Kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara membaca keras-keras di depan umum disebut

Diterbitkan tanggal 1 Februari 2019

Triningsih (Pustakawan Muda IAIN Surakarta)

Perayaan World Read Aloud Day tanggal 1 Februari adalah perayaan yang mengingatkan kita akan pentingnya membaca dan menulis. Hal ini digagas oleh organisasi non-profit LitWorld yang punya misi untuk memberantas buta aksara di dunia.

Seringkali anak-anak diminta untuk membaca buku oleh gurunya didepan kelas dengan suara nyaring. Atau sebagai orang tua terkadang meminta anak untuk membaca di rumah ketika menemani buah hati belajar dengan suara yang nyaring pula.

Membaca Nyaring

Ternyata hal tersebut mempunyai dampak yang positif.  Membaca nyaring dapat membuat otak menjadi lebih mudah untuk menghapal apa yang telah dibaca. Membaca nyaring juga bisa membuat pendengar mengetahui jika cara baca tersebut sudah benar atau belum. Membaca nyaring itu menyehatkan karena melibatkan bagian otak tertentu untuk bergerak, jika dibandingkan dengan membaca secara diam.

Membaca nyaring adalah aktivitas yang menyenangkan, karena antara pembaca dan pendengar bersama-sama menangkap dan memahami informasi yang sedang dibaca. Membaca nyaring dapat juga dikatakan dengan membaca bersuara yang difokuskan pada tekanan kata, lagu kalimat atau intonasi, jeda, serta menguasai tanda baca.

Membaca nyaring yaitu melafalkan suara dengan keras. Hal itu senada dengan Dalman (2010:48) yang mengatakan bahwa membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rothlein dan Meinbach (1993) dalam Supardi (2010) menunjukkan bahwa membaca nyaring dapat meningkatkan keterampilan berbahasa lainnya, membantu perkembangan anak mencintai buku, dan membaca ceritera sepanjang hidupnya. Anak-anak cenderung meniru dan mengikuti jejak orang dewasa.

Pendapat yang mirip disampaikan oleh Cox (1999), membaca nyaring untuk anak-anak yang dilakukan setiap hari merupakan sesuatu yang penting untuk mengajar mereka menyimak, berbicara, atau menulis. Pembacaan cerita yang dilakukan oleh orang tua akan membawa anak dalam perkembangan bahasa yang baik, melalui perkembangan kosa kata, semangat membaca, dan sukses dalam belajar membaca permulaan.

Terlebih lagi, membaca dengan suara nyaring dapat mempengaruhi area produktivitas yang berbicara di dalam otak. Pastinya ini akan dapat membuat otak menjadi lebih aktif dan tentu saja menyehatkan. Sungguh hebat bukan?

Membaca nyaring atau keras, ternyata sesuai dengan ajaran Rosulullah Muhammad SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Abu Dawud, dan Hakim. Membaca dengan nyaring/ keras seperti bersedekah. Anjuran tersebut juga berlaku ketika membaca kitab suci Alquran.

“Orang yang membaca Alquran dengan suara keras adalah seperti orang yang bersedekah terang-terangan, dan orang yang membaca Alquran dengan suara perlahan adalah seperti orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, dan Hakim).

Kembali kepada niat dalam hati seseorang tersebut. Jika niatnya ingin bersedekah secara terang-terangan agar dapat menggugah orang lain untuk ikut membaca dan berbagi pengetahuan, maka hal tersebut diperbolehkan. Sama dengan buku yang dibaca nyaring, jika hal tersebut ingin berbagi informasi dan pengetahuan, maka dibolehkan membaca nyaring. Mengingat betapa positifnya membaca nyaring, marilah kita isi fikiran dengan ilmu pengetahun serta berbagi informasi disekitar kita dengan membaca nyaring. Bisa dimulai dari diri sendiri kepada keluarga terdekat (anak, suami/ istri), maupun teman terdekat. Selamat Membaca Nyaring. Semoga bermanfaat.

Membaca merupakan kegiatan melihat tulisan bacaan dan proses memahami isi teks dengan bersuara atau dalam hati.[1] Membaca adalah mengungkapkan suatu imajinasi terhadap suatu pembaca yang disukai khalayak ramai dan juga dimengerti oleh seseorang yang dicintai. Kegiatan membaca meliputi membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara membaca keras di depan umum. Sedangkan kegiatan membaca dalam hati adalah kegiatan membaca dengan seksama yang dilakukan untuk mengerti dan memahami maksud atau tujuan penulis dalam media tertulis.[2]

Membaca

Membaca menjadi salah satu jenis kemampuan berbahasa melalui tulisan yang bersifat reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru yang belum pernah diketahui sebelumnya. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan membuat orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirannya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya.[3] Hal tersebut berdampak pada kemampuan dalam menyelesaikan sekolah dan menjalani hidup lebih mudah.[4]

Membaca dapat diartikan juga sebagai proses individu memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan respektif saja, melainkan menghendaki pembaca untuk aktif berpikir ketika sedang melihat kata-kata yang terdapat di dalam buku.[5] Di dalam konteks belajar-mengajar seperti di sekolah ataupun di kampus, membaca dipandang sebagai proses menuju pemahaman sebagai produk yang dapat diukur.[6] Ada banyak cara yang distandarkan untuk mengukur kemampuan membaca individu. Sejumlah teknik pengukuran kemampuan membaca yang sering dipergunakan antara lain adalah dengan mempergunakan bentuk benar-salah, melengkapi kalimat, pilihan ganda, pembuatan ringkasan atau rangkuman, test,test-C, dan lain-lain.[7]

Membaca dapat dibedakan menjadi empat tingkat kerumitan proses berpikir, yaitu membaca literal, membaca interpretatif, membaca kritis, dan membaca kreatif. Membaca literal merupakan tingkatan membaca yang hanya bertujuan menemukan informasi yang dinyatakan secara jelas di dalam bacaan. Membaca interpretatif melibatkan kemampuan memperoleh informasi yang dihasilkan dari penggabungan pernyataan antarbaris dalam bacaan. Membaca kritis melibatkan kemampuan memperoleh informasi melalui proses berpikir kritis yang meliputi proses analisis, sintesis, dan evaluasi isi bacaan. Sedangkan membaca kreatif melibatkan kemampuan memproduksi ide dengan cara berimajinasi dan berkreasi. Capaian tingkatan kegiatan membaca diperoleh melalui pemahaman dan kegiatan membaca secara berjenjang. Pemahaman akan bacaan dengan tingkat tinggi terlebih dahulu memerlukan keterampilan membaca di tingkat yang lebih rendah.[8]

Terdapat 5 jenis membaca[9], yaitu:

  1. Membaca teliti yaitu membaca yang penekannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasai isi bacaan,
  2. Membaca pemahaman yaitu membaca yang penekannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasai isi bacaan,
  3. Membaca ide yaitu membaca dengan maksud mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang tedapat pada bacaan.
  4. Membaca kritis yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tegang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, bukan hanya mencari kesalahan.
  5. Membaca telaah bahasa.

Tujuan utama dari kegiatan membaca adalah untuk mengumpulkan informasi serta memahami makna bacaan. Aspek penting di dalam kegiatan membaca yaitu aspek kepenulisan dan aspek kebahasaan. Aspek penulisan merupakan aspek dasar yang berkaitan dengan kemampuan mengenali bentuk huruf dan unsur-unsur linguistik. Sedangkan aspek kebahasaaan merupakan aspek lanjutan yang meliputi pembacaan secara lambat dalam memahami pengertian leksikal, gramatikal, retorikal, keterkaitan, penilaian isi, dan penilaian bentuk. Aspek kebahasaan juga dapat dibaca dengan tempo waktu yang beragam dan disesuaikan dengan keadaan yang mudah dilakukan.[10]

Membaca suatu bacaan tidak dilakukan dalam sekali baca dan tanpa pengulangan. Pembacaan yang berulang-ulang membuat bacaan mudah diingat dalam waktu yang relatif lama, Keterampilan mengingat bacaan dapa dilakukan mulai dari mengorganisasikan bahan yang dibaca agar mudah dipahami. Selanjutnya, bahan bacaan dikaitkan dengan fakta-fakta atau menghubungkan dengan pengalaman pembaca. Pembaca juga perlu mencatat ide pokok atau detail penting yang diperlukan, menguasai diksi serta terbiasa dengan struktur dasar dalam penulisan kalimat, paragraf, dan tata bahasa.[11]

Kegiatan membaca memerlukan pemahaman, interpretasi dan penilaian informasi serta tanggapan terhadap bacaan, sehingga terjadi proses berpikir. Pengembangan kemampuan berpikir setiap individu dapat dicapai melalui kegiatan membaca. Selama membaca, individu memperoleh pengetahuan yang berguna untuk meningkatkan kapasitas berpikirnya.[12]

Meningkatkan keterampilan menulis

Kegiatan menulis selalu berkaitan dengan kegiatan membaca. Penulis yang banyak membaca akan memiliki kemahiran dalam memilih kata dan menggunakan permainan kata.[13] Selain itu, membaca secara bebas bacaan dengan topik, judul dan bentuk yang beragam akan memberikan banyak informasi bagi penulis.[14]

Terdapat beberapa tujuan membaca[15], yaitu:

  1. Memahami secara detail dan menyeluruh isi buku.
  2. Menangkap ide pokok/gagasan utama buku secara cepat (waktu terbatas).
  3. Mendapatkan informasi tentang sesuatu (misalnya, kebudayaan suku indian).
  4. Mengenali makna kata-kata (istilah) sulit.
  5. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia.
  6. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar.
  7. Ingin memperoleh nikmatan dari karya fiksi.
  8. Ingin memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan.
  9. Ingin mencari merk barang yang cocok untuk dibeli.
  10. Ingin menilai kebenaran gagasan pengarang/penulis.
  11. Ingin mendapatkan alat tertentu (instrumen affect).
  12. Ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) atau keterangan tentang definisi suatu istilah.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca individu. Kemampuan membaca yang dimaksud adalah bagaimana pemahaman seseorang pada bacaan yang dibacanya dan tingkat kecepatan yang dimiliki. Faktor-faktor itu antara lain tingkat Intelejensia, kemampuan berbahasa, sikap dan minat, keadaan bacaan, kebiasaan membaca, pengetahuan tentang cara membaca, latar belakang sosial, ekonomi dan budaya, dan emosi.[16]

Terdapat 3 tahap yang dapat dilakukan individu untuk menjadi pembaca yang efisien[17], yaitu:

  1. Tahap kegiatan pramembaca yaitu kegiatankegiatan yang dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan membaca sebagai jembatan untuk memahami bacaan.
  2. Tahap kegiatan membaca yaitu kegiatan memahami teks yang dibaca.
  3. Tahap kegiatan setelah membaca yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan membaca untuk mengecek atau menguji pemahaman terhadap bacaan yang telah dibaca.
  • Buku
  • Penulis
  • Membaca cepat
  • Bimbingan membaca

  1. ^ Ade Husnul Khotimah, Dadan Djuanda, Dadang Kurnia (2016). "Keterampilan Membaca Cepat Dalam Menemukan Gagasan Utama". Jurnal Pena Ilmiah. 1 (1): 342. ISSN 2540-9174. Pemeliharaan CS1: Menggunakan parameter penulis (link)
  2. ^ Tarigan, Henry Guntur (1979). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. ^ Irdawati, Yunidar dan Darmawan 2014, hlm. 2.
  4. ^ De Porter 2003, hlm. 182.
  5. ^ Gibbons 1993, hlm. 70-71.
  6. ^ Ahmadi 1990, hlm. 22.
  7. ^ Iskandarwassid dan Sunendar 2008, hlm. 247.
  8. ^ Sultan 2018, hlm. 2-3.
  9. ^ Tarigan 1979, hlm. 23-38.
  10. ^ Nurdjan, dkk. 2016, hlm. 82-83.
  11. ^ Nurdjan, dkk. 2016, hlm. 83.
  12. ^ Sultan 2018, hlm. 2.
  13. ^ Suyanto dan Jihad 2009, hlm. 115-116.
  14. ^ Suyanto dan Jihad 2009, hlm. 125.
  15. ^ Nurhadi 1987, hlm. 11.
  16. ^ Mulyono 2003, hlm. 31.
  17. ^ Harras et al 2007.

  1. Nurdjan, dkk. (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Makassar: Penerbit Aksara Timur. ISBN 978-602-73433-6-8.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. Sultan (2018). Membaca Kritis: Mengungkap Ideologi Teks dengan Pendekatan Literasi Kritis (PDF). Yogyakarta: Baskara Media. ISBN 978-602-50306-3-5.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. Suyanto dan Jihad, A. (2009). Betapa Mudah Menulis Karya Ilmiah (PDF). Yogyakarta: Penerbit Eduka. ISBN 978-979-18882-64.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  4. Irdawati, Yunidar &, Darmawan (2014). "Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Media Gambar Kelas 1 di Min Buol" (PDF). Jurnal Kreatif Tadulako. 5 (4): 1–14. ISSN 2354-614X. 
  5. Gibbons (1993). Learning to Learn in a Second Language. Australia: Heinemann Portmourth NH. ISBN 0-435-08785-1.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  6. Mulyono, Abdurrahman (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka CIpta. ISBN 979-518-525-9 Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan).  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  7. De Porter, B. (2003). Quantum teaching: mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas. Bandung: Kaifa. ISBN 978-602-0851-24-2.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  8. Ahmadi, Mukhsin (1990). Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang: YA3 Malang. ISBN 978-602-453-406-6.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  9. Iskandarwassid &, Sunendar D. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda. ISBN 978-602-432-569-5.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  10. Nurhadi (1987). Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan YA3 Malang. ISBN 979-403-387-1.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  11. Tarigan, H. G. (1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. ISBN 978-979-1016-55-1.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  12. Harras; et al. (2007). Membaca 1: Buku Materi Pokok Modul 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Penggunaan et al. yang eksplisit (link)
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Membaca.

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Membaca&oldid=18780371"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA