Nama Muhammadiyah diambil dari Nama seorang Nabi dan Rasul yang membawa perubahan dan membawa cahaya kedamaian, beliau adalah nabi dan rasul agung Muhammad SAW, kemudian nama tersebut mendapatkan imbuhan ‘ya nisbiyah’ yang berarti pengikut. Dapat disimpulkan bahwa nama Muhammadiyah berarti umatnya Nabi Muhammad atau pengikutnya Muhammad. Dengan demikian, Muhammadiyah adalah persyarikatan yang bertujuan untuk menyebarluaskan agama Islam yang merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai bentuk ketaatan kepada Illahi Rabbi. K.H Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah berkaitan dengan beberapa faktor dan latar belakang yang terjadi di Indonesia. Saifullah mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terbentuknya Persyarikatan Muhammadiyah, diantaranya adalah berkaitan langsung dengan perjalanan biografi K.H Ahmad Dahlan, yang kedua, faktor realitas sosio-agama Indonesia, ketiga, faktor realitas sosio-pendidikan di Indonesia dan yang keempat, realitas sosio-politik Islam Hindia-Belanda (Syamsul Hidayat, 2014:5). Kondisi yang terjadi di masyarakat membuat hati KH. Ahmad Dahlan terketuk untuk memberikan perbuahan dalam bidang agama, pendidikan, sosial dan keagamaan. Pertama, Perjalan biografi Ahmad Dahlan yaitu melaksanakan ibadah haji yang pertama. Semangat ini didorong untuk meningkatkan aspek spiritualitas pribadinya dan meningkatkan ilmu agama Islam. Sepulang dari kota makkah, Ahmad Dahlan mulai risau dan gelisah dengan keadaan umat Islam Indonesia yang jauh dari sumber ajaran Islam, yaitu Al-Quran dan Sunnah. K.H Ahmad Dahlan menanggapi permasalahan ini dengan halus dan dengan cara sedikit demi sedikit mengubah pola berfikir masyarakat setempat pada waktu itu, beliau mulai melakukan perubahan dalam hal sholat dengan cara pembenahan arah kiblat dan memberikan garis pada shaf sholat sehingga menambah keutamaan sholat berjamaah. Kedua, K.H Ahmad Dahlan berpandangan bahwa Islam di Indonesia bisa dikatakan berada dalam sangat memprihatinkan. keberadaan ibadah umat Islam yang masih bercampur dengan kesyirikan di Indonesia pada zaman dahulu, ternyata tidak mampu mendorong umat Islam yang berkemajuan, modern dan dinamis. Umat Islam jauh dari agama Islam yang lurus menyebabkan kemunduran dalam beragama. Islam sebagai agama yang murni banyak disinkretiskan dengan budaya kearifan lokal yang terjadi dalam masyarakat. Akibat dari kondisi tersebut banyak terjadi Bid’ah, Kurafat dan Tahayul Ketiga, ada dua sistem pendidikan yang terjadi di Indonesia, yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan Barat. Pandangan Ahmad Dahlan ada masalah yang mendasar berkaitan dengan pendidikan umat islam, khususnya dalam hal pesantren. Masalah itu adalah berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar, penggunaan kurikulum, dan pemilihan materi pendidikan. Guru dianggap seperti sumber kebenaran serta tidak akan pernah salah. Materi dan kurikulum bertumpu pada Islam yang tradisional dan ilmu barat dan sains tidak diajarkan.Penjajah memanfaatkan kondisi masyarakat yang masih dalam masalah kebodohan untuk memperdaya masyarakat Indonesia. KH. Ahmad Dahlan merasa prihatin dan sedih melihat keadaan masyarakat yang jatuh miskin dan jauh dari pendidikan. AHMAD DAHLAN DAN AL-QUR’AN Ahmad Dahlan merupakan pribadi yang dekat dengan al-Qur’an. Karakter disiplin dan semangat dalam ibadah tercermin dari kebiasaan beliau bangun sebelum datangnya fajar. Beliau menyelesaikan program membaca al-Qur’an 30 Juzz, yang