Jika kita tidak pernah belajar maka kita akan titik-titik pengetahuan dengan yang lain


Quipperian! Menurut Ali Bin Abi Thalib ada syarat mencari ilmu yakni cerdas, giat/rajin ( semangat ), sabar, bekal ( biaya ), petunjuk dari guru, dan waktu yang lama. Nah, sayarat tersebut disampaikan oleh Ali Bin Abi Thalib via syairnya yang terjemahannya ” Tidak akan berhasil seseorang dalam mencari ilmu kecuali dengan enam syarat, maka akan saya sampaikan kepadamu keseluruhan syarat-syarat tersebut dengan jelas. Cerdas, giat, sabar, mempunyai biaya, adanya petunjuk dari seorang guru, dan dalam waktu yang lama.”

Syarat-syarat tersebut berlaku untuk syarat mencari ilmu agama maupun ilmu umum. Nah, untuk lebih jelasnya simak sedikit penjelasan di bawah ini :

1. Cerdas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud, cerdas dapat diartikan sebagai sempurna dalam perkembangan akal dan budi (untuk berpikir, mengerti ). Anak/Orang yang cerdas juga dapat diartikan sebagai manusia yang tajam pikirannya, sehingga dapat mengingat, menghafal, dan memahami apa yang dipelajarinya dengan cepat.

Selain definisi di atas, kecerdasan (intellegensi) adalah kemampuan untuk memahami keterkaitan antara berbagai hal, kemampuan untuk mencipta, memperbaharui, mengajar, berpikir, memahami, mengingat, merasakan, berimajinasi, memecahkan permasalahan, dan kemampuan untuk mengerjakan berbagai pekerjaan dalam berbagai tingkat kesulitan.

Dari definisi tersebut sangatlah tepat apa yang dikemukakan oleh Ali Bin Abi Thalib, bahwa cerdas ditempatkan pada syarat yang pertama dalam menuntut ilmu. Jika anak/orang memiliki kecerdasan yang tinggi maka akan cepat menyerap ilmu yang sengaja dipelajari maupun yang tidak sengaja dipelajari, sebaliknya jika seseorang memiliki kecerdasan yang rendah maka akan lebih membutuhkan waktu lama dalam menyerap suatu ilmu.

2. Sabar

Quipperian, ada beberapa definisi/pengertian sabar yang dimaksud oleh Ali Bin Abi Thalib. Pertama, sabar atau tahan dalam menghadapi cobaan, tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, dan tidak patah hati. Kemudian Sabar dengan tetap dan teguhnya dorongan keagamaan dalam menghadapi dorongan hawa nafsu.

Definisi sabar menurut bahasa adalah bahwa sabar berasal dari bahasa Arab yakni “Shobaro” yang sudah menjadi bentuk infinitif (masdar) Shobron. Dari segi bahasa sabar berarti menahan atau mencegah. Kata sabar sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia.

Menurut istilah, sabar adalah menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.

Kenapa Harus Belajar Ilmu Komunikasi di Kampus Nanti?

3. Biaya

Biaya pada poin ini diartikan sebagai ongkos yang mencukupi untuk biaya hidup. Sekiranya orang yang akan mencari/menuntut ilmu  tidak lagi membutuhkan pertolongan dari orang lain dalam masalah rejeki. Jika pencari ilmu, dalam hal ini kalian atau para siswa yang masih duduk di bangku SD, SLTP, dan SLTA mungkin masalah biaya sudah ditanggung oleh orang tuanya atau walinya. Dengan demikian, maka seorang pelajar dapat fokus dalam setiap harinya untuk belajar. Apalagi saat sekarang banyak siswa yang menerima BSM.

Seseorang yang sedang mencari ilmu disyaratkan untuk mempunyai biaya (ongkos). Dimaksudkan supaya orang tersebut bisa berkonsentrasi secara penuh dalam mencari ilmu (belajar) sehingga tidak terganggu dengan pemikiran-pemikiran yang lain yang bisa mengganggu dalam proses belajarnya.

Seseorang tidak mungkin bisa menuntut ilmu dengan baik apabila dia tidak mempunyai biaya untuk membeli alat-alat kebutuhan belajar, seperti buku pelajaran misalnya, atau seseorang tidak akan bisa belajar dengan tenang apabila dia kekurangan uang untuk kebutuhan sehari-hari, seperti halnya kebutuhan untuk makan.

Jadi, kalau secara logika  tidak mungkin seseorang bisa belajar dengan baik apabila konsentrasinya masih terpecah dalam masalah biaya kehidupannya, kalaupun orang tersebut bisa menutupi kekurangannya dalam hal biaya (ongkos) ini dengan bekerja sambilan, tetap saja akan mempengaruhi konsentrasinya dalam belajar, sebab orang tersebut konsentrasinya terpecah antara bagaimana cara mencari biaya hidup dengan bagaimana agar pelajaran yang dia dapat bisa dikuasai dengan baik.

Pepatah Jawa mengatakan “jer basuki mowo beo,” kesuksesan atau kejayaan tidak akan pernah bisa tercapai kecuali dengan adanya biaya. Kiranya, hal ini tepat adanya bila dicocokkan dengan persyaratan bulghoh/bekal,sebagaimana ongkos (biaya) mempunyai andil yang sangat besar dalam mencapai kesuksesan atau kejayaan.

4. Guru

Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani siswanya agar mencapai tingkat kedewasaan, sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya.  Guru bertanggung jawab tidak sebatas dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah.

Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya tidak hanya di lingkungan sekolah, tapi juga di luar sekolah. Dengan kata lain, tugas guru adalah melahirkan atau membentuk manusia yang pandai dan berbudi mulia serta taat kepada Tuhan.

Sehingga mereka (siswa) menjadi manusia yang berguna, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain, serta yang tidak kalah pentingnya ialah manfaat untuk agamanya sehingga mereka mampu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Guru mempunyai peranan sangat penting dalam proses belajarnya para siswa/pelajar, memang benar ada sesorang yang dapat belajar tanpa guru (otodidak ). Tapi, model belajar tanpa guru sangatlah rentan dengan kekeliruan.

Jika kalian ingin belajar otodidak tentang kajian ilmu positif apapun dengan sumber buku, internet, dan lain-lain sebaiknya apa yang telah kalian pelajari dan pahami, tanyakanlah tentang kebenarannya  kepada seseorang/guru yang ahli di bidangnya.

5. Waktu

Hal yang dimaksud dengan waktu lama adalah bahwasanya di dalam mencari ilmu apabila seseorang menginginkan agar benar-benar menguasai suatu ilmu maka haruslah mempelajari ilmu tersebut dalam waktu yang relatif lama, sebab hal-hal yang berhubungan dengan ilmu tersebut sangat banyak sehingga tidak bisa ditempuh dalam waktu yang singkat.

Coba kalian hitung berapa banyak disiplin ilmu yang ada dari jenjang pendidikan yang terendah sampai tertinggi baik di jenjang pendidikan formal maupun non formal. Mungkin semakin banyak kita belajar maka kita akan semakin merasa bodoh karena begitu banyaknya ilmu yang sebelumnya kita belum pernah mengetahuinya.

Penulis: Sritopia

Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”.

Hadis di atas tentunya sudah tidak asing di benak kita, bahwa kewajiban menuntut ilmu itu diperuntukkan bagi setiap orang Islam. Syaikh Az Zarnuji pun menjelaskan, bahwa diwajibkan pula atas seorang Muslim, mempelajari ilmu yang dibutuhkan dirinya sekarang ini, dan juga ilmu yang dapat diamalkan kapan saja dan dimana saja.

Mengapa wajib bagi setiap Muslim untuk menuntut ilmu? Karena ada banyak keutamaan ilmu. Beberapa keutamaan ilmu diantaranya adalah:

  1. Ilmu adalah kekhususan, ilmu adalah keistimewaan yang Allah subhanahu wa ta’ala khususkan hanya untuk manusia semata. Selain ilmu, manusia dan hewan memiliki kesamaan.
  2. Ilmu dapat mengantarkan seseorang menuju kepada kebajikan dan ketaqwaan. Dan sebab ketaqwaan itu, seseorang dapat memperoleh kemuliaan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, dan kebahagiaan abadi.

Keutamaan akan ilmu ini seyogyanya dapat menjadikan setiap Muslim senantiasa bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.

Syaikh Az Zarnuji mengatakan, bahwa diantara hal yang penting dalam menuntut ilmu yang harus diperhatikan adalah fil jiddi (kesungguhan). Jika sesuatu dilakukan dengan kesungguhan, maka Allah subhanhu wa ta’ala akan memberikan keberhasilan di dalamnya. Selain kesungguhan (al jiddu), juga perlu diiringi dengan sikap kesungguhan yang terus menerus (al muwazobah) dan komitmen (al muzallimah) dalam menuntut ilmu. Tiga sikap ini harus ada dalam diri pelajar (orang yang belajar) dan berjalan beriringan, tidak dapat hanya salah satu saja.

Wajib bagi setiap pelajar, bersungguh-sungguh, terus menerus, dan komitmen, tidak berhenti hingga tujuan dalam menuntut ilmu tercapai. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Maryam: 12 yang artinya, “Wahai Yahya, ambillah kitab (itu) dengan kuat”, dan dalam QS Al Ankabut: 69 yang artinya, “Dan orang-orang berjuang, untuk mencari keridhaan Kami, niscaya Kami tunjukkan mereka jalan-jalan menuju Kami”.

Dikatakan oleh Az Zarnuji, barangsiapa yang mencari sesuatu dan dilakukannya dengan sungguh-sungguh, pasti dia akan mendapatkannya. Dan barangsiapa yang mengetuk pintu dengan terus menerus, pasti dapat masuk. Dikatakan pula, bahwa sesuai dengan kesungguhannya, seseorang akan mendapat apa yang menjadi harapannya.

Dalam konteks kesungguhan ini, Az Zanurji menjelaskan bahwa kesulitan yang dihadapi seseorang akan dapat selesai dengan kesungguhan, terutama kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar. Allah akan memberikan pertolongan pada seseorang jika Allah menghendaki. Kesulitan dapat selesai dengan kesungguhan adalah menjadi anugerah Allah subhanahu wa ta’ala dan berada dalam kekuasaan-Nya.

Kesungguhan dalam belajar dan memperdalam ilmu bukan hanya dari pelajar semata namun kesungguhan ini juga dibutuhkan kesungguhan dari tiga (3) orang, yakni pelajar (murid), guru, dan orang tua. Jika murid, guru, dan orang tua sungguh-sungguh, insya Allah itu akan berhasil, kesulitan (dalam menuntut ilmu, dalam belajar) akan dapat terselesaikan, insya Allah. Manusia diperintahkan Allah untuk belajar dan belajar. Hanya saja memang kualitas akal manusia itu berbeda-beda. Nah, kesungguhan inilah yang menjadi kunci. Dengan kesungguhan ini, sesuatu yang sulit itu insya Allah akan dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Bagaimana ilmu itu dapat diperoleh tanpa melalui kesulitan? Banyak diantara kita ini memiliki cita-cita, memiliki keinginan, namun jika tidak diiringi dengan kesungguhan, maka itu adalah kedustaan. Apapun cita-cita dan keinginan seseorang, jika diiringi dengan kesungguhan, maka insya Allah akan terwujud. Jika tidak diiringi dengan kesungguhan, maka itu adalah kegilaan. Kita harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Tanpa kesungguhan, maka kita adalah orang yang gila. Orang belum dapat dikatakan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, jika dia belum mendapatkan kepayahan yang sangat dalam menuntut ilmu. Allah akan memberikan jalan keluar untuk kesungguhan tersebut.

Masya Allah, merujuk pada materi di atas, maka pentinglah bagi setiap diri kita untuk senantiasa bersungguh-sungguh dalam belajar (menuntut ilmu). Semoga rangkuman materi ini dapat menjadi refleksi untuk diri kita, terlebih khusus bagi penulis pribadi. Insya Allah akan kita lanjutkan pembahasan mengenai kesungguhan dalam menuntut ilmu pada kesempatan berikutnya. Allahu’alam bish showab.

Referensi:

Materi kajian Kitab Ta’lim Muta’allim Syaikh Az Zanurji oleh Ustadz Muhammad Abdullah Sholihun yang dirangkum oleh penulis pada Ramadhan 1441 H.

Penulis:
Hazhira Qudsyi, S.Psi., M.A
– Dosen Jurusan Psikologi FPSB UII
– Kepala Divisi Pembinaan Kepribadian dan Kesejahteraan DPK UII

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA