Jelaskan suasana perasaan hatimu atau apa yang kamu rasakan setelah mendengar puisi aku ingin

MAKALAH

Analisis Puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono

dengan Pendekatan Pragmatik

diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Apresiasi Puisi

dosen : Ira Rahayu, S.Pd.,M.Pd

oleh

Ismi Izzati       (2 A)

113050183

Jelaskan suasana perasaan hatimu atau apa yang kamu rasakan setelah mendengar puisi aku ingin

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKUTLAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

CIREBON

2014/2015

Hujan Bulan Juni

Karya : Sapardi Djoko Damono        

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

(1989)

BAB I

DESKRIPSI DATA

I.I Jawaban angket penelitian analisis puisi “Hujan Bulan Juni” dari para  narasumber

1.      Buatlah tafsiran puisi yang telah Anda baca menurut sudut pandang Anda!

Jawaban Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :

Menurut sudut pandang saya, puisi tersebut menggambarkan pesan amanah tabah dan bijak, terus menyimpan banyak arti, hingga si pembaca timbul pertanyaan, logika yang sedrhana “Dirahasiakannya rintik rindunya” itu sudah jelas mengandung  pertanyaan, yang jawabannya manusia itu hidup bersama alam maka harus bisa menyikapi alam, sebagiaman baiknya.

Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :

Puisi “Hujan Bulan Juni” merupakan gambaran atau pengistilahan rasa rindu dan cinta kepada seseorang, tetapi karena suatu hal, maka ia merasa ragu-ragu dan tak mungkin untuk disampaikan, hingga ini membiarkan perasaannya untuk tetap tak tersampaikan.

Jawaban Narasumber 3 ( David ) :

Berdasatkan apa yang saya rasakan dari puisi diatas bahwa dalam kata “Hujan” tidaklah sekedar butir air yang jatuh tetapi seolah-olah diberi jiwa yang memiliki sifat-sifat tertentu, tabah, bijak, arif, dan dapat di lihat perilakunya (dirahasiakannya, dihapusnya, dibiarkannya.)

2.      Apakah dalam puisi itu terdapat bagian yang berhubungan dengan kehidupan Anda?

Jawaban Narasumber 1 (Nasehuddin ):

Menurut saya pribadi tergantung si pembacanya. yang namanya orang beda-beda ya kan ? … yang berhubungan dengan saya judulnya saja sudah tergambarkan, bukan dari kenangan, tetapi menyangkut peristiwa orang banyak.

Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :

Iya ada, ketika saya lebih memilih untuk tidak mengungkapkan perasaan saya kepada seseorang.

Jawaban Narasumber 3 ( David ) :

Tentu jawabannya “iya”, setiap ku baca berulang puisi ini memiliki rasa yang sama rasa dimana rindu dan cinta yang tertahan, ironinya rasa itu menjadi ragu-ragu (ambigu) bahkan tak tersampaikan.

3.      Bagian apa saja: (temanya,  perasaannya, atau peristiwa) yang pernah Anda alami?

Jawaban Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :

Peristiwanya, saat aku merindukan datangnya hujan, dan kapan akan berhenti turunnya hujan.

Jawaban Narasumber 2 (Noviyanti ) :

Perasaan dan peristiwanya.

Jawaban Narasumber 3 ( David ) :

Perasaannya seperti hujan bulan januari rasa yang sama.

4.      Adakah bagian puisi yang membuat Anda tertawa? menangis? tersenyum? ceria? marah? takut? Atau menyebabkan reaksi tertentu? Tuliskan alasannya!

Jawaban Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :

Ada, saya tersenyum saat membacanya, dari bait pertama sampai akhir, karena didalamnya mengandung pengalaman yang saya alami, terlebih-lebih seorang petani yang kerjanya berteman dengan alam.

Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :

Saya merasa sedih, karena puisi tersebut mengingatkan saya, ketika saya membiarkan perasaan saya tak tersampaikan.

Jawaban Narasumber 3 ( David ) :

Mungkin lebih tepatnya terharu merasakan tiap bait yang disampaikan seolah masuk dalam suasana.

5.      Apakah yang menjadi fokus tema puisi yang telah Anda baca tersebut? bagaimana Anda mengetahuinya?

Jawaban Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :

Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :

Puisi tersebut berfokus pada percintaan dimana seseorang yang tidak mengungkapkan perasaaan rindu atau cintanya terlihat pada larik-larik “Dari hujan bulan juni/ Dibiarkannya yang tak terucapkan/ Diserap pohon bunga itu/”

Jawaban Narasumber 3 ( David ) :

Fokusnya pada judul puisi tersebut “Hujan Bulan Juni” merupakan suatu yang hampir mustahil sebab bulan juni adalah bulan yang masuk dalam rentang musim panas atau kemarau, karena itu hujan harus menahan diri.

6.      Amanat  apa yang dapat Anda petik dari puisi yang telah Anda baca?

Jawaban Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :

Tabah dan bijak. Misalnya Tabah menghadapi masalah. Misalnya Bijak mengatasi masalah.

Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :

Jika kita memiliki perasaan cinta atu rindu kepada seseorang, hendaklah kita mengungkapkannya. Jangan malah membiarkan perasaan itu tidak diungkapkan.

Jawaban Narasumber 3 ( David ) :

Amanat yang dapat saya petik dari puisi diatas adalah tentang sebuah ketabahan, kebijakan dan kearifan dalam menjalankan teka-teki kehidupan ini.

7.      Apakah setelah membaca puisi Anda merasa bahwa Anda telah mendapat pengetahuan atau pengalaman baru mengenai sesuatu? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban Narasumber 1 (Nasehuddin ) :

Setelah saya membaca puisi tersebut spontan mendapatkan pengalaman baru, karena langsung disuruh menjawab dan menulis angket penelitian analisis puisi ini, kalo masalah pengalaman saya dulu banyak sekali, kiranya tak cukup aku jelaskan.

Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :

Tidak. Karena perasaan dan peristiwa pada puisi tersebut sudah pernah saya alami.

Jawaban Narasumber 3 ( David ) :

Kepribadian sang penyair menginspirasikan saya dalam sebuah tulisan sajak kata indahnya.

8.      Apakah Anda berpendapat bahwa membaca puisi tersebut memberi manfaat untuk Anda? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :

Sudah jelas bisa memberi manfaat buat saya dan buat semua orang yang membaca puisi tersebut, karena didalamnya mengandung arti kehidupan manusia terhadap alam. Bagaimana untuk menyikapinya. Sayang bahasa puisi tersebut terlalu dalam untuk di mengerti, tapi bagus !!! bagus sekali.

Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :

Tidak, karena dengan membaca puisi tersebut malah mengingatkan masa lalu saya.

Jawaban Narasumber 3 ( David ) :

Pemaknaan dalam bait kata yang mampu menimbulkan reaksi fisik hingga pembaca seolah masuk dalam suasana tertentu, tentu bukan hanya komposisi kata, atau majas yang begitu dominan yang diperkuat, tapi tak lepas dari ketulusan penyair.

9.      Apakah Anda beranggapan bahwa penyair telah berhasil mengungkapkan perasaan, pengetahuan dan pengalamannya ke dalam puisi tersebut? Jika iya, jelaskan alasannya!

Jawaban Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :

Iya berhasil, karna sebenarnya banyak yang merasakan hal seperti itu namun mereka tak bisa menuangkan isi hati, pikiran, dan pengalamannya, termasuk saya hehe … mungkin karna sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan penyair puisi tersebut sudah jadi pekerjaannya. Terimakasih Bpk. Sapardi Djoko Damono.

Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :

Iya, karena melihat dari diksi-diksi yang digunakan penyair sudah menggambarkan peristiwa dan perasaan penyair yang di alami saat itu, dan ketika saya membacanya saya ikut larut dan merasakan apa yang penyair alami.

Jawaban Narasumber 3 ( David ) :

Jawabannya iya, bila dicermati kata demi kata dan bait demi baitnya, puisi diatas memiliki diksi yang sederhana, bahkan sangatlah akrab dengan keseharian kita. Namun melalui kepiawaian sang penyair, kesederhanann kata-kata tersebut juga diberinya ruh-ruh sehingga pembaca ikut merasakan.

BAB II

ANALISIS DATA

2.1  Tafsiran hasil analisis data berdasarkan angket pembaca

Dari data angket penelitian analisis puisi “Hujan Bulan Juni” N1 menafsirkan, “Menurut sudut pandang saya, puisi tersebut menggambarkan pesan amanah tabah dan bijak, terus menyimpan banyak arti, hingga si pembaca timbul pertanyaan, logika yang sedrhana “Dirahasiakannya rintik rindunya” itu sudah jelas mengandung  pertanyaan, yang jawabannya manusia itu hidup bersama alam maka harus bisa menyikapi alam, sebagiaman baiknya.” Menurut N1 puisi “Hujan Bulan Juni” mengisahkan bagaimana manusia harus bisa menjaga alam dengan sebaik mungkin, puisi ini juga dipandang sebagai pesan tabah kepada manusia apabila sedang terjadi bencana alam karena hujan yang tak kunjung berhenti. Dilihat dari jawabannya, N1 melihat puisi ini secara polos dari kata per kata. Hujan yang sebenarnya memiliki makna konotasi ternyata diungkapkan menjadi kata hujan itu sendiri oleh N1. Berbeda dengan penafsiran N1, N2 menafsirkan, “Puisi “Hujan Bulan Juni” merupakan gambaran atau pengistilahan rasa rindu dan cinta kepada seseorang, tetapi karena suatu hal, maka ia merasa ragu-ragu dan tak mungkin untuk disampaikan, hingga ini membiarkan perasaannya untuk tetap tak tersampaikan”. Menurut N2 puisi “Hujan Bulan Juni” adalah puisi ungkapan rasa cinta dan rindu kepada seseorang yang tak tersampaikan, N2 lebih melihat suasana romantik pada puisi ini. Sedangkan N3 menafsirkan, “Berdasatkan apa yang saya rasakan dari puisi diatas bahwa dalam kata “Hujan” tidaklah sekedar butir air yang jatuh tetapi seolah-olah diberi jiwa yang memiliki sifat-sifat tertentu, tabah, bijak, arif, dan dapat di lihat perilakunya (dirahasiakannya, dihapusnya, dibiarkannya.)” N3 ternyata lebih memaknai puisi tersebut secara makna per kata, bahwa kata Hujan bukanlah sebuah rintik air yang jatuh dari langit, tapi menurut N3 kata Hujan  mengandung suatu makna tertentu yang dapat dilihat perilakunya. Berdasrkan jawaban N1, N2, dan N3 dapat ditarik kesimpulan ketiganya memiliki penafsiran masing-masing dalam memaknai puisi “Hujan Bulan Juni”. Namun dapat dikatakan jawaban N3 hampir sama dengan N2 yaitu bahwa puisi “Hujan Bulan Juni” merupakan puisi ungkapan rasa cinta yang tidak tersampaikan.

