Komputer telah berkembang pesat menurut anda apakah robot membantu atau akan membatasi peran manusia

sumber : dokumen pribadi

Seperti yang kita ketahui saat ini teknologi berkembang sangat pesat, mesin mesin seperti robot mulai mengisi pekerjaan manusia karena dianggap lebih efektif dan efisien. Memang pada era revolusi industri 4.0 ini penggunaan mesin dengan Artificial Intelligence (AI) adalah suatu kebutuhan dan sudah banyak juga perusahaan yang menggunakannya. Terlebih lagi selama Covid-19 dimana perkerja manusia dibatasi, hal ini membuat mesin dan kecerdasan buatan memiliki daya tarik khusus di mata perusahaan. Artificial Intelligence (AI) banyak dipilih perusahaan karena dinilai dapat melampaui kecerdasan manusia.

Robot yang menyerupai manusia atau yang dikenal dengan robot humanoid juga semakin banyak dibuat. AI juga semakin banyak ditambahkan ke mesin agar mesin dapat berkembang dan belajar. Kebanyakan mesin banyak digunakan dibidang pelayanan, contohnya di Indonesia sejak penggunaan uang elektronik dan gardu otomatis di jalan tol. Survei yang dilakukan oleh Statista menunjukan 10 negara dengan perkerja robot terbanyak, 4 diantaranya merupakan negara di kawasan Asia yaiu Korea Selatan, Singapura, Jepang dan China.

Menurut laporan dari World Economic Forum (WEF) yang berjudul The Future of Jobs Report 2020, diketahui bahwa pada tahun 2025 robot banyak digunakan pada perusahaan otomotif, sedangkan Artificial Intelligence (AI) akan banyak digunakan dalam sektor komunikasi digital dan layanan keuangan.  Pada tahun 2025 sekitar 85 juta perkerjaan manusia akan hilang digantikan dengan mesin. Hal ini selaras dengan survei tahun 2018 yang mengatakan bahwa terdapat peningkatan permintaan perkerjaan yang berhubungan dengan mesin seperti insinyur robot, pengembang perangkat lunak dan spesialis pembelajaran Artificial Intelligence. Sedangkan penurunan permintaan perkerjaan terjadi pada akuntan, pekerja pabrik, analis keuangan dan customer service.

Tidak dapat dipungkiri robot memang telah banyak membantu pekerjaan manusia, salah satu contohnya adalah Robot Medical Assistant ITS-UNAIR (RAISA). RAISA adalah robot yang bertugas untuk melayani pasien Covid-19. Robot ini sangat membantu terutama dalam melayani pasien yang berada di ruang isolasi karena dapat mengurangi kontak antara pasien dan tenaga medis. Keberadaan RAISA tidak untuk mengantikan tugas perawat, karena ada beberapa tugas yang tidak bisa dilakukan oleh robot. Pasien masih memerlukan interaksi dengan tenaga medis.

Dalam The Future of Jobs Report 2020 juga diketahui bahwa mesin mengungguli manusia dalam hal informasi dan pemprosesan data, namun manusia masih lebih unggul dibandingkan mesin dalam pengambilan keputusan, koordinasi dan komunikasi. Sebelumnya pada tahun 2019 Menteri Keuangan Sri Mulyani juga pernah menyampaikan hal yang sama bahwa keterampilan manusia seperti empati, kreativitas dan keahlian analitis terhadap masalah kompleks tidak akan mudah tergantikan oleh mesin, maka dari itu pendidikan saat ini seharusnya memperhatikan EI (Emotional Intelligence) agar relevan dengan masa depan.

