Jelaskan kajian sumber daya alam sebagai pengembangan potensi wilayah

Cari soal sekolah lainnya

KOMPAS.com - Potensi sumber daya manusia Indonesia dan upaya pemanfaatannya adalah salah satu modal Indonesia untuk menjadi negara maju.

Mengutip Kemdikbud RI, potensi Indonesia menjadi negara maju meliputi potensi lokasi, potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia, dan potensi budaya dan upaya pemanfaatan keempat potensi tersebut.

Berikut ini ringkasan materi potensi sumber daya manusia Indonesia dan upaya pemanfaatannya untuk menjadi negara maju:

Potensi sumber daya manusia

Potensi sumber daya manusia Indonesia meliputi tiga hal, yaitu:

Baca juga: Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

Berikut ini penjelasannya:

Jumlah penduduk

Jumlah penduduk dapat menjadi salah satu potensi bagi sumber daya manusia Indonesia. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, mencapai 255 juta jiwa.

Tetapi jumlah penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata. Jumlah penduduk terbanyak berada di pulau Jawa.

Agar persebaran penduduk merata, pemerintah Indonesia melaksanakan program transmigrasi bagi penduduk pulau Jawa.

Keuntungan program transmigrasi adalah disediakan berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan para transmigran.

Fasilitas untuk para transmigran meliputi rumah, lahan pertanian untuk digarap, hingga alat-alat pertanian.

Baca juga: Potensi Sumber Daya Alam Indonesia

Potensi sumber daya manusia dilihat melalui jumlah tenaga kerja adalah semakin banyak jumlah tenaga kerja yang diserap, maka pembangunan negara akan semakin pesat.

Kualitas sumber daya manusia

Jumlah penduduk yang banyak dan jumlah tenaga kerja yang banyak harus didukung dengan keterampilan atau keahlian.

Apabila jumlah penduduk dan jumlah tenaga kerja yang banyak tidak didukung kemampuan keterampilan atau keahlian maka akan memengaruhi kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

Jumlah sarjana yang lulus di Indonesia mencapai rata-rata 250.000 per tahun. Artinya setiap tahun, Indonesia mampu mencetak tenaga kerja intelektual sebanyak 250.000 orang.

Tetapi kenyataannya, tidak semua pekerja intelektual mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahliannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Cari soal sekolah lainnya

Jelaskan kajian sumber daya alam sebagai pengembangan potensi wilayah
https://doi.org/10.22146/mgi.13292

Andri Kurniawan(1*)

(1) Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (*) Corresponding Author


ABSTRAK Setiap wilayah mempunyai kapasitas yang berbeda dalam perkembangannya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan potensi sumberdaya yang dimiliki oleh masingmasing wilayah. Salah satu potensi sumberdaya wilayah yang dimaksud adalah menyangkut sumberdaya alam. Potensi sumberdaya alam di suatu wilayah yang dimanfaatkan melalui berbagai macam kegiatan sektoral dapat memberikan kontribusi yang nyata pada perekonomian wilayah. Sumbangan pendapatan sektor kegiatan yang berbasis pada sumberdaya alam pada berbagai daerah mampu meningkatkan pendapatan daerah dan sekaligus mampu memicu perkembangan ekonomi wilayah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) tingkat daya dukung sumberdaya alam, (2) potensi berbagai jenis sumberdaya alam melalui identifikasi sektor-sektor unggulan, (3) variasi tingkat perkembangan ekonomi wilayah antar kecamatan, serta (4) hubungan antara daya dukung sumberdaya alam dengan tingkat perkembangan ekonomi wilayah. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan analisis dari data sekunder yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, dengan unit analisis wilayah kecamatan. Kajian terhadap daya dukung sumberdaya alam menggunakan pendekatan produksi. Analisa tingkat perkembangan ekonomi wilayah dilakukan dengan teknik analisa factor, untuk mengelompokan kategori tingkat perkembangan ekonomi wilayah digunakan teknik K-Means Cluster. Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan antara daya dukung sumberdaya alam dengan tingkat perkembangan ekonomi wilayah menggunakan crosstabs dan teknik korelasi Rank Sperman.

Dari hasil perhitungan dan klasifikasi daya dukung sumberdaya alam menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman memiliki daya dukung sumberdaya alam tergolong tinggi, yang mengindikasikan bahwa tingkat produksi maupun produktivitas berbagai komoditi mampu memberikan kontribusi yang nyata terhadap pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat. Dilihat dari variasi klas daya dukung sumberdaya alam, 41 persen kecamatan mempunyai daya dukung termasuk tinggi, sedangkan beberapa kecamatan lain mempunyai daya dukung tergolong rendah. Variasi daya dukung sumberdaya alam menurut kecamatan, disebabkan oleh adanya keragaman sektor unggulan. Tingkat perkembangan ekonomi wilayah juga menunjukkan adany variasi , dengan kategori sedang dan tinggi didominasi oleh wilayah kecamatan yang letaknya berdekatan dengan kota Yogyakarta. Kemajuan ekonomi yang rendah terdapat di beberapa kecamatan yang letaknya jauh dari kota Yogyakarta. Dilihat hubungan antara daya dukung sumberdaya alam dengan tingkat perkembangan ekonomi wilayah ternyata tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Ketersediaan sumberdaya alam belum membawa pengaruh positif terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Perkembangan ekonomi wilayah lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lokasi.



daya dukung; perkembangan wilayah


Jelaskan kajian sumber daya alam sebagai pengembangan potensi wilayah
DOI: https://doi.org/10.22146/mgi.13292

Jelaskan kajian sumber daya alam sebagai pengembangan potensi wilayah
Abstract views : 8693 |
Jelaskan kajian sumber daya alam sebagai pengembangan potensi wilayah
views : 2616

  • There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 Majalah Geografi Indonesia

Jelaskan kajian sumber daya alam sebagai pengembangan potensi wilayah


This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Accredited Journal, Based on Decree of the Minister of Research, Technology and Higher Education, Republic of Indonesia Number 30e/KPT/2018

Volume 31 No 2 the Year 2017 for Volume 35 No 2 the Year 2021

ISSN  0215-1790 (print) ISSN 2540-945X  (online)

Statistik MGI

Indonesia merupakan negara yang kaya, dari segi jumlah penduduk maupun sumber daya alamnya. Pertama kita lihat dari SDM nya, sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40). Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang.

Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM. Sebagaimana buktinya secara empiris bisa kita temui pada masyarakat Jepang, Amerika Utara dan Eropa Barat, sumberdaya manusia adalah kunci bagaimana membangun bangsa ini. Namun melihat profil Indonesia yang begitu memiliki banyak kekayaan Sumber Daya Alam yang belum maksimal dimanfaatkan.

Sampai detik ini, nyaris tidak ada satu pun contoh negara yang maju berkat kekayaan alamnya. Dalam konteks ini, barangkali kita harus bisa membedakan antara “negara kaya” dan “negara maju”. Arab Saudi adalah contoh “negara kaya”; Jepang adalah sampel “negara maju”. Determinasi “kemajuan” lebih dekat kepada kualitas sumberdaya manusia, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta aplikasinya pada sektor ekonomi-industri di negaranya – yang sifatnya dinamis. Sementara “kekayaan” identik dengan sumberdaya alam – dan bersifat statis. Menurut Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan, ada beberapa negara yang ekonominya “terbang” karena saking melesatnya pendapatan per kapita masyarakatnya. Pada tahun 1960-an akhir, pendapatan per kapita masyarakat negara-negara di Asia di bawah 100 dollar AS, seperti China, Taiwan, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand. Namun, 50 tahun kemudian, negara-negara tersebut jauh meninggalkan Indonesia. Dalam kurun waktu 50 tahun, pendapatan per kapita Korea Selatan melesat ke 35.000 dollar AS. Sementara itu, beberapa yang lain melesat mencapai 15.000 dollar AS.

Dari sisi ini, dan dalam lingkup negara secara “individual”, bukti empiris peran sumberdaya manusia ini nyaris tak terbantahkan. Jepang, negara yang sering dijadikan role model, memberikan satu bukti kuat bahwa SDM adalah kunci kemajuan suatu bangsa. Jepang bahkan seolah-olah tak pernah menganggap penting isu soal keterbatasan dan pengelolaan kekayaan alam mereka.

Namun, jika kita kaji lebih jauh, timbul satu pertanyaan: apa yang dibutuhkan oleh manusia-manusia Jepang, Amerika Utara dan Eropa Barat untuk membangun negaranya? Jawaban dari pertanyaan ini akan mengarah pada satu titik: bahan-bahan mentah dari alam yang mereka “sulap” menjadi produk-produk bernilai tambah tinggi!

Fakta ini mengarahkan kita pada pertanyaan selanjutnya: dari manakah bahan-bahan mentah dari alam yang mereka olah itu? Dalam lingkup global, manusia-manusia cerdas tetap membutuhkan input sumberdaya alam untuk membangun negaranya. Mereka membutuhkan suplai bijih logam, silikon, minyak dan gas bumi, batubara, mineral, sumberdaya hayati, serat alam dan bahan-bahan mentah lainnya dari negara-negara yang kaya SDA – yang umumnya adalah negara berkembang. Indonesia adalah salah satunya.

Dalam lingkup global pula, kita akan melihat gambaran besar bagaimana rantai proses industrialisasi ini berlangsung: bahan mentah berasal dari negara berkembang, lalu diolah di negara maju, kemudian dipasarkan ke seluruh dunia – termasuk ke negara berkembang tempat bahan-bahan mentah itu berasal. Dari sini jelas terlihat, bahwa negara berkembang memiliki dua peran sekaligus: sebagai sumber bahan mentah dan sekaligus pasar yang sangat potensial. Negara-negara pengolah akan menikmati keuntungan ekonomi terbesar dari seluruh rantai proses ini.

Di sisi lain, negara-negara berkembang yang kaya sumberdaya alam harus mulai mewaspadai rantai proses ini. Meskipun hal ini sudah berlangsung selama beberapa abad terakhir, tetapi saat ini dan di masa-masa mendatang, proses pengurasan sumberdaya alam ini akan semakin cepat dari sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya dua faktor: teknologi yang semakin canggih dan pertumbuhan penduduk kelas menengah – yang sangat konsumtif – di seluruh dunia. Jangan sampai kenaifan ini terjadi: kekayaan alam mereka terus dikeruk dengan sangat cepat dan rakus, untuk menyuplai proses industrialisasi di negara-negara maju. Pada saat yang sama, negara-negara berkembang itu berupaya keras membangun SDM negaranya – dengan mengabaikan fakta bahwa kekayaan alamnya saat ini terus terkuras.

Menurut Rizal mengatakan, pemerintahan Jokowi akan mulai serius mengembangkan SDM, salah satunya melalui program pelatihan vokasional. Kedua, sebuah negara bisa maju atau tidak tergantung pada cara mengelola SDA.Menurut Rizal, selama masih menggunakan paradigma lama, yakni keruk-tebang-tangkap lalu ekspor, Indonesia tidak akan masuk dalam golongan negara maju.

Lalu, bayangkan kondisi berikut:  pada saat kualitas SDM negara-negara berkembang itu membaik, dan secara kolektif mereka membutuhkan input bahan-bahan mentah untuk membangun negaranya, mereka sudah kehilangan “stok” kekayaan alam. Lalu, dari mana lagi mereka mendapatkan suplai bahan-bahan mentah? Tidakkah mereka mulai berpikir untuk mengelola sumberdaya alam mereka dengan sebaik-baiknya, melakukan konservasi, diversifikasi, dan tidak membiarkan korporasi multinasional mengeruk kekayaan alam mereka dengan rakus dan seenaknya? Karena itu, saya melihat pembangunan sumberdaya manusia kita ini penting, tetapi tidak untuk mengabaikan pentingnya pengelolaan kekayaan alam kita. Yang lebih mengenaskan: jika kekayaan SDA kita terus dikuras, sementara pembangunan SDM kita pun masih setengah hati. Ada beberapa sektor yang belum tersentuh yaitu sektor Perikanan, Pertanian. Masalah di SDM di kota memang tidak terlalu dikhawatirkan, namun bagaiman SDM di masyarakat Desa? Disini lah yang perlu kita bangun Sumber Daya Manusia nya untuk dapat mengolah Sumber Daya Alam yang ada.

Solusi sebagai Mahasiswa:

Ikut aktif dalam Program KKN untuk mengabdi masyarakat  agar dapat mendampingi serta pengarahan kepada Masyarakat untuk mengambangkan skill dan pengetahuan masyarakat.

Saran untuk Pemerintah:

  1. Membuat regulasi yang dapat menyentuh sektor pertanian, perikanan dll yang basis nya berpengaruh untuk Masyarakat Desa.
  2. Tidak hanya melakukan sosialisasi pengembangan SDM namun bertanggungjawab dalam program pelatihan keberlanjutan hingga berhasil.
  3. Melakukan program pelatihan vokasional.
  4. Pemerintah juga seharusnya meningkatkan subsidi ke bidang SDA, sebagai bentuk usaha untuk meningkatkan kualitas pengelolaan SDA di Indonesia. Mempermdah penanaman modal di bidang SDA juga dapat membantu dalam peningkatan kualitas SDA.

Daftar Pustaka:

Anggraini, Ari. Katryn Trie. 2015. Sumber Daya Alam & Sumber Daya Manusia Untuk Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Forum Ilmiah. Vol 12 Nomor 1, Januari 2015.

Sumodiningrat, Gunawan, “Responsi Pemerintah Terhadap Kesenjangan Ekonomi”, Penerbit PerPod Jakarta, Jakarta, 2001

Estu Suryowati. 2016. Rizal Ramli: Negara-negara Maju Itu Miskin SDA tetapi Kembangkan SDM. http://ekonomi.kompas.com/read/2016/05/11/174400826/Rizal.Ramli.Negara-negara.Maju.Itu.Miskin.SDA.tetapi.Kembangkan.SDM. Diakses pada tanggal 10 September 2017