TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Banyak pihak penasaran dan  menunggu hasil sensus penduduk 2010 yang akan diumumkan  Presiden dalam pidato kenegaraan 16 Agustus 2010. Memang secara resmi belum dipublikasikan, namun sebagian ahli memprediksi jumlah penduduk Indonesia mencapai 238 juta jiwa atau kelebihan 3 juta dari prediksi ahli kependudukan.Dengan jumlah penduduk Indonesia 238 juta atau nomor empat di dunia setelah China, India dan Amerika apakah menguntungkan atau merugikan?  Jika jumlah penduduk besar berkualitas bagus maka menjadi modal pembangunan, namun bila penduduk tidak berkualitas maka menjadi beban pembangunan.Profesor Dr Nila Anfasa Muluk staf ahli Presiden bidang MDGs (Millenium Development Goals) dan KB memaparkan 8 tujuan utama pembangunan kependudukan saat acara Mukernas IPKB 8-10 Agustus 2010 di Jakarta yang dihadiri oleh pengurus seluruh Indonesia. Dalam paparannya, Prof Nila Anfasa Moeloek menyebut ada 8 MDGs yaitu penghapusan kemiskinan, pendidikan untuk semua, persamaan gender, penurunan angka kematian, peningkatan kesehatan ibu, perlawanan terhadap penyakit, pelestarian lingkungan hidup dan kerjasama global.Apa kaitannya MDGs dengan hasil sensus penduduk 2010? Secara kasat mata, bila jumlah penduduk 238 juta maka prediksi ahli kependudukan 235 juta jiwa berarti meleset, yang notabenenya adalah program BKKBN belum berhasil sesuai harapan. Karena BKKBN lah yang menjadi garda terdepan dalam pengendalian jumlah penduduk.Profesor Dr Sugiri Syarief membela diri dalam hal ini, mengeluhkan anggaran atau alokasi dana untuk BKKBN secara nasional hanya Rp 1,3 triliun yang tentu saja tidak akan mencukupi. Penyuluh Lapangan (PL) KB baru ada sekitar 24 ribu dari 40 ribu yang dibutuhkan 2010. Menurut Sugiri, idealnya anggaran untuk BKKBN sekitar Rp 3-4 triliun dan memiliki 40 ribu PL KB agar bisa melayani jumlah desa di Indonesia. Dengan anggaran sebesar itu, Sugiri berjanji bisa menekan angka pertumbuhan penduduk 1 persen, dibanding saat ini masih 1,4 persen.Lebih dari itu, masih menurut Sugiri, UU No 52 tahun 2009 yang berisi "instruksi" kepada pemerintahan di seluruh Indonesia untuk segera mengimplementasikan program kependudukan dan KB nasional juga belum sepenuhnya dilaksanakan. Padahal UU sudah semestinya dilaksanakan 1,5 tahun sejak 19 Maret 2009. Hingga kini masih banyak pemerintah daerah yang tidak memiliki badan atau SKPD yang mengurusi keluarga berencana, yang ada, hanya digabung dengan SKPD lain.Prof Nila Muluk tetap yakin hanya dengan program KB maka pertumbuhan penduduk bisa dikendalikan. Karena fakta di Indonesia, angka kematian ibu masih tinggi yaitu 228 / 100.000 kelahiran hidup. Maka dikenalkan dengan kontrasepsi, atau lawan dari konsepsi. Kontrasepsi bermakna untuk dapat menurunkan risiko kesakitan dan kematian ibu. Kontrasepsi untuk usia kurang dari 20 tahun maka yang dipakai untuk mencegah kehamilan. Untuk usia 20-30 maka perlu mengatur kehamilan.  Sedangkan bagi usia 30 - 35 tahun  kontrasepsi berguna untuk mengakhiri kehidupan.Kondisi pertumbuhan penduduk Indonesia terkini adalah mortalitas menurun, fartilitas tinggi, peledakan penduduk dan meningkatnya penduduk di usia muda.  Potensi kematian ibu melahirkan saling terkait. Biasanya keluarga miskin, pendidikan buruk maka jumlah anak banyak.