Berdasarkan pengalaman hidupnya, N1 menganggap puisi “Hujan Bulan Juni” pernah dialaminya. “Menurut saya pribadi tergantung si pembacanya. yang namanya orang beda-beda ya kan ? … yang berhubungan dengan saya judulnya saja sudah tergambarkan, bukan dari kenangan, tetapi menyangkut peristiwa orang banyak.” N1 melihat puisi ini berdasrkan pengalamannya dalam menikmati rintik air hujan dan juga hujan yang menjadi kepentingan banyak orang terutama bagi seorang petani untuk mengairi sawahnya. Lain halnya dengan N2 yang lebih romantik, N2 pun memiliki pengalaman hidup yang berkenaan dengan puisi tersebut. “Iya ada, ketika saya lebih memilih untuk tidak mengungkapkan perasaan saya kepada seseorang.” Pengalaman yang serupa dengan puisi tersebut ketika N2 memilih untuk menutupi perasaannya terhadap seseorang yang ia cintai. Hampir sama dengan N2, N3 pun mengalami hal yang demikian yaitu ketika rasa cintanya tak tersampaikan. “Tentu jawabannya “iya”, setiap ku baca berulang puisi ini memiliki rasa yang sama rasa dimana rindu dan cinta yang tertahan, ironinya rasa itu menjadi ragu-ragu (ambigu) bahkan tak tersampaikan.”

Pada puisi “Hujan Bulan Juni”, N1 merasakan peristiwa pada puisi tersebut yang juga pernah dialaminya. “Peristiwanya, saat aku merindukan datangnya hujan, dan kapan akan berhenti turunnya hujan.” Peristiwa yang berkaitan itu adalah ketika N1 merindukan datangnya hujan dan ketika N1 merasa cemas atas hujan yang tak kunjung reda. Selain peristiwa seperti N1, ternyata N2 juga mengalami perasaan yang sama dengan puisi tersebut, terlihat dari jawabannya yang mengatakan “Perasaan dan peristiwanya.”  Sedangkan N3 hanya merasakan perasaannya saja yang sama dengan puisi tersebut. “Perasaannya seperti hujan bulan januari rasa yang sama.” yaitu sebuah rasa yang begitu menyiksa karena rasa cintanya yang tak tersampaikan.

Berdasarkan penelitian, N1 tersenyum membaca puisi “Hujan Bulan Juni”. “Ada, saya tersenyum saat membacanya, dari bait pertama sampai akhir, karena didalamnya mengandung pengalaman yang saya alami, terlebih-lebih seorang petani yang kerjanya berteman dengan alam.” Ekspresi senyum dari N1 dapat diartikan bahwa N1 merasa bahwa pengalamannya yang sering menanti hujan ternyata digambarkan secara indah pada puisi tersebut yang membuatnya merasa senang. N1 yang tersenyum membaca puisi tersebut ternyata berbeda dengan N2 karena N2 justru merasa sedih membaca puisi tersebut. ” Saya merasa sedih, karena puisi tersebut mengingatkan saya, ketika saya membiarkan perasaan saya tak tersampaikan.” N2 merasa sedih karena puisi tersebut mengingatkan atas luka hatinya dulu saat cintanya tak tersampaikan. Berbeda lagi dengan N3 yang lebih mendalam memaknai peggunaan kata-katanya yeng membuatnya terharu. “Mungkin lebih tepatnya terharu merasakan tiap bait yang disampaikan seolah masuk dalam suasana.” N3 lebih fokus pada penggalan bait dengan kata-kata yang indah dan bermakna mendalam daripada menilai dari segi maknanya.

N2 tetap memfokuskan pada keromantisan puisi tersebut yang dirasakannya. “Puisi tersebut berfokus pada percintaan dimana seseorang yang tidak mengungkapkan perasaaan rindu atau cintanya terlihat pada larik-larik “Dari hujan bulan juni/ Dibiarkannya yang tak terucapkan/ Diserap pohon bunga itu/”.” N2 melihat setiap larik puisi ini berisi sebuah kisah percintaan yang juga pernah dirasakannya. Namun N3 tampak lebih sederhana memfokuskan puisi tersebut dengan melihat judulnya saja, “Fokusnya pada judul puisi tersebut “Hujan Bulan Juni” merupakan suatu yang hampir mustahil sebab bulan juni adalah bulan yang masuk dalam rentang musim panas atau kemarau, karena itu hujan harus menahan diri.” Menurut N1 puisi ini menarik hanya dengan melihat judulnya saja, bahkan sebelum membaca isinya pun N3 merasa bahwa kata “Hujan” disini merupakan makna konotasi karna “Hujan” yang sebenarnya tidak akan turun dibulan juni.

Amanat yang dirasakan N1 setelah membaca puisi “Hujan Bulan Juni” adalah sebuah ketabahan. “Tabah dan bijak. Misalnya Tabah menghadapi masalah. Misalnya Bijak mengatasi masalah.” Tabah ketika hujan yang turun menimbulkan banjir, dan bijak saat mengatasi banjir yang melanda kehidupannya.  Berdasarkan pengalaman ketika cintanya tak tersampaikan, N2 menangkap amanat dari puisi tersebut pun demikian. “Jika kita memiliki perasaan cinta atu rindu kepada seseorang, hendaklah kita mengungkapkannya. Jangan malah membiarkan perasaan itu tidak diungkapkan.” N2 mengharapkan kepada siapapun untuk jangan membiarkan perasaan cinta tak tersampaikan. Sedangkan N3 lebih condong kepada sikap tabah, “Amanat yang dapat saya petik dari puisi diatas adalah tentang sebuah ketabahan, kebijakan dan kearifan dalam menjalankan teka-teki kehidupan ini.” Amanat yang diperoleh N3 ternyata diambil secara umum, tidak hanya dalam hal percintaan atau masalah saja, tapi hendaknya manusia memang harus tabah dan bijak dalam menjalani kehidupan.

N1 merasa mendapat pengalaman baru setelah membaca puisi “Hujan Bulan Juni”. “Setelah saya membaca puisi tersebut spontan mendapatkan pengalaman baru, karena langsung disuruh menjawab dan menulis angket penelitian analisis puisi ini, kalo masalah pengalaman saya dulu banyak sekali, kiranya tak cukup aku jelaskan.” N1 menjelaskan secara singkat pengalaman yang diperoleh setelah membaca puisi tersebut adalah karena setelah membaca puisi tersebut N1 medapat mengalaman untuk mengisi dan menulis angket, dan ini kali pertama N1 mengisi angket. Lain halnya dengan N2, “Tidak. Karena perasaan dan peristiwa pada puisi tersebut sudah pernah saya alami.” N2 tidak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, karena menurut N2 puisi tersebut persis menggambarkan isi hatinya yang pernah dialami dulu. Sedangkan bagi N3, “Kepribadian sang penyair menginspirasikan saya dalam sebuah tulisan sajak kata indahnya.” N3 merasa mendapatkan pengetahuan baru dari penyair yang merangkai kata per kata puisi tersebut dengan sangat indah, dan puisi tersebut dapat mengispirasinya.

“Sudah jelas bisa memberi manfaat buat saya dan buat semua orang yang membaca puisi tersebut, karena didalamnya mengandung arti kehidupan manusia terhadap alam. Bagaimana untuk menyikapinya. Sayang bahasa puisi tersebut terlalu dalam untuk di mengerti, tapi bagus !!! bagus sekali.” N1 merasa mendapat manfaat setelah membaca puisi “Hujan Bulan Juni” , manfaat yang diperoleh adalah agar pembaca lebih dapat memaknai kehidupannya dengan baik, dan tidak menyia-nyiakan hidupnya. Sedangkan N2 merasa puisi tersebut tidak mendatangkan manfaat, “Tidak, karena dengan membaca puisi tersebut malah mengingatkan masa lalu saya.” N2 merasa puisi itu tidak mendatangkan manfaat karna N2 merasa adanya puisi tersebut justru mengingatkan masa lalu yang membuatnya sedih. “Pemaknaan dalam bait kata yang mampu menimbulkan reaksi fisik hingga pembaca seolah masuk dalam suasana tertentu, tentu bukan hanya komposisi kata, atau majas yang begitu dominan yang diperkuat, tapi tak lepas dari ketulusan penyair.” Berbeda N2, N3 merasakan manfaat setelah membaca puisi itu karena N3 merasa mendapat inspirasi baru. N3 larut dalam suasana yang diciptakan penulis pada puisi tersebut. Komposisi majas yang indah sangat mengisnpirasinya dan menimbulkan kesan keindahan yang membuatnya merasa senang.

Setelah membaca puisi “Hujan Bulan Juni” N1 merasa takjub dengan penyair, dianggapnya penyair telah berhasil menyampaikan pengalamannya dengan indah, “Iya berhasil, karna sebenarnya banyak yang merasakan hal seperti itu namun mereka tak bisa menuangkan isi hati, pikiran, dan pengalamannya, termasuk saya hehe … mungkin karna sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan penyair puisi tersebut sudah jadi pekerjaannya. Terimakasih Bpk. Sapardi Djoko Damono.” N1 berterimakasih kepada Bapak Sapardi Djoko Damono, penyair puisi “Hujan Bulan Juni” karena N1 merasa karya beliau sangat mewakili perasaan dan kehidupan banyak orang yang tidak semua orang dapat menuangkannya dengan seindah itu. Sama dengan N1, N2 juga menganggap bahwa penyair telah berhasil menyampaikan pegalamannya, “Iya, karena melihat dari diksi-diksi yang digunakan penyair sudah menggambarkan peristiwa dan perasaan penyair yang di alami saat itu, dan ketika saya membacanya saya ikut larut dan merasakan apa yang penyair alami.” Namun berbeda dengan N1, N2 lebih menitikberatkan pada penggunaan diksi yang indah dan sesuai sehingga penyair dapat dianggap berhasil dalam penyampaiannya. Tak terkecuali dengan N3 yang juga merasa bahwa penyair berhasil dalam menyampaikan pengalamannya, namun berbeda dengan N1 yang menilai dari makna puisinya N3 justru hampir sependapat dengan N2, “Jawabannya iya, bila dicermati kata demi kata dan bait demi baitnya, puisi diatas memiliki diksi yang sederhana, bahkan sangatlah akrab dengan keseharian kita. Namun melalui kepiawaian sang penyair, kesederhanann kata-kata tersebut juga diberinya ruh-ruh sehingga pembaca ikut merasakan.” N2 dan N3 ternyata lebih menilai kelayakan suatu puisi dari segi penggunaan unsur lahiriah saja yaitu majas dan diksi. Sedangkan N1 lebih menilai puisi dari makna yang akan disampaikan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

            Berdasarkan hasil data angket penelitian analisis puisi “Hujan Bulan Juni” yang dilakukan oleh 3 narasumber, diperoleh kesimpulan bahwa puisi “Hujan Bulan Juni” sangat mengandung makna yang dalam dan banyak menggunakan kata konotasi sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dari ketiga narasumber. Narasumber 1 mengartikan bahwa puisi “Hujan Bulan Juni” merupakan penantian orang terhadap turunnya hujan, dan ketabahan orang dalam menghadapi bencana karena hujan yang tak kunjung reda. Narasumber 2 menganggap bahwa puisi tersebut adalah puisi romantis yang mengisahkan tentang suatu rasa cinta dan rindu yang tak tersampaikan kepada orang yang disayanginya. Sedangkan N3 memaknai puisi ini sebagai ungkapan seseorang atas ketabahannya dalam menjalani teka-teki kehidupan.

            Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono menggambarkan tentang penantian seseorang kepada seseorang yang dinantinya. Dengan sangat tabah, bijak, dan arif ia menanti. Dengan merahasiakan segala rindunya, menghapus segala keraguannya dalam menanti. Akhirnya penantiannya berbuah manis. Ia mendapatkan seseorang yang dinantinya tersebut. Karena begitu tulusnya perasaan seseorang tersebut ia membiarkan tak terucapkan segala apa yang ia rasa selama menanti. Puisi ini sangat memberikan kita pelajaran betapa tidak ada yang tidak mungkin jika kita ingin berusaha. Sesungguhnya kekuatan cinta itu nyata.

*Lampiran