Manakah Jenis kecerdasan bakat istimewa yang dimiliki siswa di sekolah Anda

Guna membekali mahasiswa serta masyarakat umum mengenai tanda anak cerdas istimewa serta memberikan pendidikan yang tepat bagi anak cerdas istimewa, Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) menyelenggarakan acara Kuliah Umum dan Talk Show tentang Mendidik Anak Cerdas Istimewa (Gifted), Senin (19/10) di Ruang E 126. Dalam kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa, orang tua, serta pengajar dari beberapa sekolah di Salatiga ini, hadir DR. Drg. Julia Maria van Tiel, MS. sebagai narasumber tunggal.

Julia Maria yang juga memiliki seorang putra dengan kemampuan cerdas istimewa ini mengatakan bahwa Gifted Children atau anak cerdas istimewa merupakan anak-anak yang mendapat anugerah kecerdasan tinggi dalam bidang-bidang tertentu. Proses berpikir dan bertindak yang tidak seperti anak normal lainnya seringkali menyebabkan mereka dikategorikan dalam kategori anak berkebutuhan khusus.

Hal tersebut perlu memperoleh penanganan atau identifikasi sejak dini, sebab apabila dibiarkan dapat menimbulkan resiko pada tumbuh kembangnya. Pola tumbuh kembang alamiah yang dialami anak cerdas istimewa tentu tidak sama dengan anak normal seusianya, bahkan memiliki gejala yang mirip dengan anak yang bergangguan.

“Identifikasi ini bertujuan untuk melihat pola perkembangan anak serta faktor-faktor kuat dan lemah yang dimilikinya sehingga dapat kita gunakan untuk menentukan strategi pengasuhan dan pendidikan yang tepat,” ucapnya.

Julia Marta menambahkan identifikasi pada anak cerdas istimewa bisa dilihat dari ciri-ciri yang dimilikinya. Ciri tersebut antara lain mempunyai kapasitas intelektual atau IQ diatas 130, memiiliki daya ingat yang kuat, mampu memecahkan masalah dengan sangat baik, serta besarnya motivasi untuk bekerja.

Beragam Keluhan

Kemampuan anak cerdas istimewa yang jauh melampaui anak seusianya ini kadang menimbulkan  masalah yang sering dikeluhkan oleh guru atau orang tua yang belum memahami kondisi sang anak. Kondisi yang sering ditemui antara lain cenderung tidak bisa diam atau superaktif, terlalu banyak bicara atau bahkan jarang bicara dan lebih suka bermain sendiri, sulit diatur dan keras kepala.

Ciri seperti ini, dikatakan Maria dapat diketahui sejak anak masih berusia balita. “Untuk menentukan bahwa anak tersebut torgolong anak cerdas istimewa atau tidak membutuhkan identifikasi secara mendalam yang melibatkan pihak-pihak berkompeten seperti dokter anak tumbuh kembang, psikolog ahli anak gifted, ahli kependidikan khusus, serta guru kelas,” tutur penulis buku berjudul Anakku Terlambat Bicara ini.

Dirinya menyarankan, bagi orang tua yang memiliki anak dengan kemampuan lebih ini diharapkan dapat mendidik anak sesuai dengan pola perkembangannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan yang diutamakan pada dua faktor yaitu kuat dan lemah.

“Faktor kuat dilakukan dengan memberi dukungan serta ruang untuk memaksimalkan kreatifitasnya, sementara faktor lemah dapat diberikan dengan menstimulasi, intervensi, pelatihan dan terapi dengan ahli khusus. Akan lebih baik apabila anak juga disekolahkan di sekolah khusus karena eksploratif dan belajar otodidak mereka tinggi,” terang mantan dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ini.

Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi, salah seorang panitia sekaligus Koordinator Bidang Kemahasiswaan Fakultas Psikologi UKSW berharapa melalui kegiatan ini akan semakin banyak orang yang peduli dengan permasalahan tumbuh kembang dan psikologis yang dialami oleh anak cerdas istimewa. “Dengan demikian, identifikasi akan semakin cepat dilakukan, dan dapat ditindaklanjuti dengan pengasuhan dan pendidikan yang tepat sesuai kebutuhan anak,” tutur Rudangta. (chis/upk_bphl/foto:chis).