Pada dasarnya robot diciptakan untuk membantu manusia, maka dari itu robot tidak bisa menggantikan manusia sepenuhnya. Pada tahun 2025 diperkirakan akan muncul 95 juta pekerjaan baru yang lebih disesuaikan agar manusia dan mesin dapat saling berkerja sama. Selain itu perkerjaan yang membutukan interaksi dan komunikasi seperti tenaga medis, tour guide dan guru dinilai sulit untuk digantikan oleh mesin. Pemerintah juga membuat kartu prakerja hal ini bertujuan agar masyarakat dapat mengasah skill yang dimiliki atau belajar skill baru. Maka dari itu ada baiknya mulai sekarang kita kembangkan kemampuan emosional dan mempelajari skill baru agar tetap dapat bersaing di dunia kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, L. (2020). Robot tak akan Ganti Peran Manusia. Diambil kembali dari //www.medcom.id/teknologi/news-teknologi/0Kv9zEGk-robot-tak-akan-ganti-peran-manusia

Nugroho, W. (2019). Robot akan Menggantikan Pekerjaan Manusia? Memang Iya, tapi... Diambil kembali dari //infokomputer.grid.id/read/121713791/robot-akan-menggantikan-pekerjaan-manusia-memang-iya-tapi

PKL, A. (2020). Era Revolusi Industri 4.0, Teknologi Robot Tekan Kebutuhan SDM. Diambil kembali dari //www.pusatrobot.id/2020/01/era-revolusi-industri-40-teknologi.html

Sejumlah ahli menekankan bahwa robot tidak akan menggantikan peran manusia di berbagai bidang.

Jakarta: Indonesia tengah dihebohkan oleh penggunaan robot pembersih lantai sebagai pekerja layanan kebersihan di Pondok Indah Mall. Hal ini disuarakan oleh salah satu aktor dan sutradara Indonesia Dennis Adhiswara via akun Twitter pribadinya.

  Selain sambutan baik, hal ini turut memicu kegelisahan menyoal kondisi robot akan menggantikan peran manusia dalam berbagai pekerjaan. Kekhawatiran ini bukanlah hal baru, sebab pada awal popularitasnya di dunia, termasuk Indonesia, sejumlah pihak telah membahas hal ini.   Peningkatan popularitas penggunaan teknologi, termasuk robot, dalam melakukan pekerjaan manusia turut muncul saat para ahli industri dan ekonomi dunia menggandangkan Revolusi Industri 4.0.   Revolusi ini kian terdengar di Indonesia sejak Presiden Jokowi menjadikan pembangunan infrastruktur pendukungnya sebagai fokus selama periode kepemimpinan pertama. Memang tidak dapat dielakan bahwa pemanfaatan teknologi dan robot di era Revolusi 4.0 akan menghilangkan sejumlah pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia.   Namun sejumlah ahli menyebut, meski teknologi semakin baik berkat dukungan kecerdasan buatan (AI), teknologi tidak akan sepenuhnya menggantikan peran manusia di berbagai bidang. Karena manusia tetap diperlukan untuk melatih dan mengawasi teknologi dan robot dalam melakukan tugasnya.  

Selain itu, robot dan AI merupakan buah karya manusia, sebagai alat yang dapat bekerja jika manusia memberikannya instruksi yang benar. Mengutip Forbes, hal ini mendorong manusia dan teknologi untuk dapat saling bekerja sama, dengan porsi manusia sebagai pengendali dan teknologi menyediakan hal yang diprogramkan oleh manusia.

  Ide bahwa teknologi akan menggantikan manusia terkait kebutuhan berpikir kreatif, menyelesaikan masalah, kepemimpinan, kerja tim dan berinisiatif disebut sejumlah ahli tidak masuk akal.   Manusia justru dapat memanfaatkan teknologi untuk menghadirkan dunia lebih baik untuk seluruh manusia lainnya. Meskipun demikian, kehadiran robot dalam mendisrupsi lapangan pekerjaan manusia telah terasa di Indonesia sejak beberapa tahun lalu.   Teknologi telah mendisrupsi sejumlah industri, termasuk perbankan dan transportasi. Di industri perbankan, sejumlah bank telah memanfaatkan teknologi untuk menggantikan tugas petugas bank, terutama di kantor cabang di luar kota besar.   Hanya saja, sejumlah ahli menilai bahwa sejumlah industri seperti pariwisata yang identik dengan keramahtamahan belum cocok mengadopsi teknologi ini. Contoh lain menyebut bahwa mesin berbasis AI juga tidak dapat menggantikan peran manusia dalam membangun hubungan kuat dengan klien.   Selain itu, mesin berbasis AI juga dinilai belum dapat menggantikan peran manusia dalam memberikan produk dan layanan hebat yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, yang juga merupakan manusia.   Cerdas, namun teknologi AI masih belum dapat melakukan pekerjaan sebaik manusia seperti menyoal cara mendengarkan, memahami pentingnya empati, pengambilan perspektif dan nilai komunikasi serta kolaborasi, sebab AI dinilai akan gagal dalam hal ini.   Teknologi AI juga disebut belum bisa menggantikan peran manusia terkait dengan tenaga medis serta tenaga pengajar atau guru. Sebagai informasi pada Revolusi Industri 4.0 terdapat sejumlah komponen, termasuk perangkat mobile, platform Internet of Things (IoT), teknologi deteksi lokasi, antarmuka mesin ke manusia yang canggih, deteksi penipuan dan autentikasi.   Komponen lain juga termasuk pencetak 3D, sensor cerdas, analitik Big data dan algoritma canggih, interaksi konsumen multilevel dan memprofilan pelanggan, perangkat wearable dan Augmented Reality, komputasi Cloud, Edge, dan Fog, serta visualisasi daya dan pelatihan langsung dengan pemicu.  

Utamanya, teknologi ini dikategorikan dalam empat komponen utama, yaitu sistem fisik-siber, IoT, komputasi Cloud dan komputasi kognitif. Keempat komponen utama ini mendefinisikan istilah Industri 4.0 atau pabrik cerdas.

Editor : Mohammad Mamduh

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Robot mirip manusia, Sophia, ikut serta berbagai konferensi dan diberikan kewarganegaraan Arab Saudi.

"Otomatisasi telah melanda kota-kota manufaktur. Di tempat-tempat itu, tingkat pernikahan menurun, kejahatan meningkat, tingkat kematian naik karena bunuh diri, alkohol dan narkoba,"kata Dr Carl Frey.

Peneliti dari University of Oxford ini menyampaikan gambaran yang muram di pusat industri Amerika Serikat, yang dikenal sebagai Ikat Pinggang Karat - kota-kota seperti Flint, Detroit dan Cleveland yang sebelumnya menjadi ujung tombak pertumbuhan berdasar sektor manufaktur.

Dr Frey mengatakan para buruh di kota-kota ini dikalahkan robot. Jadi apa yang akan terjadi jika mesin menggantikan kita?

Jika para buruh kehilangan pekerjaan, mereka tidak akan membayar pajak dan di kebanyakan negara barat mereka akan dapat mengklaim tunjangan pengangguran. Ini sangat membebani negara bagian.

Di AS, 48% pemasukan federal berasal dari pajak pemasukan perseorangan, dan 35% berasal dari pajak asuransi sosial - hanya 9% yang berasal dari pajak perusahaan.

Untuk menutupi kekurangan pemasukan dari pajak penghasilan, banyak pihak mendukung pengenaan pajak pada robot.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu untuk membantu, disamping juga sebagai pengacau.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Truk tanpa pengemudi sekarang digunakan.

Revolusi industri pertama membantu kita meninggalkan penggunaan tenaga binatang, revolusi industri kedua menciptakan peningkatan besar-besaran penggunaan listrik dan produksi massal. Zaman komputer memperlihatkan peningkatan efisiensi dan semakin cepatnya percampuran informasi.

Revolusi industri keempat - terkait dengan kecerdasan buatan (AI) dan robot - diperkirakan akan mendasari perubahan keseluruhan sistem produksi, manajemen dan kepemerintahan.

Jangkauan, kecepatan dan kedalaman berbagai perubahan ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Pada tahun 2013, Dr Frey memperkirakan hampir 50% pekerjaan di AS menghadapi risiko dalam 30 tahun ke depan karena kemajuan AI dan robot.

Di antaranya adalah pekerjaan sektor industri, administrasi hukum dan pengemudi truk.

"Kita akan menyaksikan perlawanan terhadap otomatisasi, seperti yang kita lihat terkait dengan globalisasi. Pengemudi truk tidak dapat dipindahkan ke China, tetapi pekerjaan ini dapat digantikan mesin," kata Frey.

