Kehidupan masyarakat purba yang menetap untuk bercocok tanam kemudian berpindah

Corak Kehidupan Manusia Purba Pada Masa Bercocok Tanam - Bercocok tanam merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya masa berburu dan meramu. Masa bercocok tanam ditandai dengan perubahan tradisi yang semula mengumpulkan makanan [food gathering] menjadi menghasilkan makanan [food producing].

Kegiatan bercocok tanam ini mulai dilakukan setelah manusia purba mulai menetap di suatu wilayah meskipun hanya bersifat sementara.

Selain bercocok tanam manusia purba juga beternak hewan seperti sapi, kerbau, kambing, ayam, anjing dan kuda. Masa bercocok tanam dan beternak ini diperkirakan terjadi pada zaman Mesolitikum. Sedangkan jenis manusia purba yang hidup pada masa ini adalah homo sapiens yang berasal dari rumpun melayu.

Pada masa bercocok tanam hutan belukar dimanfaatkan untuk dijadikan ladang dengan menanam tanaman seperti padi, sukun, nangka, jagung, ketela, pisang dan kedelai. Lama-kelamaan tanah sekitar tidak dapat ditanami lagi sehingga mengharuskan berpindah mencari tanah yang lebih subur.

Sistem berlandang secara berpindah ini disebut juga bergumah. Kegiatan seperti ini masih sering dijumpai di Indonesia seperti di pedalaman papua dan kalimantan.

Adapun ciri-ciri kehidupan pada masa bercocok tanam dan beternak adalah sebagai berikut:

  • Teknologi dalam menghasilkan alat kebutuhan telah berkembang.
  • Pada masa ini manusia purba sudah hidup menetap di suatu wilayah secara berkelompok.
  • Alat bantu yang digunakan pada masa bercocok tanam antara lain kapak lonjong, kapak persegi dan mata panah.
  • Sudah mengenal sistem barter yaitu perdagangan yang dilakukan dengan tukar-menukar antara barang-dengan barang.
  • Manusia purba yang hidup dekat dengan perairan untuk transportasi menggunakan perahu bercadik.

Sistem kepercayaan pada masa bercocok tanam

Pada masa ini manusia purba telah mengenal sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan manusia purba pada saat itu dibagi menjadi dua yaitu kepercayaan animisme dan kepercayaan dinamisme.

Sumber: dari berbagai sumber.

Incoming search terms:

  • pengertian masa bercocok tanam
  • alat yang digunakan pada masa bercocok tanam
  • ciri-ciri masa bercocok tanam
  • jenis manusia purba yang hidup pada masa bercocok tanam

Istilah Food Gathering adalah istilah atau bahasa yang terdengar lebih keren di telinga. Istilah food gathering jika di terjemahkan dalam bahasa indonesia yaitu pengumpulan makanan. Jadi apa sih yang di maksud dengan food gathering? Food gathering adalah suatu kegiatan dimana terjadi pada masa prasejarah dengan cara berburu. Masa mengumpulkan makanan, meramu, dan biasa juga disebut dengan masa berburu. Kegiatan food gathering bergantung pada makanan yang ada pada lingkungan sekitar atau alam sekitar kita. Food gathering sering kali dikaitkan dengan masa kehidupan manusia nomaden, dimana manusia masih hidup berpindah – pindah tempat [Nomanden] dari satu tempat ke tempat yang lain [Tidak menetap].

Di dalam masa food gathering manusia hanya mengumpulkan makanan dan menyeleksi jenis makanan yang akan di kumpulkan, karena manusia pada masa nomaden belum bisa mengusahakan atau meracik jenis tanaman untuk di jadikan sebuah makanan yang dapat di konsumsi. Baru kemudian pada jaman manusia purba, dimana manusia sudah tinggal sementara di gua – gua yang ada, atau di tepi pantai dan pada masa ini manusia purba baru mengenal api. Kita akan bahas satu persatu apa saja yang berhubungan dengan kegiatan food gathering atau masa berburu dan mengumpulkan makanan jaman purba.

Keadaan lingkungan manusia jaman purba yaitu manusia pada jaman purba hidup dan tinggal di padang yang terbuka. Alam yang ada disekitar mereka adalah kekayaan yang mereka dapat manfaatkan untuk bertahan hidup khususnya untuk mereka konsumsi, mereka juga harus dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang ada. Manusia purba yang tinggal di daerah sekitar hutan bisa menghindari serangan dari hewan buas dengan cara hidup berkelompok dengan manusia yang lainnya, mereka juga tinggal di gua dan juga membuat rumah pada pohon – pohon besar yang ada.

Baca juga : Jenis-jenis manusia purba di Indonesia

Manusia yang tinggal di gua di sebut dengan Caveman [Orang gua], maka dari itu mereka sangat bergantung sekali pada kebaikan sumber alam yang ada, manusia gua cenderung pasif dan berpasrah pada keadaan. Kehidupan manusia gua meninggalkan lukisan yang indah pada dinding – dinding gua. Kehidupan sosial pada jaman ini sangat bergantung pada keadaan alam sekitar yang mempengaruhi sifat dan kondisi fisik kehidupan sehari – hari mereka. Dimana daerah – daerah sekitar mereka harus dapat memenuhi kehidupan mereka, Terutama kebutuhan yang tinggi terhadap air, Daerah yang mereka tinggali harus ada sumber air yang dapat mereka konsumsi sehari – harinya.

Ditemukannya artefak pada jaman Paleotikum menunjukan bahwa manusia sudah mengenal perburuan dan menangkap hewan dengan cara – cara yang sederhana. Hewan – hewan yang menjadi target perburuan mereka yaitu hewan yang berukuran besar seperti gajah, babi, sapi ataupun kerbau. Pada saat dilakukannya perburuan perlu adanya kerjasama yang kuat antara manusia purba satu dengan yang lainnya yang kemudian di bentuk beberapa kelompok kecil. Setelah itu, hasil perburuan yang di dapatkan akan di bagi secara rata pada semua anggota berburu.

Pembagian tugas di dalam sebuah perburuan dan pengumpulan makanan yaitu kaum laki – laki melakukan perburuan sedangkan kaum wanita mengurus anak dan juga mengumpulkan makanan dari tumbuhan, buah – buahan dan lain – lain. Satu kelompok biasanya terdiri dari 10 – 15 orang. Pada masa jaman purba manusia juga memburu ikan yang ada di sungai maupun pantai, mereka  memburu ikan menggunakan ujung tombak kecil. Adanya penemuan perkakas berukuran kecil seperti tombak kecil, kapak kecil, mata panah, dan lain – lain berupa alat yang kecil – kecil. Hal ini dapat membuktikan bahwa manusia pada jaman purba juga tidak hanya melakukan perburuan hewan berukuran besar secara berkelompok, tetapi juga manusia purba memburu hewan – hewan kecil secara individu menggunakan alat – alat perkakas tersebut. Dalam perburuan kelompok ini biasanya hanya terdiri dari satu sampai dua kepala keluarga.

Baca juga : Peninggalan zaman mesozoikum

Alat – alat yang digunakan untuk berburu di buat pada gua – gua tempat mereka tinggal, mereka membuat alat berburu, alat untuk memotong, pengeruk tanah dan lain – lain. Kehidupan ini membentuk suatu kebutuhan akan pembuatan alat – alat dan juga api. Dan juga kehidupan pada jaman ini membuat suatu budaya yaitu membuat alat – alat sederhana dari batu, kayu, dan tulang. Selanjutnya, berkembang menjadi manusia percaya dan mengenal kekuatan alam.

Pada masa berburu di kemudian hari ternyata manusia sudah dapat membuat alat – alat dari kayu bambu sebagai bahan membuat keranjang, membuat api, membuat anyaman dan juga sebagai pembakaran. Hasil – hasil kebudayaan menghasilkan beberapa alat yaitu kapan perimbas, kapak penetak, kapak genggam, pahat genggam, alat serpih atau flakes, dan beberapa alat dari tulang belulang. Manusia modern menemukan kuburan primitif yang dapat dijadikan bukti bahwa pada jaman manusia berburu makanan ini memiliki kepercayaan yang bersifat rohani atau spiritual. Manusia pada jaman berburu ini menganggap bahwa manusia lainnya yang mati atau meninggal akan hidup di dunia yang lain dan tetap mengawasi keluarganya yang masih hidup dan tinggal di dunia.

Penggunaan alat – alat perburuan dari alam membuat kepercayaan timbul di dalam pemikiran manusia dimana adanya kekuatan alam yang membantu mereka agar berhasil dalam proses perburuan. Dan juga dapat memperjelas keadaan mereka pada saat jaman perburuan dengan lukisan – lukisan yang ada pada gua – gua dimana tempat mereka tinggal. Terdapat lukisan kegiatan  mereka sedang berburu, patung dewi kesuburan dan juga penguburan mayat dengan alat – alat perburuan yang pernah dipakai. Orang yang meninggal pada saat berburu harus di berikan penghargaan dalam bentuk rasa penghormatan.

Baca juga : Prasejarah berdasarkan arkeologi

Lukisan – lukisan yang ada dapat menggambarkan bahwa manusia jaman berburu ini memiliki hasrat untuk merasakan atau mencoba yakin bahwa ada kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan manusia. Lukisan – lukisan yang ada menggambarkan upacara penghormatan nenek moyang, upacara kesuburan, upacara perkawinan, dan upacara lainnya. Lukisan lainnya yang aneh juga di temukan oleh manusia modern yaitu lukisan kadal dimana penjelmaan roh – roh nenek moyang, gambar manusia sebagai penolak roh – roh jahat, serta gambar perahu yang di gambarkan sebagai pengantar roh nenek moyang mereka ke alam atau ke dunia lain.

Sistem bahasa yang ada pada saat jaman berburu dan meramu ini berbentuk bunyi mulut atau gerakan badan yang sederhana. Perkembangan bahasa untuk berkomunikasi antara manusia satu dengan yang lainnya dan juga antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya semakin berkembang pada masa homo sapien dalam bentuk bahasa – bahasa yang seragam.

Perbedaan Food Gathering Dengan Food Producing

Food gathering berbeda dengan kehidupan food producing. Pada zaman, food gathering kehidupan manusia untuk berburu untuk mengkonsumsi makanan tersebut. Namun, food producing adalah kehidupan manusia untuk mengusahakan setiap sumber kekayaan alam yang ada. Manusia mengolah tumbuhan dan hewan. Kemudian juga pada masa ini manusia mengusahakan alam dengan cara bercocok tanam, membersihkan hutan dan kemudian menanam bibit – bibit tanaman tersebut akan di tanam di daerah yang memiliki tanah yang subur.

Misal tanah sudah tidak subur lagi maka mereka akan membersihkan hutan kembali kemudian berpindah tempat untuk mencari tanah yang lebih subur untuk menanam lagi tanaman – tanaman. Para manusia jaman purba dengan kegiatan food producing mulai memikirkan bagaimana untuk kelangsungan hidupnya dan keturunannya kedepan, maka dari itu manusia pada masa food producing mulai menerapkan bercocok tanam pada lingkungan persawahan dan mereka hidup menetap. Inilah titik awal kemajuan yang mempengaruhi kehidupan manusia.

Baca juga :  Artefak manusia purba

Pada saat manusia zaman food producing tinggal menetap di suatu daerah mereka mempererat diri antara manusia satu dengan manusia yang lainnya di daerah area tempat tinggalnya. Manusia pada jaman ini juga suka bergotong royong karena mereka sadar bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Kehidupan gotong royong ini di terapkan pada bidang agraris atau bercocok tanam. Dalam rangka memenuhi kehidupan sehari – hari dan karena manusia sudah sadar bahwa mereka tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan satu dengan yang lainnya maka dari itu mereka mulai melakukan sistem barter untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari – hari.

Sistem barter ini memulai era perdagangan pada kehidupan manusia atau sistem perekonomian dalam kehidupan masyarakat, dimana untuk melakukan kegiatan barter atau tukar menemukan tersebut disadari bahwa manusia memerlukan tempat khusus untuk melakukannya, kemudian tempat bertemunya penjual dan pembeli ini disebut sebagai pasar di kemudian hari. Pada kehidupan dalam hal budaya, manusia pada jaman food producing menghasilkan alat yang beragam yaitu yang terbuat mulai dari tanah liat, batu, dan tulang. Misalnya beliung persegi, kapak lonjong, mata panah, gerabah, perhiasan dan lain – lain.

Sistem pertanian dengan pematang –pematang untuk menahan air. Selain manusia pada jaman food producing ini mengolah tanaman, manusia juga mulai mengolah hewan. Dengan cara mengembang biakkannya, Hewan yang telah di buru bukan lagi untuk di bunuh kemudian di konsumsi, tetapi mereka lebih kearah menangkap hewan – hewan tersebut kemudian mengkawinkannya dan juga memeliharanya [memberi makan dan lain – lain]. Kemudian jika sudah berkembang maka mereka akan mengkonsumsinya dan tetap mengembang biakkan hewan – hewan tersebut. Hewan yang diternakan bermacam – macam yaitu kerbau, sapi, ayam, anjing, kuda dan lain – lainnya.

Baca juga : Peninggalan bersejarah zaman Megalitikum

Pada masa food producing juga sudah dapat membuat perahu sederhana dengan cara melubangi potongan – potongan kayu besar dengan api, kemudian lubang tersebut diperdalam menggunakan beliung sehingga menyerupai bentuk lesung, kaum lelaki menggunakan – perahu yang mereka buat untuk menangkap ikan – ikan yang ada di tengah laut dan kemudian kembali ke darat untuk mengkonsumsinya. Demikian merupakan beberapa hal mengenai Food Gathering.

Food gatheringkebudayaankegiatanPra sejarah indonesiaPrasejarah

Video yang berhubungan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA