Jelaskan kebijakan yang tercakup dalam pembaharuan meiji

A. Bidang perindustrian Dengan mengadopsi teknologi dari Barat, Jepang membangun industri-industri, seperti pabrik senjata, galangan kapal, peleburan besi, pabrik pemintalan, dan lain-lain. Bersamaan dengan itu, dikembangkan pula sistem jaringan kereta api dan komunikasi modern. Keuntungannya adalah pada produksi dan ekspor sutra mentah, misalnya, masing-masing meningkat dari 1.026 dan 646 ton pada tahun 1872 menjadi 12.460 dan 9.462 ton pada tahun 1914 dan pada produksi batu bara dalam kurun waktu 1875 sampai sampai 1913 meningkat sekitar 2.100% Sementara itu, dari 26 kapal dagang bertenaga uap pada tahun 1873 berkembang menjadi 1.514 kapal pada tahun 1913. Dan panjang jalur kereta api, dari 29 km pada tahun 1872 menjadi 1.400 km pada tahun 1914.

Hasil-hasil produksi ini dijual ke pasar internasional dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan harga penjualan produk yang sama di dalam negeri, suatu kebijakan yang disebut dumping Hal ini membuat industri dalam negeri Jepang berkembang pesat.

B. Bidang perdagangan

Dalam kegiatan perdagangan Jepang mengembangkan pelabuhan- pelabuhannya menjadi pelabuhan modern, demikian juga kapal-kapal dagangnya. Kegiatan perdagangan pun mengalami kemajuan yang pesat. Hal itu didukung pula dengan pendirian bank-bank yang memungkinkan orang meminjam uang untuk investasi.

C. Bidang militer


Jelaskan kebijakan yang tercakup dalam pembaharuan meiji

Jepang gencar membangun angkatan perangnya. Pada tahun 1873, Jepang menerapkan kebijakan wajib militer bagi setiap laki-laki berumur 21 tahun untuk jangka waktu empat tahun, dan diikuti dengan tiga tahun sebagai tentara cadangan. Untuk menunjang hal itu, Jepang membeli peralatan dan perlengkapan militer dari negara-negara Barat. Pada tahun 1863, misalnya, Jepang memesan sebuah kapal perang modern bertenaga uap dari Belanda. Kapal itu kemudian diberi nama Kaiyo Maru dalam bahasa Jepang. Kapal perang ini mirip dengan "Kapal Hitam" Matthew C. Perry. Dalam pelayaran pertamanya ke Jepang sesuai pembuatannya ikut serta 16 orang

Jelaskan kebijakan yang tercakup dalam pembaharuan meiji

Jelaskan kebijakan yang tercakup dalam pembaharuan meiji
Lihat Foto

Wikipedia

Kaisar Meiji sewaktu muda tahun 1873

KOMPAS.com - Mutsuhito atau yang dikenal dengan nama Kaisar Meiji adalah kaisar Jepang ke-122 yang memerintah antara 3 Februari 1867 – 30 Juli 1912.

Namanya dikenal sebagai tokoh utama dalam Restorasi Meiji, yakni sebuah reformasi di Jepang pada abad ke-19 yang menumbangkan kekuasaan keshogunan.

Selama masa kepemimpinannya, Jepang yang telah menghapus politik isolasi, dapat berkembang dengan sangat cepat hingga menjadi salah satu kekuatan besar yang diperhitungkan dunia.

Baca juga: Restorasi Meiji: Tokoh, Penyebab, dan Dampak

Awal kehidupan

Mutsuhito adalah putra Kaisar Komei, Kaisar Jepang ke-121, yang lahir pada 3 November 1852.

Sewaktu ia lahir, Jepang berada di bawah kendali Keshogunan Tokugawa, yang mulai berkuasa pada 1633.

Meski berstatus negara dengan bentuk pemerintahan kekaisaran, sejak abad ke-12, yang memiliki peran dan kekuatan besar dalam menjalankan pemerintahan Jepang adalah panglima militer atau shogun.

Sementara kaisar memiliki peran terbatas dalam aktivitas sosial politik, bahkan hanya menjadi semacam simbol.

Sejak Keshogunan Tokugawa, Jepang menerapkan politik isolasi, guna menutup diri dari pengaruh asing yang dinilai buruk.

Kebijakan itu terbukti membawa bencana bagi Jepang, hingga menimbulkan pemberontakan dari rakyatnya dan muncul tekanan dari negara asing.

Ketika Matsuhito berumur satu tahun, Jepang baru bersedia membuka hubungan dengan pihak asing setelah armada militer Amerika Serikat yang dipimpin oleh Komodor Matthew Perry berlabuh di negaranya.