sering kita dengar dengan istilah khatam pada usia 8 tahun (Imran Mustafa, 2018:28). Persyarikatan Muhammadiyah menerapkan beberapa ayat dalam al-Qur’an sebagai landasan berdirinya persyarikatan Muhammadiyah dan landasan perjuangan, diantaranya adalah penanaman karekter teologi al-Ma’un, QS. al-Asr, QS. ali- Imron, dan QS. al-Jatsiyah ayat 13. Bagi KH. Ahmad Dahlan, merupakan sesuai yang menyedihkan jika umat Islam mempunya al-Qur’an namun tidak mempunyai prestasi, oleh sebab itu lewat penafsiran QS. al-Ma’un, KH. Ahmad Dahlan dapat merintis berdirinya sekolah dan rumah sakit (Syafii Maarif, 2000:35). Salah satu model perjuangan KH.Ahmad Dahlan adalah beliau membaca ayat al-Qur’an, menafsirkan secara mendalam dan memberikan Pendidikan keteladanan (Majelis Ekonomi Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, 2015:167). Beliau gemar mengupas isi yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an, beliau menafsirkan al-Qur’an dengan cara menngartikan, mendalami maksudnya, mengelompokkan mana ayat yang berisi perintah atau larangan, dan apakah sudah mengamalkan ayat tersebut (M. Yusron Asrofie, 2005:50). Salahsatu pembelajaran yang terkenal adalah pembelajaran QS. al-Ma’un. KH. Ahmad Dahlan membacakan QS. al-Ma’un, kemudian menjelaskan maknanya secara mendalam dan berulang-ulang. Beliau juga berusaha menerapkan intisari ayat al-Qur’an dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga Islam dapat dikenal oleh masyarakat luas. Pembelajaran QS. al-Ma’un memberikan semangat dan motivasi kepada santri untuk berjuang demi kemaslahatan umat dan masyarakat sekitar. Ahmad Dahlan menyebarkan gagasan pembaharuan Islam dengan cara safari dakwah ke berbagai pelosok Nusantara. Beliau menyebarkan Islam dengan semangat juang yang tinggi lewat tablig dari kota ke kota untuk menyebarkan agama Islam KH. Ahmad Dahlan dalam perjuangan beliau telah merintis pengajian pengajian, antara lain adalah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul Aba, Ta’awanu alal birri, Ta’aruf bima kanu, Wal Fajri, Wal-Asri, Jamiyatul Muslimin, dan Syarikatul Mubtadi’ (Majelis Ekonomi Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, 2015:96). Ahmad Dahlan mempunyai pandangan bahwa kebenaran Islam tercermin lewat pada penebaran manfaat Islam. Pemahaman agama Islam harus dapat diamalkan dalam kehidudan sehari-hari, atau sering dikenal dengan ilmu alamiah dan amal ilmiah (Ari Anshori, 2017:86). Beliau mempunyai konsep perjuangan yang memberikan manfaat kepada umat manusia tanpa melihat latarbelakang. Lewat penafsiran QS. al-Ma’un, KH. Ahmad Dahlan dapat merintis berdirinya Sekolah di Kampung Kauman Yogyakarta, rumah sakit, panti anak yatim, pemberdayaan kaum yang kurang mampu. Berdasarkan data dari Buku Profil Muhammadiyah tahun 2010, daftar jumlah Amal Usaha Muhammadiyah telah berkembang pesat, adapun datanya sebagai berikut (Ade Benih Nirwana, 2018:7) :
TAJDID MUHAMMADIYAH DALAM SISTEM PENDIDIKAN Tantangan dakwah KH. Ahmad Dahlan dimulai dari melihat sistem pendidikan Indonesia yang belum terbangun dengan baik. KH. Ahmad Dahlan melihat adanya masalah dalam sistem pendidikan di Indonesia (Majelis Ekonomi Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, 2015:661). Sistem Pendidikan Indonesia pada masa penjajahan yang belum baik membuat KH. Ahmad Dahlan merasa resah, sehingga beliau memikirkan formula yang tepat untuk sistem pendidikan yang unggul karena sistem pendidikan zaman penjajahan terbagi menjadi dua sistem yang saling bertolak belakang. Pada zaman penjajahan, sistem pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu sistem pendidikan belanda dan sistem pendidikan pesantren tradisional. Melihat keadaan sistem pendidikan tersebut, KH. Ahmad Dahlan merintis sistem pendidikan yang baru dengan menggabungkan kedua sistem pendidikan tersebut. Bentuk sistem pendidikan di pesantren pada zaman dahulu tidak menggunakan ruang belajar di kelas, tidak pernah mengenal waktu dan lamanya proses belajar, dan tidak ada bentuk evaluasi tes (Ade Benih Nirwana, 2018:5). Seorang murid dapat dinyatakan lulus menurut pandangan kiayi. Materi pelajaran yang disampaikan dalam lingkungan pesantren tradisional adalah ilmu agama, dan tata bahasa arab, nahwu, saraf, tauhid, tasawuf dan tajwid. Ilmu pengetahuan umum seperti baca tulis dan berhitung tidak diajarkan dalam lingkungan pendidikan. Akibat dari proses belajar yang telah diikuti, santri mempunyai kemampuan kuat dalam dunia agama, akan tetapi tidak faham dan kurang menguasai dengan ilmu pengetahuan umum dan teknologi. Sekolah belanda merupakan lembaga pendidikan yang ditujukan untuk anak pribumi dari kalangan atas dan pejabat yang mampu membayar. Sekolah belanda bertujuan untuk mengajarkan mata pelajaran umum dan pengetahuan dunia tanpa adanya pelajaran yang bermotifkan agama. Tujuan lembaga ini adalah membentuk akal dan kecerdasan siswa, akan tetapi tidak menyertakan ilmu agama untuk menyeimbangkan ilmu umum. Sistem dan metode pendidikan modern, hal itu dapat dilihat dari adanya kurikulum evaluasi disetiap pembelajaran, metode, meja untuk belajar, bangku untuk duduk siswa, dan papan tulis bagi siswa. Dari berbagai hasil dari pengamatan kedua sistem tersebut, beliau menemukan adanya kelebihan yang bisa diambil dan kekurangan yang dapat disempurnakan dari sistem pesantren dan sistem pendidikan sekolah belanda, maka dengan penuh keteguhan hati K.H Ahmad Dahlan pada 1 desember 1911 mendirikan perguruan Muhammadiyah. K.H Ahmad Dahlan mengabungkan kurikulum ilmu agama dan ilmu umum, karena beliau berpendapat bahwa kedua ilmu itu penting untuk kehidupan kebahagiaan dunia akhirat. K.H Ahmad Dahlan mendirikan sekolah/ madrasah diruang tamu rumah beliau. Dari sinilah beliau mendirikan perguruan Muhammadiyah. Tujuan perguruan muhammadiyah adalah melaksanakan dan mengamalkan agama islam dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran. Pesyarikatan Muhammadiyah telah melakuan pembaharuan dalam Islam di Indonesia dengan cara memadukan Ilmu Agama dan juga dengan Ilmu modern dan barat agar terjadi suatu kesatuan Ilmu yang diharapkan akan membuat Islam bersinar kembali. Sepak terjang Muhammadiyah dalam melakukan gerakan tajdid ternyata telah membuahkan hasil dalam dunia pendidikan. Muhammadiyah telah mampu untuk mendirikan berbagai instansi pendidikan dan juga intansi kesehatan demi Indonesia yang berkemajuan. GERAKAN PENCERAHAN PENDIDIKAN AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN Ahmad Dahlan sejak awalnya mendesain pendidikan yang kuat dalam ilmu agama dan maju dalam ilmu pengetahuan. KH. Ahmad Dahlan berusaha untuk berusaha untuk mendesain pendidikan yang berorientasi kepada dakwah untuk mengajak kepada kebaikan dan berusaha sekuat tenaga untuk mencegah kemungkaran. Misi dakwah Muhammadiyah dapat direalisasikan lewat pendidikan di Persyarikatan Muhammadiyah. Ada salahsatu perbedaan antara pendidikan Muhammadiyah dengan lembaga pendidikan yang lain, salahsatunya adalah Pendidikan AIK (Al- Islam