Mana yang Tuhan sediakan bagi orang Israel tidak boleh diambil berlebihan untuk disimpan sebab

Klik Untuk Melihat Jawaban


#Jawaban di bawah ini, bisa saja tidak akurat dikarenakan si penjawab mungkin bukan ahli dalam pertanyaan tersebut. Pastikan mencari jawaban lain dari berbagai sumber terpercaya, sebelum mengklaim jawaban tersebut adalah benar. Semangat Belajar..#


Dijawab oleh ### Pada Wed, 17 Aug 2022 02:20:30 +0700 dengan Kategori Bahasa lain dan Sudah Dilihat ### kali

Jawaban:

11. A

12.C

13.C

14.A

15.B

16.A

17.C

Jawaban:

11. B

12. A

13. C

14. C

15. C

16. A

17. B

Penjelasan:

Semoga Membantu

Baca Juga: 1.Nyatakan Pecahan 10/3 berikut dalam bentuk pecahan campuran!


mn.dhafi.link/jawab Merupakan Website Kesimpulan dari forum tanya jawab online dengan pembahasan seputar pendidikan di indonesia secara umum. website ini gratis 100% tidak dipungut biaya sepeserpun untuk para pelajar di seluruh indonesia. saya harap pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi para pelajar yang sedang mencari jawaban dari segala soal di sekolah. Terima Kasih Telah Berkunjung, Semoga sehat selalu.

Manna (bahasa Ibrani: מָ‏ן‎) berarti "apakah ini?" merupakan makanan yang menopang orang Israel dalam pengembaraan mereka di padang gurun.[1] Manna berwarna putih dan mempunyai rasa manis.[1] Namun ada juga sumber yang mengatakan bahwa roti Manna itu tawar sehingga menyebabkan orang-orang Israel mengeluh di padang gurun.[2] Di Alkitab tertulis:

Mana yang Tuhan sediakan bagi orang Israel tidak boleh diambil berlebihan untuk disimpan sebab

The Gathering of the Manna

Umat Israel menyebutkan namanya: manna; warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu.[3]

Apabila embun turun di tempat perkemahan orang Israel pada waktu malam, maka turunlah juga manna di situ.[4] Bangsa itu berlari kian ke mari untuk memungutnya, lalu menggilingnya dengan batu kilangan atau menumbuknya dalam lumpang. Mereka memasaknya dalam periuk dan membuatnya menjadi roti bundar; rasanya seperti rasa panganan yang digoreng.[5]

Adapun manna itu warnanya putih seperti ketumbar, kelihatannya seperti damar bedolah dan rasanya seperti rasa kue madu.[3][6]

Dalam Kitab Keluaran pasal 16 diceritakan bahwa Tuhan menurunkan manna sehari sebelum hari Sabat dua kali lipat lebih banyak dari biasanya.[7][8] Tujuannya adalah agar mereka mengumpulkan roti lebih banyak dan memiliki persediaan makanan ketika hari Sabat.[8] Pada hari Sabat mereka tidak diperkenankan untuk bekerja.[1] Apa yang tersisa dari hari keenam, itulah yang mereka makan pada hari Sabat.[8]

Ada yang berpendapat bahwa roti Manna ini adalah getah yang dikeluarkan oleh serangga menjadi seperti embun yang mempunyai rasa menyerupai madu dari kumbang parasit Trehala manna,[1] tetapi peristiwa mulainya sampai berhentinya pemberian roti manna ini digambarkan sebagai mukjizat.[1]

Yesus Kristus dan orang banyak di Galilea menunjuk kepada Manna di mana Yesus menyatakan diri sebagai "roti hidup" yang "turun dari surga" dalam Injil Yohanes pasal 6.[9] Roti ini disebut sebagai makanan orang percaya pada zaman baru.[1] Selain itu, roti Manna juga disebut sebagai roti dari Surga.[8]

  • Mannosa
  • Sabat
  • Bagian Alkitab yang berkaitan: Keluaran 16, Bilangan 11, Yohanes 6

  1. ^ a b c d e f W.R.F. Browning. 2009, Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 252.
  2. ^ Gerald O' Collins. 1996, Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 188.
  3. ^ a b Keluaran 16:31
  4. ^ Bilangan 11:9
  5. ^ Bilangan 11:8
  6. ^ Bilangan 11:7
  7. ^ Keluaran 16:15
  8. ^ a b c d J.D. Douglas. 1994, New Bible Dictionary. Leicester: Intervarsity Press. hlm. 734.
  9. ^ Yohanes 6:35-41

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Manna&oldid=19485234"

“Orang-Orang Israel di Padang Gurun,” Kisah-Kisah Perjanjian Lama (2022)

“Orang-Orang Israel di Padang Gurun,” Kisah-Kisah Perjanjian Lama

Segera setelah orang-orang Israel meninggalkan Mesir, mereka mengeluh bahwa mereka tidak mempunyai cukup makanan. Mereka berkata lebih baik menjadi budak di Mesir daripada menderita kelaparan di padang gurun.

Keluaran 16:1–3

Untuk mengajari orang-orang Israel agar memercayai-Nya, Tuhan menurunkan roti dari surga bagi mereka untuk diambil setiap hari. Mereka menyebut roti itu manna. Rasanya seperti madu. Tuhan tidak menurunkan manna pada hari Sabat, hari ketujuh dari minggu itu. Jadi pada hari keenam, Dia menyuruh mereka untuk mengambil manna yang cukup untuk dua hari.

Keluaran 16:4–5, 14–31

Untuk sementara waktu, Tuhan juga mengirim burung puyuh kepada orang-orang Israel untuk dimakan. Pada pagi hari mereka mengambil manna, dan pada malam hari mereka mengumpulkan burung puyuh. Tuhan menginginkan orang-orang Israel untuk belajar memercayai-Nya. Dengan cara ini, Dia memelihara mereka di padang gurun.

Keluaran 16:11–13

Oleh: Ev. Asen Suhendra

Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ”Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah nereka hidup menurut hukumKU atau tidak. Dan pada hari yang keenam, apabila mereka memasak yang dibawa pulang, maka yang dibawa itu akan terdapat dua kali lipat banyaknya dari apa yang dipungut mereka sehari-hari.”(Keluaran 16: 4-5)

Sangat menarik untuk direnungkan bahwa pemberian manna dihubungkan dengan ketaatan akan hukum-hukum Tuhan. Bukankah ketika mereka keluar dengan terburu-buru mereka tidak sempat menyediakan bekal yang cukup?Adonan yang dibawa mereka dari Mesir dibakarlah menjadi roti bundar yang tidak beragi, sebab adonan itu tidak beragi, karena mereka diusir dari Mesir dan tidak dapat berlambat-lambat, dan mereka tidak pula menyediakan bekal baginya”. (Keluaran 12:39 )

Turunnya manna membuktikan Allah yang memanggil mereka adalah Allah yang setia dan bertanggung jawab memelihara mereka. Ketika Ia memerintahkan sesuatu kepada umatNYA, Ia menjamin provisi/ penyediaan bagi setiap visi. Juga karena tidak ada tetaburan yang bisa dimakan di padang gurun, mau tidak mau, suka tidak suka mereka harus memakannya.

Tetapi mengapa Allah menghubungkan pemeliharaanNYA dengan hukum-hukumNYA? Ternyata dalam situasi yang tiada pilihan pun, tidak membuat orang Israel tunduk kepada kehendak Allah. Persis banyak orang Kristen akhir zaman; dalam keadaan kepepet bukan belajar menurut, tetapi malah tambah kuat menuntut Tuhan menuruti keinginannya.

Peraturan-peraturan tentang makan manna:

1. Harus dipungut tiap pagi di luar kemah.

2. Manna diambil menurut kebutuhan tiap pribadi/keluarga.

3. Harus dipungut sebelum matahari naik tinggi.

4. manna hari pertama sampai hari kelima harus dimakan habis, tidak boleh tersisa.