Dua tahun lalu, miliarder, filantropis dan pendiri Microsoft, Bill Gates mengajukan ide pajak robot dalam sebuah wawancara dengan majalah Quartz.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Di sejumlah pabrik, robot menggantikan buruh.

"Sudah pasti terdapat pajak terkait dengan otomatisasi. Saat ini, buruh manusia yang berpemasukan US$50.000 atau Rp717 juta di pabrik akan dikenakan pajak penghasilan, pajak tunjangan sosial, semua hal itu. Jika robot melakukan hal yang sama, Anda akan berpikir kita akan memajaki robot pada tingkat yang sama," kata Gates.

Miliarder teknologi, Elon Musk juga mendukung pemajakan robot.

Dasarnya sederhana: robot dipajaki dan dananya digunakan untuk membiayai perawatan kesehatan dan pendidikan, atau bahkan penyediaan penghasilan dasar bagi semua orang.

Tetapi bagaimana Anda memajaki robot?

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Robot semakin terampil, kreatif dan cerdas.

"Anda tidak perlu secara fisik menemukan robot. Anda dapat menerapkan pajak otomatisasi. Bisnis yang hanya sedikit pegawainya harus diperhatikan. Pada saat yang sama pemerintah seharusnya mengurangi pajak buruh," kata Ryan Abbott, profesor hukum dan layanan kesehatan University of Surrey, Inggris.

Dia mengusulkan pajak terhadap robot mirip manusia - Abbott mengacu kepada semakin meluasnya penggunaan AI.

Pendukung pengenaan pajak mengatakan tambahan pemasukan ini dapat membantu pendanaan progran keterampilan dan mengurangi kemungkinan masalah kemasyarakatan karena pengangguran.

Tahun 2017, Korea Selatan menjadi negara pertama yang memperkenalkan pemangkasan pemotongan pajak pada otomatisasi untuk membantu perlambatan penggunaan teknologi yang mempengaruhi lapangan pekerjaan.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Robot dapat menggantikan pekerjaan resepsionis.

Di Uni Eropa, usulan memperkenalkan pajak robot baru-baru ini dikalahkan di Parlemen Eropa.

Di AS, hal ini mendapatkan dukungan politik lewat pengenaan pajak pada otomatisasi untuk mendanai pemberian penghasilan dasar untuk semua.

Tetapi tidak semua orang menyetujuinya.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Robot digunakan untuk membersihkan ranjau.

"Memajaki robot bukanlah sebuah jalan keluar karena perusahaan besar akan memindahkan industrinya. Hanya perusahaan kecil dan menengah yang akan menderita," kata Dr Janet Bastiman dari perusahaan TI, Story Stream.

Ulrich Spiesshofer, mantan pimpinan perusahaan Swiss, ABB juga tidak mendukung pajak robot.

"Jika kita melihat ekonomi dengan tingkat pengangguran terendah di dunia dan menghubungkannya dengan robot: Jerman, Jepang, Korea Selatan memiliki tingkat robot tertinggi, 300 robot per 10.000 buruh, tetapi tingkat pengangguran mereka yang terendah."

Tetapi hilangnya pekerjaan skala besar masih belum terjadi dan masa depan sebenarnya tidak sesuram itu.

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar,

Mesin uap membuat sarana perhubungan dengan binatang tidak berguna.

Meskipun Carl Frey tetap mendukung perkiraaan tahun 2013-nya, proyek yang dibuat PwC tahun lalu menunjukkan di Inggris, kehilangan pekerjaan karena otomatisasi dapat digantikan dengan penciptaan pekerjaan baru.

Cabang olah raga kriket dan sepak bola sekarang menggunakan teknologi terkait dengan keputusan penting yang sebelumnya dilakukan pada wasit.

Penggunaan teknologi membantu perbaikan kualitas pengambilan keputusan.

Tetapi ini tidak membuat para wasit menjadi mubazir, karena terciptanya tambahan pekerjaan teknisi.

Meskipun demikian hilangnya pekerjaan di pabrik adalah sebuah kasus yang berbeda.

Memang belum tercapai konsensus politik terkait pajak robot, tetapi para politisi semakin mempertimbangkannya sebagai cara untuk mengatasi perubahan karena kemajuan teknologi .

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA