Kenapa orang Sunda gak mau di sebut orang Jawa?

Kenapa orang Sunda gak mau di sebut orang Jawa?

Perempuan Baduy sedang menggulung benang yang digunakan untuk membuat tenun Baduy. /Ken Supriyono/SerangNews.com

JURNAL GARUT - Mungkin sebagian dari pembaca memliki pertanyaan atau rasa penasaran kenapa orang Jawa barat tidak berbahasa Jawa dan bahkan ada yang enggan disebut orang Jawa.

Padahal secara wilayah orang Sunda ini berada di pulau Jawa dibagian barat, sehingga menimbulkan rasa penasaran sebagian orang, kenapa orang di Jawa Barat memiliki bahasanya sendiri, yakni bahasa Sunda.

Jika menilik ilmu linguistik bahasa jawa dan bahasa Sunda ini satu rumpun, yakni melayu polinesia, meski dalam segi ponologi, penuturan dan sistem penulisan keduanya begitu berbeda.

Alasan kenapa masyarakat di Jawa barat tidak berbahasa Jawa dan menolak jika disebut orang Jawa adalah benar, karena mereka bukan orang jawa.

Baca Juga: Hilang dan Dibawa Oleh Penabrak, Orangtau Sudah Cari Kedua Korban Di Seluruh Rumah Sakit se-Jawa Barat

>

Hal itu diungkapkan orang salah satu penjelajah asal portugis pada abad ke-16 Masehi, Tome Pires dalam sebuah buku penomenalnya 'Suma Oriental'

Dalam buku tersebut diceritakan jika dataran jawa ini dahulunya terbelah menjadi dua bagian yang dibatasi oleh sebuah sungai, bernama Cimanuk.

Di bagian barat adalah dihuni oleh suku Sunda dan di bagian timur dihuni oleh orang-orang Jawa.

"Siapapun yang pernah datang ke tempat ini akan melihat bahawa kedua negeri ini sesungguhnya berada ditanah yang sama, karena dahan terluar dari pohon itu saling," katanya.

Masyarakat awam, terlebih yang berada di luar Pulau Jawa sering merasa terheran-heran kenapa orang-orang di Jawa Barat tidak berbahasa Jawa, bahkan terkadang menolak disebut sebagai orang Jawa. Padahal sejatinya mereka tinggal dan hidup menerap di Pulau Jawa. Mengapa bisa demikian?

Janggal memang, saat hampir seluruh wilayah di Pulau Jawa menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa keseharian, orang-orang Jawa Barat justru malah berbahasa Sunda. Dalam ilmu linguistik, antara Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda sebenarnya masih satu rumpun bahasa Melayu-Polinesia. Meskipun demikian, tetap saja dari segi fonologi, penuturan, dan sistem penulisan keduanya jelas sangat berbeda.

Alasan kenapa orang-orang Jawa Barat tidak berbahasa Jawa serta menolak jika disebut orang Jawa adalah karena memang mereka bukan orang Jawa. Orang Jawa yang tinggal di sebagian besar wilayah Pulau Jawa berasal dari Suku Jawa. Sedangkan orang-orang di Jawa Barat tidak, mereka berasal dari kelompok etnis berbeda, Suku Sunda. Mereka sudah sejak lama tinggal di wilayah barat Pulau Jawa yang dikenal sebagai Tatar Pasundan.

Kenapa orang Sunda gak mau di sebut orang Jawa?
(travelink-indonesia.com)

Tome Pires, seorang penjelajah Portugis dalam catatannya Suma Oriental pada abad ke-16 menjelaskan bahwa Tatar Pasundan adalah tanah kesatria dan pelaut pemberani. Mereka jauh lebih terkenal dibandingkan para kesatria atau pelaut dari Jawa. Menurut Pires orang Sunda pada masa itu selalu bersaing dengan orang Jawa, begitu pula sebaliknya.

Dalam keseharian, antara orang Jawa dan Sunda tidak terlalu akrab dan berteman. Namun tidak pula bermusuhan. Mereka mengurus urusannya masing-masing. Mereka saling berdagang. Tapi ketika bertemu di lautan sebagai seorang perompak, pihak yang lebih siap akan lebih dulu menyerang. Serangan biasanya terjadi di wilayah perairan Cimanuk, tak peduli betapa erat hubungan atau pertemanan diantara keduanya.

Sejarah Penyebaran Bahasa Sunda

Karena memang bukan bagian dari Suku Jawa, Suku Sunda berbicara dengan bahasanya sendiri. Penyebaran Bahasa Sunda banyak diperngaruhi oleh peran politik dari kerajaan yang bertahta di Tatar Pasundan. Sebagian wilayah barat Jawa Tengah, khususnya Brebes dan Cilacap menggunakan Bahasa Sunda karena dulunya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Galuh.