5. Menjelang hari Sabat manna diturunkan dua kali lipat, sehingga ada persediaan untuk hari Sabat.

6. Pada hari Sabat manna tidak diturunkan.

Harus dipungut tiap pagi di luar kemah

“Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa:”Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari”(Keluaran 16:4).

Allah walaupun memberikan berkatNYA, Ia tidak akan langsung menaruhnya di meja makan atau di piring makan umatNYA. UmatNYA harus keluar kemah untuk memungut berkat manna itu. Mereka harus bekerja sama dengan Tuhan untuk bisa mengambil dan menikmati berkat dan pemeliharaanNYA.

Umat Tuhan harus melakukan bagiannya di dalam setiap perjanjian dengan Tuhan, agar semua janji bisa jadi kenyataan. Percaya pada janji dan kemudian menunggu janji itu digenapi tanpa harus melakukan adjustmen/penyesuaian dalam aspek-aspek kehidupan, hanya akan memperlambat kegenapan janji. Tuhan melakukan bagianNYA, bila kita juga melakukan bagian kita.

Umat Tuhan banyak yang berharap Tuhan akan melakukan semua yang Dia janjikan kepada mereka, tanpa mereka perlu melakukan perintah-perintahNYA. Sikap ini nyata terlihat dari perjalanan iman orang percaya yang paling senang: dengar, percaya dan menuntut janji berkat segera jadi kenyataan. Tetapi jarang yang senang dengar firman Tuhan yang menyingkapkan kehendak Tuhan dalam hidup mereka.

Janji enak dituntut, kalau perintah enaknya diabaikan saja. Janji Tuhan adalah seperti tujuan dari sebuah perjalanan, tetapi perintah Tuhan adalah rute dan petunjuk arah untuk sampai ke tujuan (janji) itu. Tanpa mengikuti rute dan petunjuk arah, kita tidak akan sampai di sana.

Kerja sama dengan Allah juga ditandai dengan kerendahan dan kerelaan hati untuk mengijinkan Dia mengerjakan semua yang Dia rancang dan kehendaki dalam hidup kita. Sehingga pekerjaanNYA dalam fase mempersiapkan dan melatih cepat selesai. Dan kita mulai bisa dipakaiNYA, mengerjakan pekerjaan yang sudah Dia siapkan untuk kita lakukan. Pada fase persiapan banyak rasa sakit, tetapi pada masa pemakaianNYAlah kita akan melihat dan mengalami hari demi hari yang dikenyngkan dengan kebaikanNYA.

Manna diambil menurut kebutuhan tiap orang/keluarga

“Beginilah perintah Tuhan: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa.” Demikianlah diperbuat orang Israel; mereka mengumpulkan, ada yang banyak, ada yang sedikit. Ketika mereka menakarnya dengan gomer, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya.”(Keluaran 16:16-18)

Allah dengan jelas mengetahui kebutuhan tiap orang di dalam satu keluarga, Ia memberikan menurut kapasitas dan kebutuhan tiap orang dengan tepat. Banyak orang ingin semua keinginannya dikabulkan Tuhan, tetapi mereka tidak mau didewasakan.” Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguh pun ia adalah tuan dari segala sesuatu.”(Galatia 4:1)

Kedewasaan rohanilah yang menentukan bagian hak waris seseorang diberikan Tuhan atau tidak. Seorang anak usia 5 tahun, paling hanya menerima sepeda mini sebagai hadiah ulang tahunNYA. Walaupun orang tuanya sangat kaya raya, mereka tidak mungkin memberinya hadiah mobil. Itu tidak akan berguna dan belum waktunya.

Seorang anak TK biasanya dibekali satu dua potong kue atau jajan, dan sebotol minuman ketika dikirim ke sekolah. Tetapi bila Ia sudah dewasa, apalagi SMA, tidak mungkin orang tuanya membekali dengan kue dan botol minuman. Pastilah ia dibekali dengan uang tunai.

Allah tahu dengan tepat segala yang kita butuhkan dan ukuran yang Dia pakai sesuai dengan taraf kedewasaan rohani anak-anakNYA. Jadi perhatikan pertumbuhan rohani dulu, yang jasmani pasti mengikuti. Mengejar hal-hal rohani pasti akan mendapat hal-hal jasmani sebagai bonus, tetapi pengejaran perkara jasmani tidak menjamin akan membuat orang jadi lebih rohani.

Dibutuhkan kekuatan dan kedewasaan rohani tertentu untuk bisa tetap setia ketika Tuhan mempercayakan pelayanan, berkat, promosi kepada anak-anakNYA. Bila kekuatan rohani tidak cukup untuk menangani semua yang dari Tuhan, maka tidak jarang semua yang Tuhan percayakan dan tambahkan hanya akan jadi awal dari kejatuhan seseorang.

Harus dipungut sebelum matahari naik tinggi

“Setiap pagi mereka memungutnya, tiap-tiap orang menurut keperluannya; tetapi ketika matahari panas, cairlah itu.”(Keluaran 16: 21)

Kedispilinan dan penghargaan terhadap waktu Tuhan, adalah salah satu kunci untuk bisa meraih yang Tuhan janjikan. Umat Tuhan sangat hafal ayat firman yang mengatakan bahwa Ia tidak pernah terlambat. Dengan itu mereka merasa aman, karena ada jaminan. Tetapi kalau Ia tidak pernah terlambat, di sisi lain berarti Ia sangat menghargai kedisiplinan dalam hal waktu. Tengoklah berapa banyak orang percaya yang bisa doa pagi dengan disiplin. Sangat banyak yang bisa doa pagi, tetapi komitmen waktunya tidak ada. Jam berubah-ubah tergantung kapan tergerak, kapan ingin dan kapan merasa perlu berdoa. Prinsip mereka pokoknya sudah doa.

Demikian juga dengan kedisiplinan membaca Firman Tuhan, yang penting sudah baca bahkan cenderung asal baca. Berapa ayat atau pasal yang dibaca tergantung ”mood”, pas lagi senang, lagi senggang, lagi kepingin baru membaca. Kalau lagi tidak senang tidak dibaca. Inilah penghalang pertumbuhan rohani dan pengenalan akan Tuhan yang lebih dalam. Sudah karatan jadi Kristen, tetapi rohani masih kanak-kanak.

“Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya jadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari pernyataan Allah dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras..”(Ibrani 5 :12)

Tuhan akan berurusan dengan satu aspek dari kehidupan seseorang pada satu kurun waktu. Bila satu aspek yang ingin Dia benahi belum dibereskan anak-anakNYA, maka Ia akan tetap mengerjakan aspek itu sampai ada perubahan dan pembaharuan yang Dia inginkan terjadi dalam anak-anakNYA. Ia mungkin akan meninggalkan untuk sementara proses dan ujian atas aspek yang sedang Ia kerjakan atas anak-anakNYA dan beralih ke hal-hal yang lain.

Tetapi Ia tetap akan kemabali mengerjakannya sampai kualitas rohani yang Ia inginkan di bidang itu tercapai. Kemudian Ia akan melanjutkan ke aspek-asoek selanjutnya. Kadang cara didik Tuhan mirip dengan sistem kredit semester. Ada juga orang percaya yang terus mengalami didikan dan hajaran pada satu aspek kehidupan sebelum Tuhan lanjutkan ke bagian yang lain.