JAKARTA, KOMPAS.com - Anak-anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa memerlukan layanan pendidikan khusus supaya potensi dan bakat mereka berkembang optimal. Pengembangan potensi itu memerlukan strategi yang sistematis dan terarah, karena tanpa itu bangsa Indonesia akan kehilangan sumber daya manusia terbaiknya. 

Demikian dikatakan Sekretaris Jenderal Asosiasi Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa Nasional Amril Muhammad dalam seminar Potensi Luar Biasa Sejuta Anak Cerdas Istimewa Indonesia di Jakarta, Selasa (23/2/2010).

Amril menambahkan, pasal 5 ayat 4 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional juga menyatakan, bahwa warga negara yang mempunyai potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

"Perhatian khusus itu tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi, tapi semata memberikan layanan pendidikan sesuai kebutuhan dan kondisi siswa, supaya potensi peserta didik berkembang utuh dan optimal," katanya.

Dia mengatakan, Asosiasi Anak Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa Nasional yang terdiri atas penyelenggara sekolah, akademisi, dan masyarakat memberikan beberapa rekomendasi terkait penyusunan cetak biru pengembangan pendidikan khusus untuk anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa. Asosiasi antara lain menyarankan pemerintah membuat peraturan pemerintah untuk mendukung pelaksanaan pasal 5 ayat 4 dalam undang-undang sistem pendidikan nasional.

Selain itu, pemerintah juga diminta melanjutkan program akselerasi yang sudah berjalan di sekolah-sekolah tertentu dan meningkatkan kualitas guru dengan menyediakan fasilitas pelatihan pendidikan khusus bagi anak cerdas istimewa.

"Di samping itu, perlu ada sekolah khusus yang mewadahi anak-anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa dalam segala bidang, tidak hanya akademik, tapi juga seni, olah raga, teknologi dan keterampilan lain," katanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link //t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Batasan keberbakatan yang digunakan di Indonesia telah disepakati mengacu pada pengertian yang dibuat oleh USOE (United States Office of Education) tahun 1972 sebagaimana dalam Hawadi (1993) : “Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional bahwa mereka memiliki kemampuan-kemampuan yang menonjol, dan dapat memberikan prestasi yang tinggi. Mereka membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangannya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat.

Kemampuan-kemampuan tersebut baik secara potensial maupun secara aktual meliputi salah satu atau beberapa kemampuan tersebut di bawah ini: kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berfikir produktif dan kreatif, kemampuan dalam bidang seni, kemampuan memimpin dan kemampuan psikomotor”.

Renzulli dalam Mangunsong (2011) berpendapat bahwa keberbakatan merupakan interaksi antara tigaa dasar kemampuan manusia yaitu: kemampuan umum/spesifik di atas rata-rata, pengikatan diri atau tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) yang tinggi, dan kreatifitas yang tinggi.

Ada tiga pembagian untuk anak-anak berbakat ini yaitu :

  1. Genius (IQ 140-200) atau memiliki kecerdasan luar biasa. Sisi positif yang dimiliki mereka antara lain : daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif, suka menganalisis. Sementara sisi negatifnya seperti : Cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi (emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.
  2. Gifted (IQ 125-140) disebut juga gifted and talented. Disamping memiliki IQ tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti : bakat seni musik, drama, dan ahli dalam memimpin masyarakat. Karakteristik yang dimiliki seperti: mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.
  3. Superior (110-125)

Prestasi belajarnya cukup tinggi. Karakteristik yang ditunjukkan seperti: dapat berbicara lebih dini, dapat membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat perhatian dari teman-temannya.

Penyebab/Etiologi

Meskipun dalam literatur anak berbakat tidak secara disebutkan pandangan pakar tentang etiologi keberbakatan, namun faktor penyebab anak cerdas dan berbakat sebagaimana dalam Mangunsong (2011) dapat ditinjau dari dua hal yaitu:

  1. Faktor Genetik dan biologis lainnya

Penelitian dalam genetika perilaku menyatakan bahwa setiap jenis dari perkembangan perilaku dipengaruhi secara signifikan melalui gen/keturunan. Walaupun pengaruh genetika dalam perkembangan kemampuan unggul tidak dapat dielakkan, pengaruh biologik ini tidak lebih penting daripada pengaruh lingkungan dimana anak diasuh. Faktor biologik belum bersifat genetik, yang mempunyai andil dalam intelegasi adalah faktor gizi dan neurologik. Kekurangan nutrisi pada masa kecil dan gangguan neorologik yang terjadi dapat menyebabkan keterbelakangan mental, begitupun sebaliknya.