Jelaskan kebijakan yang tercakup dalam pembaharuan meiji

Jelaskan kebijakan yang tercakup dalam pembaharuan meiji
Lihat Foto

Gallica Digital Library/Alfred Roussin

Lukisan Kaisar Meiji, pencetus Restorasi Meiji.

KOMPAS.com - Restorasi Meiji adalah suatu peristiwa pada abad ke-19 yang menunjukkan berakhirnya kekuasaan shogun dan dimulainya kekuasaan kaisar di Jepang.

Sejak restorasi ini terjadi, Jepang yang semula menutup diri dari pengaruh asing, berubah menjadi terbuka terhadap segala bentuk kehadiran asing.

Bahkan Restorasi Meiji menjadi titik balik, di mana Jepang segera tumbuh dan berkembang menjadi negara yang maju dan kuat.

Sejak saat itu pula, Jepang berhasil mengikuti jejak Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Jerman, dan Rusia, sebagai negara imperialis.

Penyebab Restorasi Meiji

Jepang merupakan negara dengan bentuk pemerintahan kekaisaran, sehingga secara teoretis pemegang kekuasaan tertinggi adalah kaisar.

Namun dalam praktiknya, sejak abad ke-12, yang memiliki peran dan kekuatan besar dalam menjalankan pemerintahan adalah panglima militer atau shogun.

Sementara kaisar memiliki peran terbatas dalam aktivitas sosial politik, bahkan hanya menjadi semacam simbol.

Baca juga: Sejarah Shogun Jepang

Selama shogun berkuasa, tidak jarang terjadi peperangan dan pemberontakan yang berupaya memulihkan peran kaisar. Konflik semakin memanas saat Keshogunan Tokugawa mulai berkuasa pada 1633.

Pasalnya, dinasti ini menjalankan kebijakan baru yang dikenal dengan nama "sakuku", di mana orang Jepang tidak boleh pergi ke luar negeri, begitu pula sebaliknya.

Upaya menutup diri juga dilakukan dengan melarang peredaran buku-buku berbahasa asing.

Restorasi Meiji (明治維新, Meiji-ishin), dikenal juga dengan sebutan Revolusi Meiji atau Pembaruan Meiji, adalah serangkaian kejadian yang berpuncak pada pengembalian kekuasaan di Jepang kepada Kaisar pada tahun 1868. Restorasi ini menyebabkan perubahan besar-besaran pada struktur politik dan sosial Jepang, dan berlanjut hingga zaman Edo (sering juga disebut Akhir Keshogunan Tokugawa) dan awal zaman modern.

Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir zaman Edo dan awal zaman Meiji. Restorasi ini diakibatkan oleh Perjanjian Shimoda dan Perjanjian Towsen Harris yang dilakukan oleh Komodor Matthew Perry dari Amerika Serikat.

Pembentukan aliansi antara pemimpin Domain Satsuma dan Kido Takayoshi pemimpin Domain Choshu merupakan titik awal restorasi Meiji. Keduanya mendukung Kaisar Kōmei (ayah Kaisar Meiji). Aliansi ini dicetuskan oleh Sakamoto Ryoma, dengan tujuan melawan Keshogunan Tokugawa dan mengembalikan kekuasaan kepada Kaisar. Pada 3 Februari 1867, Kaisar Meiji naik tahta setelah wafatnya Kaisar Kōmei pada 30 Januari 1867. Semasa Restorasi Meiji, feodalisme Jepang secara perlahan-lahan digantikan oleh ekonomi pasar dan menjadikan Jepang sebagai negara yang dipengaruhi negara-negara Barat hingga kini.

Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir pada 9 November 1867 ketika Shogun Tokugawa ke-15, Tokugawa Yoshinobu "menyerahkan kekuasaan prerogatifnya kepada Kaisar". Sepuluh hari kemudian Yoshinobu mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala negara. Peristiwa ini merupakan titik awal "restorasi" kekuasaan kaisar (Taisei Hōkan), meskipun Yoshinobu masih tetap memiliki kekuasaan yang signifikan.

Tidak lama kemudian pada Januari 1868, pecah Perang Boshin (Perang Tahun Naga) yang diawali dengan Pertempuran Toba-Fushimi. Dalam pertempuran itu, tentara Domain Choshu dan tentara Domain Satsuma mengalahkan tentara mantan keshogunan. Kekalahan tersebut memungkinkan Kaisar Meiji mencopot semua kekuasaan yang dimiliki Yoshinobu, dan restorasi secara resmi dapat dimulai. Pada 3 Januari 1869, Kaisar mengeluarkan deklarasi formal tentang pengembalian kekuasaan ke tangannya:

Kaisar Jepang mengumumkan kepada semua kepala negara dari negara-negara asing beserta tundukan mereka bahwa izin telah diberikan kepada Shogun Tokugawa Yoshinobu untuk mengembalikan kekuasaan pemerintah sesuai dengan permintaannya sendiri. Mulai saat ini kami akan melaksanakan kekuasaan tertinggi untuk urusan-urusan dalam dan luar negeri dari negara ini. Maka dari itu, semua penyebutan Taikun dalam perjanjian-perjanjian yang telah dibuat harus diganti dengan perkataan Kaisar. Para pejabat sedang ditunjuk oleh kami untuk melaksanakan urusan-urusan luar negeri. Perwakilan-perwakilan dari negara-negara penandatangan traktat hendaknya memaklumi pengumuman ini.