Manna harus dimakan habis, tidak boleh disisakan sampai keesokannya

Orang Israel diperintahkan untuk memakan manna dan tidak boleh menyisakannya sampai pagi. Beberapa pelajaran yang bisa ditarik dari perintah ini:

1. Percaya pada janji Tuhan dan belajar menikmati berkatNYA

Mereka diajar menikmati berkat Tuhan dan tetap percaya bahwa Ia akan terus menurunkanNYA bagi mereka. Berapa banyak umat Tuhan saat ini memberkati diri sendiri saja tidak berani, apalagi jadi berkat bagi orang lain. Hidup kikir dan pelit dianggap sebagai hidup hemat dan bijak. Semua disimpan dan ditabung, lebih baik melihat uang bertumpuk di bank daripada menikmati uang dan memakainya. Konon nanti di hari tua rencana mau dipakai jalan-jalan mulai dari Holyland sampai ke Hollywood.

Ternyata sebagian besar kemudian dikeluarkan hanya untuk ke dokter dan biaya rumah sakit saja. Atau kalo masih sehat, cuma jadi beban dan merepotkan anak cucu, karena kalau tour ke luar negeri mesti didorong naik kursi roda atau dipapah kemana-mana. Persis kayak tulisan di kaos ”Muda hidup susah, Tua giliran bikin susah.” Ketika bagian berkat itu Tuhan perintahkan untuk dinikmati, nikmatilah, jangan takut kurang karena Ia pasti mengirimkan lagi yang baru.

Orang Israel sebagai keturunan Abaraham mewarisi janji berkat Abraham; diberkati dalam segala hal dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Sebelum bisa memberkati orang lain, mereka harus bersikap benar dan berpersepsi benar tentang berkat. Semakin benar kita mengolah berkat yang Tuhan percayakan, semakin kita dipercayakan berkat. ”Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri.” (Amsal 11:17)

2. Bergantung sepenuhnya pada Tuhan

Ketika Tuhan memerintahkan orang Israel untuk tidak menyisakan manna sampai keesokan harinya, Ia sedang mengajar mereka bergantung sepenuhnya pada kesetiaan dan kemurahan pemeliharaanNYA. Tetapi ada umat yang memakai hikmatnya sendiri dengan menyisakan manna itu.

“Musa berkata kepada mereka: ”Seorang pun tidak boleh meninggalkan dari padanya sampai pagi.” Tetapi ada yang tidak mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya samppai pagi, lalu berulat dan busuk. Maka Musa menjdai marah kepada mereka.”(Keluaran 16:19-20)

Ada beberapa kemungkinan orang-orang yang tidak taat ini menyimpan manna sampai keesokan harinya:

a. Mereka malas bangun pagi untuk memungut manna, jadi sisakan saja dari pada harus bangun pagi, kan enak bisa bangun siang. Banyak umat Tuhan yang seperti ini di akhir zaman. Malas mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, hidup hanya unutk mencari kesenangan pribadi; kekayaan dan keberhasilan. Ketika gagal baru cari Tuhan. Ada dua cara orang yang belum lahir baru memakai waktu hidupnya:

· waktu dihabiskan untuk mengejar cita-cita, kesenangan pribadi dan segala yang diinginkan hatinya.

· Kalau gagal, waktu dipakai”mencari Tuhan”, yaitu: memaksa Tuhan untuk memberikan apa yang menjadi keinginan hatinya, yang tidak bisa ia dapatkan dengan kekuatannya sendiri. Jadi kapan waktu untuk melakukan kehendak Tuhan dengan sungguh-sungguh?

b. Mereka tidak percaya manna diturunkan lagi pada keesokannya, jadi lebih aman simpan sebagian. Pikir mereka. ”Kita pakai hikmat dong, ini padang gurun. Kalau Tuhan lupa menurunkannya, kalian yang taat, yang makan sampai habis besok akan kelaparan. Kita yang pakai hikmat masih ada cadangan makanan lho.”

“Tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”(Roma 12:2b) Bagi Kristen yang belum lahir baru, pola pikir lama masih terlalu kuat menguasai motivasi dan perbuatannya. Adalah mustahil orang-orang yang belum diperbaharui akal budinya untuk percaya sepenuhnya kepada Tuhan sehingga mereka mustahil menyenangkan Dia.

Bagi mereka orang-orang yang taat kepada Tuhan dianggap sebagai orang yang bodoh. Diri sendiri masih butuh, koq sudah memberi kepada orang lain. Doanya sendiri belum dijawab, buat apa sibuk mendoakan orang lain. Gaji tidak cukup koq sombong bayar perpuluhan? Masa mudamu mesti dipakai mencari uang sebanyak-banyaknya, nanti masa tua baru mencari Tuhan untuk persiapan kematian, agar dapat kapling di surga.

c. Tidak mengerti semua berkat Tuhan harus dipakai menurut kehendak Tuhan. Walau Ia memberikan manna, Ia ingin tetap mengatur pemakaian dan penggunaannya. Umat Tuhan ketika sedang ada kebutuhan, dengan giat mencari Dia dan hidup lebih memperhatikan kehendakNYA. Tetapi ketika Ia sudah memberikan yang diingini mereka, maka mereka merasa bebas untuk memakai apa pun yang Ia telah berikan kepada mereka, sekehendak hatinya tanpa perlu bertanya kepadanya tentang penggunaan dan pemakaiannya.

Menjelang hari sabat manna diturunkan dua kali lipat

Pada hari menjelang sabat, Tuhan menurunkan manna lebih banyak dua kali lipat dari pada hari-hari biasa. Umat Israel diajar bahwa sesuatu ditambahkan dengan ada dimensi rohani, yaitu: agar mereka bisa menguduskan hari Sabat.

Tetapi sering kali orang ingin diberkati agar tidak perlu setiap saat berdoa mencari wajah Tuhan. Sebagian berharap hidup mulus-mulus saja, supaya tidak perlu meningkatkan jam doa sehingga bisa mengacuhkan kehendak Tuhan. Beberapa merasa tidak perlu dekat Tuhan, karena merasa Tuhan bisa dipanggil setiap saat dan pasti akan datang menolong. Ada yang ingin segera diangkat bebannya, karena sudah bosan duduk di kaki Tuhan. Bukankah Ia setia dan mereka adalah anak-anakNYA? Mereka ingin semua ditambahkan lebih dulu, nanti kalau ada minat, ada waktu, ada sempat, rasa tergerak baru mencari Kerajaan Tuhan.

Ada perintah untuk memakai dan menikmati, ada juga perintah untuk menyimpan sebagian untuk persediaan. Tetapi bagi orang percaya paling enak dan paling mudah melakukan perintah SIMPAN dari pada melakukan perintah PAKAI. Apalagi kalau ada perintah BERI. Itu yang paling sulit!

Banyak orang percaya suka pelajaran dasar berhitung PERTAMBAHAN (ditambah berkatnya) dan secara alamiah tanpa perlu belajar mendapatkan nilai sempurna dalam pelajaran PENGURANGAN (kurang doa, kurang baca firman, kurang taat, kurang percaya, kurang menabur). Kalau pelajaran PEMBAGIAN (terutama bagi berkat) bisa dihitung jari yang lulus. Tetapi tentang pengurapan bagi-bagi beban/masalah ke tiap hamba Tuhan, rata-rata sudah punya urapan jenis ini.

Dengan mengerti maksud dan prinsip pelipatgandaan berkat, umat Tuhan akan terus dipercaya sebagai para penatalayan dan bendahara Tuhan. Kapasitas mereka akan terus ditingkatkan. Dan setiap hal yang dipercayakan Tuhan kepada anak-anakNYA tidak akan membuat mereka jauh dariNYA. Karena itu hanya bonus saja, bukan hadiah utama. Karena hadiah utama adakah hidup yang kekal bersama Tuhan Yesus di sorga. Peningkatan, promosi dan pertambahan dalam kehidupan anak-anak Tuhan hanya untuk memuliakan Dia.

Pada hari Sabat manna tidak diturunkan

“Tetapi ketika pada hari yang ketujuh ada dari bangsa itu yang keluar memungutnya, tidaklah mereka mendapatkannya.”(Keluaran 16:27) Hamba Tuhan, Musa sudah menyampaikan kepada mereka bahwa pada hari yang ketujuh manna tidak akan diturunkan. Karena pada hari keenam sudah diturunkan dua kali lipat supaya umat Tuhan bisa merayakan Sabat. Tetapi ada saja yang mencoba mencariNYA di hari Sabat:

a. Mereka tidak percaya kesetiaan Tuhan pada firmanNYA, dipikir Tuhan bisa melanggar firmanNYA sendiri. Di satu pihak anak-anakNYA ingin Dia fleksibel dalam perintahNYA, rencanaNYA atas mereka. Kalau ada perintah yang umat Tuhan tidak bisa (baca: tidak suka) melakukannya, Ia diharapkan merubah perintahNYA dan tidak memaksa mereka melakukannya. Bukankah Ia sendiri mengatakan: “roh memang penurut, tetapi dagung lemah.”(Matius 26:41b) Jadi kalau mereka tidak suka melakukan perintahNYA, ya jangan disalahkan karena daging memang lemah. Tetapi terhadap janjiNYA, Tuhan tidak boleh fleksibel, Ia harus bersegera menggenapinya.

b. Tidak menghargai Sabat yang Tuhan berikan, tetapi masih melakukan kehendak sendiri. Tugas umat Tuhan adalah beribadah kepadaNYA. Tetapi selama keadaan baik-baik saja tanpa ada badai, ibadah umat Tuhan kadang hanya ibadah normatif agamawi. Dan umumnya orang Kristen tidak bertumbuh lagi setelah sampai berhenti berbuat dosa. Sangat sedikit yang terus bergerak dan berhenti menyakiti Tuhan, kemudian bertumbuh untuk menyenangkan Dia. Tetapi ketika badai menerpa, barulah terjadi peningkatan kegiatan rohani yang signifikan. Umat yang terjepit akan mulai memeriksa diri dan kesalahannya, dan mulai lebih memperhatikan firmanNYA.

c. Orang rakus, sudah diberi dua kali lipat masih merasa kurang. Sikap hidup materialistis dengan alasan tuntutan kebutuhan, tanpa disadari juga mempengaruhi banyak anak Tuhan. Waktu ibadah dua jam di hari minggu, dirasa terlalu lama dan buang waktu. Maka perlu dibikin ringkas, padat dan singkat. Tetapi waktu 24 jam sehari rasanya tidak cukup panjang untuk mengejar cita-cita dan keinginan pribadi.

Konsep firman Tuhan tentang hari Tuhan/sabat berbeda dengan persepsi umat Tuhan saat ini. Di hari sabat umat Israel istirahat, karena semua sudah Tuhan sediakan sebelumnya. Tetapi sekarang orang percaya justru di saat ibadah mencari segala yang mereka inginkan. Ibadah penuh dengan orang-orang P4 (Pengemis, Pengamen, Preman, dan Penyamun).

Pengemis: cuma tahunya minta terus, tidak pernah bisa menjadi penyalur berkat; Pengamen: habis nyanyi-nyanyi berharap dapat bayaran upah/jawaban doa, berkat, dll. Mestinya mereka jadi penyembah yang memberi kepada Allah; Preman: tidak pernah melakukan kehendak Tuhan/jadi hamba, tapi maksa Tuhan memberi upah berkat. Padahal mereka mengaku punya hati pelayan/hamba; Penyamun: pelayanan dibisniskan, mencari keuntungan materi melalui kegiatan-kegiatan rohani, yang mengira ibadah itu adalah sumber keuntungan (1 Timotius 6:5b), sehingga menghalangi orang lain untuk mengenal Allah dengan benar. Seharusnya mereka menjadi pelaku Firman, hingga jadi kesaksian hidup bagi orang lain.

 

5 artikel terakhir oleh admin