Kenapa orang Sunda gak mau di sebut orang Jawa?
(id.wikipedia.org)

Masyarakat di Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah juga menggunakan Bahasa Sunda hingga abad ke-6 M. Hal ini diketahui dari sumber nama “Dieng” yang berasal dari kata dalam Bahasa Sunda Kuno, Dhiyang. Seiring transmigrasi dan imigrasi yang dilakukan etnis Sunda pasca kemerdekaan, membuat penggunaan Bahasa Sunda terus meluas hingga luar Pulau Jawa.

Tidak seperti Bahasa Jawa, Bahasa Sunda tidak mengenal tingkatan bahasa atau undak-usuk, Namun setelah Kerajaan Mataram Islam mulai berkuasa di Pulau Jawa, Bahasa Sunda – terutama di wilayah Parahyangan – mulai terpengaruh budaya Jawa. Bahasa Sunda selanjutnya mengenal tingkatan bahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, dan bahasa kasar.

Bahasa Jawa di Jawa Barat

Memang sebagian besar penduduk Jawa Barat dan Banten menggunakan Bahasa Sunda dalam kesehariannya. Namun ada beberapa wilayah di Jawa Barat yang ternyata menggunakan Bahasa Jawa. Meskipun Bahasa Jawa yang digunakan tidak sama dengan yang digunakan di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Beberapa wilayah tersebut adalah Kota Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten/Kota Cirebon, dan sebagian Pesisir Pangandaran, Kuningan, Majalengka, serta Subang.

bahasa jawa bahasa sunda jawa barat suku sunda wisata indonesia

SHARE :

Kultur Budaya

Suku Sunda atau masyarakat Sunda merupakan mayoritas penduduk Jawa Barat. Dalam catatan sejarah, pada tahun 1851 suku Sunda sudah merupakan penduduk terbesar di Jawa Barat yang berjumlah 786.000 jiwa. Pada tahun 2008, suku Sunda diperkirakan berjumlah lebih kurang 34 juta jiwa. Sekarang sudah pasti jauh di atasnya.

Secara fisik sulit dibedakan antara orang Sunda dan orang Jawa yang sama-sama mendiami Pulau Jawa. Perbedaan yang nampak sebagai penduduk Pulau Jawa, akan tampak jelas ditinjau dari segi kebudayaannya, termasuk bahasa, jenis makanan yang disukai dan kesenian yang dimiliki.

Berbeda dengan suku Jawa yang mayoritas hidup di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur, suku Sunda tidak menggunakan bahasa Jawa tetapi bahasa ‘Sunda’.

Bahasa Jawa dan bahasa Sunda jelas memiliki perbedaan yang signifikan. Selain memang mempunyai perbedaan ejaan, pengucapan dan arti, bahasa Jawa lebih dominan dengan penggunaan vocal ‘O’ di akhir sebuah kata baik itu dalam pemberian nama orang atau nama tempat, seperti Soekarno, Soeharto, Yudhoyono, Purwokerto, Solo dan Ponorogo. Sementara bahasa Sunda lebih dominan berakhiran huruf ‘A’ seperti Nana Sutresna, Wiranata, Iskandar Dinata, Purwakarta dan Majalaya.

Selain bahasa, masih banyak perbedaan lain seperti karakter, sifat dan kebiasaan. Lihat paparan saya pada Netralnews sebelumnya. Bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, suku Sunda dikenal sebagai masyarakat yang senang memakan sayuran atau daun-daunan sebagai ‘lalaban’. Bagi orang Sunda, dedaunan dan sambal merupakan salah satu menu utama setiap makan selain tentunya lauk pauk lain seperti ikan dan daging.

Selain kebudayaan dan makanan, salah satu karakteristik orang Sunda adalah terkenal dengan karakternya yang lembut, tidak ngotot dan tidak keras. Mereka bersikap baik terhadap kaum pendatang atau dalam bahasa Sunda ‘someah hade ka semah’.

Dari perbedaan-perbedaan itulah, tidak heran apabila orang Sunda tidak mau menyatakan dirinya sebagai orang Jawa, meski sama-sama tinggal di pulau Jawa. Apalagi orang Sunda sangat mencintai dan bangga dengan “Sunda”-nya, seperti halnya orang Jawa sangat bangga dengan “Jawa”-nya.

Sumber: Dielaborasi dari Tempatnya-seruan.blogspot