dan Kemuhammadiyahan). Lembaga pendidikan Muhammadiyah intens dalam mengembangkan ilmu pengetahuan umum, serta menyeimbangkan pendidikan keagamaan yang diwadahi dengan Pendidikan AIK (Al- Islam dan Kemuhammadiyahan). Pendidikan AIK (Al- Islam dan Kemuhammadiyahan) meliputi pembelajaran akidah dan ketauhidan, pembelajaran sejarah perjuangan Rasulullah Muhammad SAW dalam mencerahkan sisi kehidupan jasmanai maupun rohani umat manusia, pembelajaran akhlak agar mempunyai ketenangan dan kebenaran dalam bersikap, pembelajaran ibadah yang dapat di aplikasikan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. PENDIDIKAN YANG MENCERAHKAN DI SMP MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTTABARAT SURAKARTA Pendidikan merupakan langkah awal menuju kejayaan suatu bangsa dan negara. Pendidikan mampu memberikan informasi yang baru, memberikan ilmu yang berkembang, memberikan pengetahuan kepada setiap manusia untuk melihat cakrawala dunia. Lewat pendidikan pula, setiap insan dapat membantu sesama dalam memecahkan masalah sehingga akan lebih mudah dalam menghadapi tantangan hidup. Pendidikan yang baik tentunya harus memiliki muatan yang seimbang antara ilmu dunia dan ilmu agama. Dengan pendidikan yang bermuatan ilmu umum dan ilmu agama, maka akan terbentuk pribadi yang hebat, salahsatu sekolah yang menggabungkan sistem Pendidikan umum dan sistem pendidikan agama adalah SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabat Surakarta. SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta adalah sekolah yang menekankan pendidikan karakter religius. Karakter religius merupakan karakter seorang siswa untuk berperilaku, berkata, dan bersikap sesuai dengan tuntunan agama. Pendidikan karakter religius di SMP Muhammadiyah PK Kottabarat antara lain adalah melaksanakan sholat dhuha, dzikir, doa dan membaca al-Qur’an setiap pagi hari,budaya menghafal al-Qur’an setiap hari, baitul arqom, manasik haji, pengajian IPM, pesantren ramadhan. Pembelajaran di SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta menggabungkan antara ilmu dunia dan akhirat lewat kurikulum syariah. SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta adalah sekolah yang mencintai ilmu pengetahuan dan seni budaya. Siswa senantiasa antusias dalam belajar untuk mendapatkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan seni budaya. Pembelajaran di SMP Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta menggunakan konsep pendampingan penuh. Guru memberikan pendampingan penuh dalam mendidik siswa baik di sekolah maupun di rumah. Guru memberikan pendampingan mulai dari sholat dhuha, dzikir, doa, menghafal al-Qur’an, makan siang, sholat dhuhur, sholat ashar sampai pulang sekolah. Guru juga memberikan pendampingan kepada siswa yang mengikuti lomba dengan cara memberikan tambahan pelajaran. Program pembelajaran di SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta bervariasi. Program unggulan di kelas VII adalah ekstrakurikuler Hizbul Wathon selama 1 tahun dan ditutup dengan kemah summer camp untuk mendidik karakter siswa yang cinta tanah air dan nasionalisme, disiplin dan mandiri. Kelas VII juga diwajibkan untuk mengikuti program Homestay selama 3 hari untuk memberikan pendidikan karakter toleransi, jujur dan saling tolong menolong. Program unggulan di kelas VII adalah program pembelajaran di Singapura dan Malaysia, kelas VIII diwajibkan untuk mengikuti pembelajaran di luar negeri agar siswa mampu mengambil pembelajaran di negara lain. Program unggulan di kelas IX adalah program sukses UN, antara lain try in, try out, test to succes, dan baitul arqom. SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta senantiasa berusaha untuk memberikan pelayanan dengan baik, salahsatunya menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta memiliki perpustakaan yang mempunayai koleksi buku yang lengkap, ruangan yang nyaman dan telah terakresitasi A Perpusnas. SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta memiliki masjid, mushola, lab ipa, lap komputer, lab bahasa, ruang penyiaran radio, lapangan basket, lapangan futsal, laparangan badminton, lapangan panahan, UKS, kantin kejujuran, aula, ruang rapat dan halaman yang sejuk yang dilengkapi dengan bunga, tanaman, dan gazebo literasi. Gerakan sosial kemasyarakat juga menjadi salahsatu ciri khas pembelajaran di SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta. SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta menjadi salahsatu sekolah yang tanggap terhadap bencana alam dan kemanusiaan. Siswa diarahkan untuk memiliki sifat empati dan simpati kepada sesama. Bencana alam di selat sunda tentunya mengetuk pintu hati kita untuk mengulurkan bantuan kepada saudara-saudara kita. SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta melakasanakan sholat ghoib dan doa bersama untuk kebaikan saudara-saudara kita di selat Sunda, dilanjutkan pengumpulan bantuan sosial dan pembuatan puisi ungkapan bela sungkawa pada hari rabu, 9 Januari 2019. Pengumpulan dana dan bantuan sosial telah terkumpul Rp. 8.840.000,00 yang telah disalurkan kepada LazizMu kota Surakarta. Siswa SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta juga diberikan pendidikan untuk mencintai kaum fakir dan miskin. Keluarga besar kelas IX angkatan 7 menggelar acara, “A grateful heart iftar Ramadhan and charity night” di Ballroom Sunan Hotel. Acara tersebut turut serta mengundang anak-anak dari panti asuhan Aisyiyah Kadipiro. Bantuan sosial dalam acara tersebut telah diserahkan kepada pihak LazizMu kota Surakarta dengan jumlah Rp. 4.040.000,00. Sebagai bentuk dari rasa sayang dan kepedulian kita terhadap saudara kita di negara Indonesia. SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta melaksanakan aksi Peduli Bencana Karhutla dan Kabut Asap. Acara tersebut dimulai dengan melaksanakan sholat dhuha dan dzikir secara berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan sholat istisqo, khutbah dan penggalangan dana serta penggalangan masker. Alhamdulillah terkumpul Rp 10.646.000,00 dan 35 dus masker serta kurang lebih 100 plastik berisi masker. Dana dan masker yang terkumpul tersebut disalurkan lewat LazisMu (Lembaga Amal Zakat, Infaq, dan shodaqah Muhammadiyah) Kota Surakarta. Keluarga besar SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat juga melaksanakan bakti sosial kepada masyarakat sekitar dan kepada keluarga besar SD Muhammadiyah sekitar. Tujuan bakti sosial ini adalah untuk memperkuat tali persaudaraan diantara lingkungan keluarga besar SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat dan kepada SD Muhammadiyah sekitar. Bakti sosial di SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat diharapkan dapat menumbuhkan sifat-sifat sederhana, peduli sesama dan lapang dada untuk saling berbagi dengan sesama. SMP Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta merupakan sekolah yang cerdas, inovatif dan kreatif. Setiap hari jum’at dan sabtu, siswa diberikan kesempatan untuk menjalankan hobby mereka masing-masing. Siswa dapat memilih ekskul antara lain basket, futsal, badminton, panahan, KIR, robitic, tapak suci, taekwondo, jurnalistik, teater, tari saman, PMR, english camp, Hizbul Wathon dsb. Serangkaian ekstra kulikuler merupakan langkah yang tepat untuk menyalurkan minat dan bakat siswa agar semakin baik dan berkembang. Selain itu, SMP Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta memberikan program pembelajaran yang menarik dengan cara belajar di alam sekitar. Pembelajaran tersebut dilaksanakan ketika siswa telah selesai melaksanakan program penilaian tengah semester (PTS) dan penilaian akhir semester (PAS) dengan acara outing class. Siswa juga diberikan fasilitas untuk belajar di luar negri dalam rangka edutrip Malaysia dan Singapura untuk memberikan pengalaman luar negeri. Gerakan tajdid SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta telah membuahkan hasil yang baik. Berkat gerakan tajdid dan dengan rahmad Allah SWT, SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta menjadi sekolah dengan nilai UN terbaik dan peringkat 1 di Kota Surakarta dan merupakan sekolah terbaik dengan masuk nominasi 100 besar sekolah menengah pertama terbaik di Indonesia. SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta juga mendapatkan kejuaraan sekolah sehat di lingkungan kota Surakarta dan mendapatkan Akreditasi A (unggul). Siswa di SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta juga aktif dalam berbagai kompetisi dan kejuaraan tingkat Nasional dan Internasional. DAFTAR PUSTAKA Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif (Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu). Jakarta:PT Grafindo Perasada. Ali, Mohammad Daud. 2010. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ade Benih Nirwana, Hendro Sucipto. 2018. Pendidikan Kemuhammadiyahan SMP/MTS Muhammadiyah. Yogyakarta, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Anshori, Ari. 2017. Dinamisasi perkaderan Muhammadiyah. Yogyakarta, MPK Muhammadiyah. Asrofie, M. Yusron. 2005. Kiyai Haji Ahmad Dahlan: Pemikiran dan Kepemimpinannya,. Yogyakarta: MPK-SDI PP Muhammadiyah. Bahtiar, Asep Purnama. 2004. Membaca Ulang Dinamika Muhammadiyah: Wacana di Seputar Pergerakan, Kepemimpinan, dan Perkaderan. Yogyakarta: PT. Surya Utama Divisi Grafika. Hidayat, Syamsul. 2014. Studi Kemuhammadiyahan (kajian historis, ideology organisasi). Surakarta: Lembaga Pengembangan Al- Islam Kemuhammadiyahan (LPIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta. Maarif, Ahmad Syafii. 2000. Independensi Muhammadiyah (ditengah pergumulan pemikiran islam dan politik). Jakarta: Pustaka Cidesindo Majelis Ekonomi Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY. 2015. ENSIKLOPEDI MUHAMMADIYAH (Sejarah, Tokoh dan Pemikiran). Yogyakarta: Majelis Ekonomi Kewirausahaan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, Lembaga Pengembangan Pendidikan, Penelitian, dan Masyarakat (LP3M) UMY Mata Bangsa). Mulkhan, Abdul Munir. 2010. Pesan dan Kisah Kiai Ahmad Dahlan Dalam Hikmah Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Mustafa, Imran. 2018. KH. Ahmad Dahlan Si Penyantun. Yogyakarta: DIVA Press Nugraha, Adi. 2015. KH. Ahmad Dahlan (Biografi singkat 1869-1923). Yogyakarta: Garasi. Soeratmo, Siti Chamamah. 2009. Muhammadiyah (Suatu Gerakan Seni dan Budaya). Yogyakarta : Pustaka Pelajar Ditulis oleh : Muhammad Arif Wicagsono S.Pd, Guru AIK SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta, No. Telp. 085602677966, |