— 3 Januari 1869
Mutsuhito, [1]

Sejumlah petinggi keshogunan mengajak tentaranya melarikan diri ke Hokkaido, dan mencoba mendirikan negara merdeka bernama Republik Ezo. Namun tentara yang setia kepada kekaisaran mengakhiri upaya mereka dalam Pertempuran Hakodate di Hokkaido, Mei 1869. Kekalahan tentara mantan keshogunan yang dipimpin oleh Enomoto Takeaki dan Hijikata Toshizō menandai tamatnya Keshogunan Tokugawa dan pemulihan sepenuhnya kekuasaan di tangan Kaisar.

 

Kaisar Meiji Agung yang masih muda bertemu dengan perwakilan negara-negara asing pada akhir Perang Boshin, 1868-1870

Penyebab Restorasi Meiji begitu banyak. Jepang baru menyadari betapa terbelakangnya mereka dibandingkan negara-negara lainnya di dunia setelah datangnya Komodor Amerika Serikat Matthew C. Perry yang memaksa Jepang membuka pelabuhan-pelabuhan untuk kapal-kapal asing yang ingin berdagang. Komodor Perry datang ke Jepang menaiki kapal super besar yang dilengkapi persenjataan dan teknologi yang jauh lebih superior dibandingkan milik Jepang saat itu. Para pemimpin Restorasi Meiji bertindak atas nama pemulihan kekuasaan kaisar untuk memperkuat Jepang terhadap ancaman kekuatan-kekuatan kolonial waktu itu. Kata Meiji berarti kekuasaan pencerahan dan pemerintah waktu itu bertujuan menggabungkan "kemajuan Barat" dengan nilai-nilai "Timur" tradisional.[2] Para pemimpin utama, pembantu kaisar pada waktu itu di antaranya: Itō Hirobumi, Matsukata Masayoshi, Kido Takayoshi, Itagaki Taisuke, Yamagata Aritomo, Mōri Arinori, Ōkubo Toshimichi, and Yamaguchi Naoyoshi. Meskipun secara resmi kekuasaan negara berada di tangan kaisar, kekuatan politik hanya bergeser dari Keshogunan Tokugawa ke sebuah oligarki. Sebagian besar kekuasaan berada di tangan pemimpin elite dari Provinsi Satsuma (Ōkubo Toshimichi, Saigō Takamori) dan Provinsi Chōshū (Itō Hirobumi, Yamagata Aritomo, dan Kido Takayoshi). Mereka mempertahankan praktik-praktik kekuasaan kaisar yang lebih tradisional, dan menempatkan Kaisar Jepang sebagai satu-satunya otoritas spiritual negeri dan para menteri yang memerintah atas nama kaisar.

 

Alegori perkelahian antara paham baru melawan paham lama. Lukisan awal zaman Meiji, sekitar tahun 1870.

Restorasi Meiji mengakselerasi industrialisasi di Jepang yang dijadikan modal untuk kebangkitan Jepang sebagai kekuatan militer pada tahun 1905 di bawah slogan "Negara Makmur, Militer Kuat" (富国強兵, fukoku kyōhei)

Pemerintah Oligarki Meiji yang bertindak atas nama kekuasaan kaisar memperkenalkan upaya-upaya mengonsolidasi kekuasaan untuk menghadapi sisa-sisa pemerintahan zaman Edo, keshogunan, daimyo, dan kelas samurai.

Pada tahun 1868, semua tanah feodal milik Keshogunan Tokugawa disita dan dialihkan di bawah "kendali kekaisaran". Tindakan ini sekaligus menempatkan mereka di bawah kekuasaan pemerintahan baru Meiji. Pada tahun 1869, daimyo Domain Tosa, Domain Hizen, Domain Satsuma, dan Domain Chōshū yang telah berjasa melawan kekuasaan keshogunan, dibujuk untuk mau "mengembalikan domain mereka kepada kaisar." Daimyo lainnya juga selanjutnya diperintahkan untuk melakukan hal yang sama. Dengan adanya penghapusan wilayah domain, maka untuk pertama kalinya tercipta pemerintahan Jepang yang terpusat dan berkuasa di semua wilayah negeri.

Pada tahun 1871, semua daimyo dan mantan daimyo dipanggil untuk menghadap kaisar untuk menerima perintah pengembalian semua domain kepada kaisar. Sekitar 300 domain (han) diubah bentuknya menjadi prefektur yang dipimpin oleh gubernur yang ditunjuk oleh negara. Pada tahun 1888, beberapa prefektur telah berhasil dilebur menjadi satu sehingga jumlah prefektur menciut menjadi 75 prefektur. Kepada mantan daimyo, pemerintah berjanji untuk menggaji mereka sebesar 1/10 dari pendapatan bekas wilayah mereka sebagai penghasilan pribadi. Selanjutnya, utang-utang mereka berikut pembayaran gaji serta tunjangan untuk samurai diambil alih oleh negara.

  • Bakumatsu
  • Datsu-A Ron
  • Empat Hitokiri dari Bakumatsu
  • Reformasi Pajak Tanah (Jepang 1873)
  • Modernisasi militer Jepang tahun 1868–1931
  • Konstitusi Meiji

  1. ^ Dikutip dan diterjemahkan oleh Sir Ernest Satow dalam buku "A Diplomat In Japan", p.353, ISBN 978-1-933330-16-7
  2. ^ Hunt, Lynn, Thomas R. Martin, Barbara H. Rosenwein, R. Po-chia Hsia et al.. The Making of the West, Peoples and Cultures. Vol. C. 3rd ed. Boston: Bedford/ St. Martin's, 2009. 712-13.

  • Akamatsu, Paul (1972). Meiji 1868: Revolution and Counter-Revolution in Japan. New York: Harper & Row. hlm. 1247. 
  • Beasley, William G., . (1972). The Meiji Restoration. Stanford: Stanford University Press. 
  • Beasley, William G. (1995). The Rise of Modern Japan: Political, Economic and Social Change Since 1850. New York: St. Martin's Press. 
  • Craig, Albert M. (1961). Chōshū in the Meiji Restoration. Cambridge: Harvard University Press. 
  • Jansen, Marius B. (1986). Japan in Transition: From Tokugawa to Meiji. Princeton: Princeton University Press.  Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
  • Jansen, Marius B. (2000). The Making of Modern Japan. Cambridge: Harvard University Press. 
  • Murphey, Rhoads (1997). East Asia: A New History. New York: Addison Wesley Longman. 
  • Satow, Ernest Mason. A Diplomat in Japan. ISBN 4-925080-28-8. 
  • Wall, Rachel F. (1971). Japan's Century: An Interpretation of Japanese History since the Eighteen-fifties. London: The Historical Association. 
  • Breen, John, 'The Imperial Oath of April 1868: ritual, power and politics in Restoration Japan', Monumenta Nipponica,51,4 (1996)
  • Francisco Barberan & Rafael Domingo Osle, Codigo civil japones. Estudio preliminar, traduccion y notas (2 ed. Thomsons Aranzadi, 2006).
  • Harry D. Harootunian, Toward Restoration (Berkeley: University of California Press, 1970), "Introduction", pp 1 – 46; on Yoshida: chapter IV "The Culture of Action – Yoshida Shōin", pp 184 – 219).
  • Najita Tetsuo, The Intellectual Foundations of Modern Japanese Politics (Chicago & London: University of Chicago Press), chapter 3: "Restorationism in Late Tokugawa", pp 43 – 68.
  • H. Van Straelen, Yoshida Shōin, Forerunner of the Meiji Restoration: A Biographical Study (Leiden: E. J. Brill, 1952).
  • David M. Earl, Emperor and Nation in Japan (Seattle: University of Washington Press, 1972), on Yoshida: "Attitude toward the Emperor/Nation", pp 161 – 192. Also pp. 82 – 105.
  • Marius B Jansen, Sakamoto Ryōma and the Meiji Restoration (New York: Columbia University Press, 1994) especially chapter VIII: "Restoration", pp 312 – 346.
  • W. G. Beasley, The Meiji Restoration (Stanford, California: Stanford University Press, 1972), especially chapter VI: "Dissenting Samurai", pp 140 – 171.
  • Conrad Totman, "From Reformism to Transformism, bakufu Policy 1853–1868", in: T. Najita & V. J. Koshmann, Conflict in Modern Japanese History (New Jersay: Princeton University Press, 1988), pp. 62 – 80.
  • Jansen, Marius B.: The Meiji Restoration, in: Jansen, Marius B. (ed.): The Cambridge history of Japan, Volume 5: The nineteenth century (New York: Cambridge UP, 1989), pp. 308–366.
  • (Inggris) Tokugawa Period's Influence on Meiji Restoration Diarsipkan 2012-04-05 di Wayback Machine.
  • (Inggris) Contoh-contoh arsitektur zaman Meiji Diarsipkan 2012-03-18 di Wayback Machine.
  • (Inggris) Era Restorasi Meiji

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Restorasi_Meiji&oldid=19711576"