Jelaskan empat kelompok manusia berdasarkan pengetahuan tentang apa yang diketahuinya ?

pernah menyakiti orang tidak mampu minta bagaimana cara bertobat​

tolong bantuin jawab​

tolong bantu kerjakan kak nanti aku kasih paket lengkap​

tolong dijawab ya kak nanti aku kasih paket lengkapnya​

Lanjutkan ayat diatasTolong bantuannya kakak² yang pintar nanti dikumpulin ​

دباچ دغن فلفلة ، سفرنی اقبیل بارس ماتی دحرف قلقلة ايت اصلي دنماكن قلقلة صغرى ، دان قلقلة ايت دباج فرلاهن ، سفرتی : - يدخلون - يقطعون. دان کلو بارس مات … ی آيت منداتع سفرتي دسببكن برهنتی ممباچ ( وقف) مك دنماكن المقلة كبرى، سفرتي -(قلقلة صغرى دان كبرى)-Arti araf Melayu di bacaan di atas​

apa perbedaan antar mad shilah qasirah dan mad shilah tawilah?jika ada beri penjelasan serta contoh!NT:jangan di hapusNT:lagi membutuhkan abang online … ...NT: huueee pengen rawon,sate,sama bakso​

Apakah memelihara rubah/fox haram dalam islam?​

plisss bantu jawabb yaa​

syarah sah untuk melaksanakan salat jum at adalah​

4 JENIS MANUSIA

Apabila kita befilsafat, berarti hati kita didorong untuk mengetahui apa saja yang telah kita ketahui dan apa yang belum kita ketahui. Kita berendah diri bahwa tidak semua akan kita mengetahui di dalam kesemestaan yang tidak terbatas ini. Demikian pula saat itu kita mengoreksi diri, berani berterus terang menyampaikan kebenaran yg telah kita capai. Masalah yang kemudian timbul adalah, bagaimana agar kita mendapatkan pengetahuan yang diakui kebenarannya.

Tidaklah mudah untuk mengerti tentang filsafat, salah satunya mengurai jenis manusia, menurut para ahli atau filusuf, yang menyatakan ada 4 jenis dalam kehidupan.

  1. Manusia yang dia tahu apa yang dia tahu;
  2. Manusia yang dia tahu apa yang dia tidak tahu;
  3. Manusia yang dia tidak tahu apa yang dia tidak tahu;
  4. Manusia yang dia tidak tahu apa yang dia tahu;

1. Seseorang yang Tahu dan dia Tahu kalau dirinya Tahu

Orang ini bisa disebut ‘Alim  =  Mengetahui. Terhadap orang ini, yang harus kita lakukan adalah Mengikutinya. Apalagi kalau kita masih termasuk dalam golongan orang yang awam yang masih butuh banyak diajari maka sudah seharusnya kita mencari orang yang seperti ini, duduk bersama dengannya akan menjadi pengobat hati.

Ini adalah jenis manusia yang paling baik. Jenis manusia yang memiliki kemapanan ilmu, dan dia tahu kalau dirinya itu berilmu, maka ia menggunakan ilmunya. Ia berusaha semaksimal mungkin agar ilmunya benar-benar bermanfaat bagi dirinya, orang sekitarnya, dan bahkan bagi seluruh umat manusia. Dalam bahasa pakar manajemen global, manusia jenis ini adalah manusia yang kreatif, selalu belajar, dan tidak berhenti berinovasi.

Manusia jenis ini adalah manusia unggul. Manusia jenis inilah yang yang mampu merubah dunia kearah yang lebih baik, mereka layak menjadi pelopor “lifemaking”. Jumlah manusia jenis ini tidak banyak, tapi keberadaan mereka menjadi nyawa bagi kehidupan umat manusia.

2. Seseorang yang Tahu tapi dia Tidak Tahu kalau dirinya Tahu

Untuk type ini, bolehlah kita sebut dia seumpama orang yang tengah tertidur. Bagaimana sikap kita kepadanya ? Bangunkan dia.

Manusia yang memiliki ilmu dan kecakapan, tapi dia tidak pernah menyadari kalau dirinya memiliki ilmu dan kecakapan. Manusia jenis ini sering kita jumpai disekeliling kita. Terkadang kita menemukan orang yang sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa, tapi ia tidak tahu kalau memiliki potensi. Karena keberadaan dia seakan tidak berguna, selama dia belum bangun.

Kata bijak mengatakan : Al ‘Ilmu Bilaa ‘Amalin Kasysyajari bilaa Tsamarin = Ilmu tanpa pengamalan, bagaikan pohon yang tidak berbuah. Adanya dia seperti tidak ada, tidak membawa manfaat meski dia tahu banyak. Maka untuk yang merasa sebagai teman baginya, bangunkan dia, ingatkan dan yakinkan bahwa dia memiliki potensi untuk Bisa.

3. Seseorang yang Tidak tahu tapi dia Tahu alias sadar diri kalau dia Tidak Tahu

Orang ini masuk kategori orang-orang yang awam yang masih lemah keilmuannya, masih bodoh pemahamannya. Kepada orang ini, maka sikap yang harus diupayakan dari orang-orang berilmu didekatnya adalah merangkulnya, mengajarinya.

Menurut Imam Ghazali, jenis manusia ini masih tergolong baik. Sebab, ini jenis manusia yang bisa menyadari kekurangannnya. Ia bisa mengintropeksi dirinya dan bisa menempatkan dirinya di tempat yang sepantasnya. Karena dia tahu dirinya tidak berilmu, maka dia belajar. Dengan belajar itu, sangat diharapkan suatu saat dia bisa berilmu dan tahu kalau dirinya berilmu.

Meskipun tergolong baik, tapi ini bukan tipe manusia yang bisa membuat perubahan bagi lingkungannya. Sebab, tanpa ilmu pengetahuan yang cukup, maka manusia tidak bisa berinovasi.  Baiknya, tipe manusia ini dengan kesadaran dan akal sehatnya tidak akan menghalangi sebuah proses perubahan kearah yang lebih baik. Dan manusia jenis ketiga ini, dia tidak akan berani nekat memegang amanah yang ia rasa tidak memiliki kapasitas untuk memegangnya. Sebab ia tahu siapa dirinya.

4.  Seseorang yang Tidak Tahu dan dia Tidak Tahu kalau dirinya Tidak Tahu

Inilah adalah jenis manusia yang paling buruk. Ini jenis manusia yang selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu, selalu merasa memiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa. Repotnya manusia jenis seperti ini susah disadarkan, kalau diingatkan ia akan membantah sebaba ia merasa tahu atau merasa lebih tahu. Jenis manusia seperti ini, paling susah dicari kebaikannya. Sikap kita pada orang ini ? Tinggalkan dia !  Sayangnya, jenis manusia seperti ini sangat banyak dan bisa dijumpai dimana-mana, orang-orang yang merasa tahu, sok tahu pemahaman baru sejengkal bicaranya sudah sehasta.

 Manusia dan pengetahuannya …

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Apakah Filsafat ? berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak dibumi sedang tengadah kebintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Dia ingin mengetahui hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan kepada dirinya.

Simpul Sokrates, ialah bahwa saya tak tahu apa-apa ! Seorang yang berpikir filsafati selain tengadah ke bintang-bintang, juga membongkar tempat berpijak secara fundamental. Inilah karakteristik berpikir filsafati yang kedua yakni sifat mendasar. Dia tidak lagi percaya begitu percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disebut benar ? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Lalu benar sendiri itu apa?.

Ciri filsafat yakni sifat spekulatif. “masih banyak lagi dilangit dan dibumi, selain yang terjaring dala filsafatmu” Memang demikian, secara terus terang tidak mungkin kita menangguk pengetahuan secara keseluruhan, dan bahkan kita tidak yakin kepada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Dalam hal ini kita hanya berspekulasi. Tanpa menetapkan kriteria tentang apa yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang diatas dasar kebenaran. Tanpa menetapkan apa yang disebut baik atau buruk maka kita tidak mungkin berbicara tentang moral. Tanpa wawasan apa yang disebut indah dan jelek tidak mungkin kita berbicara tentang kesenian, dan filsafat pada hakikatnya mencari kebenaran.

Jelaskan empat kelompok manusia berdasarkan pengetahuan tentang apa yang diketahuinya ?

-6.211544 106.845172

Pos ini dipublikasikan di Tidak Dikategorikan. Tandai permalink.