Dari penelitian tentang individu-individu berbakat yang sukses di berbagai bidang, menunjukkan masa kecil di dalam keluarga yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  • Seorang dari anggota keluarga (satu atau kedua orangtua) memiliki minat pribadi terhadap bakat anak dan memberikan dorongan besar dalam masa perkembangannya.
  • Kebanyakan dari orangtua adalah panutan, contoh, terutama dalam gaya kehidupannya
  • Adanya dorongan khusus dari orangtua bagi anak untuk menjelajah, berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan rumah tangga, berkaitan dengan bidang keberbakatan yang dikembangkan, dimana usaha anak selalu mendapat pengukuhan (reward)
  • Orangtua memberikan jaminan bahwa anak dapat belajar dalam lingkup keberbakatan mereka
  • Keluarga menampilkan/menunjukkan tingkah laku dan nilai (value) yang diharapkan, yang berkaitan dengan talent, termasuk mengenai jadwal yang jelas dan standar untuk penampilan yang tepat sesuai dengan tahapan perkembangan anak
  • Pengajaran bersifat informal dan terjadi dalam berbagai situasi. Proses belajar awal lebih mengarah pada eksplorasi dan bermain
  • Keluarga berinteraksi dengan tutor/mentor dan menerima informasi bagaimana mengerahkan kegiatan-kegiatan anak
  • Keyakinan orangtua bahwa anak-anak mereka mendalami bakat mereka, sebagaimana juga mereka belajar bahasa.
  • Adanya perilaku-perilaku dan nilai-nilai yang diharapkan berkaitan dengan keberbakatan di dalam keluarga. Ada penjadwalan-penjadwalan kegiatan dan standar yang jelas baik kinerja yang sesuai dengan tahap perkembangan anak
  • Orangtua menjadi pengamat latihan-latihan, menekankan minimum berlatih, memberi pengarahan bila diperlukan, dan memberik pengukuran pada perilaku anak yang dilakukan dengan terpuji dan memenuhi standar yang ditetapkan
  • Orangtua mencarikan instruktur khusus dan guru khusus bagi anak
  • Orangtua mendorong keikutsertaan anak dalam berbagai acara (konsert, resital, kontes, dan lain-lain) dimana kemampuan anak dipertunjukkan kepada khalayak ramai.

Karakteristik Fisik Motorik

Studi dari Terman terhadap orang-orang yang memiliki IQ tinggi menunjukkan keunggulan fisik, seperti : tinggi, berat, daya tarik dan kesehatan, dibandingkan mereka yang intelegensinya lebih rendah.

Karakteristik Kognitif

Anak-anak berbakat biasanya dapat membaca dengan mudah, bahkan terkadang sebelum mereka memasuki usia sekolah. Mereka juga memiliki kemampuan yang advance pada satu area seperti matematika dan membaca, namun tidak pada kemampuan lainnya seperti seni. Kebanyakan anak berbakat tidak akan bosan jika mereka diberi pekerjaan yang menantang. Namun begitu, beberapa anak berbakat ada juga yang tidak berminat dengan sekolah, berperilaku buruk dan drop out. Hal ini biasanya terjadi karena anak merasa diabaikan sebagai seorang individu yang memiliki hal yang samka dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dirinya.

Coleman dalam Rahmawati dan Soeradijono (2007) menjelaskan bahwa anak berbakat lebih menyukai permainan yang disukai oleh anak yang lebih tua. Hal ini menjadi indikasi bahwa anak berbakat lebih memilih aktivitas yang kurang sosial dan kurang aktif dibandingkan anak lainnya. Anak berbakat lebih menyukai permainan yang kompleks, dan mengoleksi hal-hal yang berbau science dibandingkan anak-anak lain.

Karakteristik Sosial Emosi

Dalam Mangunsong (2011) dinyatakan bahwa sebagian dari anak berbakat merasa dirinya bahagia, disukai oleh teman sekelompoknya, memiliki kestabilan emosi dan self-sufficient. Mereka memiliki minat yang luas dan bervariasi serta dapat menerima diri mereka secara positif.

Namun demikian, ada sebagian anak yang tidak memiliki pandangan yang positif tentang diri mereka. Sebagian anak berbakat juga mengalami pengalaman yang traumatis seperti bullying. Individu berbakat memiliki kecenderungan untuk menjauh dari kelompok usia mereka. Anak berbakat sering bersikap terlalu peka terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain, memiliki kepedulian yang tinggi mengenai hubungan interpersonal, pernyataan diri dan isu moral. Secara singkat, sebagian anak berbakat memiliki kesadaran diri, self-assured, kemampuan sosial dan tanggungjawab moral yang baik.

Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristiknya tersebut, maka model pembelajaran untuk anak cerdas dan berbakat menurut Philip E. Veron (1979) dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara berikut ini :

  • Acceleration yaitu percepatan (dipromosikan untuk naik kelas lebih awal dari biasanya)
  • Segregation yaitu dikelompokkan ke dalam satu kelompok khusus
  • Encrichment yaitu berupa pengayaan (mendapatkan pembelajaran tambahan)

Berkaitan dengan anak berkebutuhan khusus (ABK), saat ini sudah banyak diterapkan pendidikan inklusif di Indonesia, yaitu sistem penyelenggaraan pendidikan dimana anak-anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti pendidikan di sekolah regular (umum) secara bersama-sama dengan siswa lainnya, dengan suatu layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi anak berkebutuhan khusus.

//www.sunandarid.com/ anak-cerdas-atau-bakat-istimewa-gifted-dan-talented/

Pendidikan inklusif memiliki manfaat yang sangat positif bagi pelaksanaan pendidikan secara umum dan khususnya bagi siswa berkebutuhan khusus. Dalam Supena dkk (2012), manfaat tersebut diantaranya yaitu :

  • Membuka peluang yang luas kepada anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan layanan pendidikan karena mereka bisa mengikuti pendidikan di sekolah regular yang dekat dengan rumahnya. Dengan demikian, pendidikan inklusif akan mempercepat penuntasan wajib belajar dan memujudkan gagasan education for all, khususnya di kalangan anak berkebutuhan khusus.
  • Pendidikan inklusif memberikan pelajaran sosial yang berharga bagi anak berkebutuhan khusus juga bagi masyarakat secara umumnya. Anak berkebutuhan khusus yang mengikuti pendidikan di sekolah regular akan berlatih berinteraksi, berkomunikasi dan melakukan penyesuaian sosial dengan masyarakat umum. Di sisi lain, masyarakat umum juga akan belajar memahami dan menghargai perbedaan serta menumbuhkan sifat empati dan membantu orang yang membutuhkan bantuan.
  • Pelaksanaan pendidikan khusus (pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus) akan lebih efisien karena tidak harus mendirikan sekolah khusus yang membutuhkan kelengkapan yang serba khusus dengan biaya yang cukup besar.

Dalam pendidikan inklusif, biasanya sekolah perlu mengembangan kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus. Adapun model kurikulum yang diterapkan oleh sekolah inklusif, ada beberapa prinsip penting yang harus dijadikan acuan oleh para guru dalam mengembangkan kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus yaitu :

  1. Kurikulum yang digunakan untuk siswa berkebutuhan khusus harus kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa berkebutuhan khusus.
  2. Kurikulum umum yang diberlakukan untuk siswa regular perlu diubah (dimodifikasi) untuk disesuaikan dengan kondisi siswa berkebutuhan khusus.
  3. Penyesuaian kurikulum dengan kemampuan siswa berkebutuhan khusus bisa terjadi pada komponen tujuan, materi, proses, dan atau evaluasi.
  4. Pengembangan model kurikulum untuk siswa berkebutuhan khusus akan berbeda-beda sesuai dengan jenis dan kadar hambatan yang ada pada anak.
  5. Penyesuaian kurikulum tidak harus sama pada masing-masing komponen. Artinya jika komponen tujuan harus dimodifikasi mungkin tidak demikian halnya dengan proses, dan seterusnya.
  6. Proses penyesuaian juga tidak harus sama untuk semua materi. Untuk materi tertentu perlu dimodifikasi, tetapi mungkin tiak perlu untuk materi yang lain.

Proses modifikasi juga tidak sama untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran tertentu mungkin perlu banyak modifikasi tetapi tidak demikian untuk mata pelajaran yang lain.

Terkait

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA