Menempatkan diri sendiri pada tempat yang baik dan benar adalah contoh berlaku adil pada

Menempatkan diri sendiri pada tempat yang baik dan benar adalah contoh berlaku adil pada

Artikel () 15 Juli 2017 10:02:42 WIB

Keadilan dalam hidup selama ini seolah-olah sulit didapat. Berita di berbagai media, baik online mau online banyak memuat tendensi menguatnya ketidakadilan di masyarakat. Namun demikian sebenarnya yang terlihat dalam pandangan mata tersebut adalah keadilan yang sepertinya tidak dijalankan dengan baik oleh manusia dalam lingkup makro.

Namun jika kita melihat secara keseluruhan alam semesta, keadilan yang disediakan oleh Allah SWT, Dia Yang Maha Adil, tetap terus berjalan hingga kini. Keadilan yang dimaksud adalah keadilan akibat terjadinya kebaikan atau kejahatan yang dilakukan oleh manusia.

Orang yang melakukan kebaikan, seperti bersedekah akan mendapatkan balasan kebaikan. Sebaliknya orang yang melakukan keburukan, kejahatan akan mendapatkan balasan setimpal. Masalahnya, balasan terhadap kebaikan dan kejahatan ini tidak mesti setelah dilakukannya perbuatan. Balasan akan terjadi kapan waktunya adalah hak Allah SWT. Bisa esok hari, minggu depan, bulan depan, tahun depan, beberapa bulan lagi, beberapa tahun lagi, atau ketika usia tua.

Seorang muslim dituntut berbuat adil. Karena orang berbuat adil sesungguhnya salah satu ciri orang yang bertakwa. Allah SWT berfirman dalam Alquran yang artinya “Dan janganlah kebencian kamu terhadap suatu kaum membuat kamu tidak mampu berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al Maidah: 8).  

Sebelum seseorang berlaku adil kepada orang lain, ia arus terlebih dahulu berlaku adil kepada dirinya sendiri. Selama ia tidak mampu berlaku adil kepada dirinya, maka ia tidak bisa mendapatkan kebahagiaan dalam hidup.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujurat: 13)

Penggunaan kata takwa ditujukan hanya kepada umat Islam. Namun kita bisa juga melihat bahwa tidak sedikit orang-orang yang bukan Islam ternyata mampu berlaku adil kepada dirinya sendiri dan juga kepada orang lain. Sikap sportif dalam olahraga adalah contohnya.

Negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim justru mampu menerapkan keadilan kepada penduduknya sehingga dengan keadilan yang diterapkan menjadikan negara dan mayarakatnya mencapai level kemakmuran yang baik.

Berlaku adil kepada diri sendiri adalah dengan siap meminta maaf kepada manusia maupun hewan jika berbuat salah dan juga siap memohon ampunan kepada Allah SWT jika hati nurani sudah memberitahu kesalahan diri yang diperbuat.

Jika kita tidak mampu berbuat demikian, maka kehidupan kita juga akan mengalami ketidakadilan. Sebabnya karena ternyata kita sendiri yang melakukan kezaliman kepada orang lain dan juga diri sendiri. Oleh karena kita tidak berbuat adil kepada diri sendiri akibat kezaliman yang kita lakukan maka akhirnya kita yang akan mendapat balasan dari perbuatan tersebut.

Jika seperti demikian halnya maka kita pun akan sulit untuk berperilaku adil kepada orang lain. Karena tidak mampu berperilaku adil kepada orang lain, hidup yang kita jalani pun akan mengalami ketidakadilan. Dan yang akan memberikan hukumannya adalah Allah SWT.

Kenapa seseorang tidak bisa bersikap adil kepada dirinya sendiri? Karena ego pribadi yang terlalu tinggi. Sehingga hatinuraninya dikalahkan oleh ego tersebut. Fitrah sebagai manusia yang memiliki hatinurani pun juga tertutupi.  

Jika diri sendiri mampu berlaku adil kepada diri sendiri maka kenyamanan hidup insya Allah akan didapat. Apalagi jika mampu berlaku adil kepada orang lain ataupun makhluk hidup lainnya. Meskipun terjadi ketidakadilan di tengah masyarakat.

Maka berlaku adil kepada diri sendiri adalah modal hidup yang utama dan sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sebelum menjadi Nabi, Rasulullah SAW sudah ikut berdagang dengan pamannya dan meraih untung. Cara beliau berdagang menunjukkan bahwa beliau telah berlaku adil kepada diri sendiri dan juga orang lain. Maka keuntunganpun datang.

Rasulullah SAW sebelum menjadi Nabi sudah dikenal sebagai orang yang dipercaya. Hingga setelah beliau menjadi Nabi dan menjelang hijrah, harta yang dititipkan oleh mayarakat Mekah beliau kembalikan. Meskipun ketika menjadi Nabi dan masih dipercaya memegang barang amanah masyarakat, ejekan dan cemoohan terhadap beliau karena menyampaikan ajaran Islam tidak mengurangi kepercayaan orang kepada beliau.

Kepercayaan orang bisa didapat karena beliau berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain. Inilah salah satu ajaran Nabi SAW yang perlu kita tiru dalam hidup sehingga hidup kita semakin berkualitas dan kebahagiaan lahir batin bisa didapat. (efs)  

Ilustrasi: freefoto.com

“sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi kepada kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran den permusushan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q. S. An Nahl ayat 90)

Dari ayat diatas, telah jelas sekali bahwa Allah memerintahkan kita secara langsung dan gamblang dalam berbuat adil. Setelah berbuat adil, kita hendaknya berbuat kebajikan. Adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya, sesuai kadar dan ukurannya. Misalnya masalah uang saku anak-anak kita. Anak kita yang sudah berkuliah tidak mungkin uang sakunya disamakan dengan anak kita yang masih SD. Kadar kebutuhan mereka berbeda. Begitupun kadar lingkungan mereka. Itu adalah contoh adil yang paling mudah kita fahami.

Pembagian adil 

Adil sendiri dibagi lagi menjadi empat yaitu :

  1. Yang pertama adalah adil terhadap Allah yaitu menempatkan Allah dalam hati kita sesuai tempatnya Allah itu. Maksudnya adalah, Allah Pencipta kita, Allah Tuhan kita, Pada Allah kita seharusnya menghamba, maka kita hendaknya meletakkan Allah dalam hati kita benar-benar bahwa Allah adalah Tuhan kita, dan menghamba pada Nya. Sehingga kita akan melakukan apa apa yang diperintahkan Allah seperti melakukan shalat wajib dan meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah.
  2. Yang kedua adalah Adil terhadap diri sendiri. Adil terhadap diri sendiri berarti menempatkan diri kita pada tempatnya. Seperti  menjaga diri kita untuk konsisten tetap berbuat baik sehingga tidak menyengsarakan dirinya sendiri. Misalnya menjaga diri dari berbuat dosa dan hal-hal yang menghapus amal ibadah sehingga kelak tidak akan membuat diri kita disiksa di hari pembalasan.  Adil terhadap diri sendiri juga termasuk memperhatikan dan menyayangi diri sendiri seperti memakan makana yang halalan thoyyiban. Juga menjaga hati sehingga hatinya tidak kotor dan gelap.
  3. Yang ketiga adalah adil terhadap  orang lain. Adil terhadap orang lain berarti menempatkan orang lain pada tempatnya. Misalnya memperlakukan orang tua kita selayaknya yang harus dilakukan oleh anak seperti kita. Memeperlakukan musuhpun juga harus dengan keadilan meskipun kita dilarang untuk bermusuhan.
  4. Dan yang terakhir adalah adil terhadap makhluk lain. Hal ini seperti tumbuhan, hewan, dan termasuk lingkungan. Seperti contohnya tidak menebang pohon sembarangan, tidak membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya.

Keutamaan-keutamaan adil juga sangat banyak sehingga dapat membuat kita hidup dengan baik. Nah, karena pembahasan kita adalah keutamaan adil terhadap diri sendiri, maka berikut adalah rincian keutamaan adil terhadap diri sendiri :

  1. Adil terhadap diri sendiri dapat meningkatkan ketakwaan kita

Jika kita adil terhadap diri sendiri, maka kita akan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah, karena apa yang diajarkan Allah dan Rasulnya adalah sesuatu yang akan kita rasakan manfaatnya baik di dunia maupun di akhirat. Karena “derajat manusia dihadapan Tuhannya adalah sama kecuali ketakwaannya.”

  1. Membuat hidup kita menjadi tenang

Adil juga menuntun kita untuk melakukan dan memenuhi hak dan kewajiban kita terhadap diri sendiri. Sehingga kita akan merasa aman karena telah melaksanakan kewajiban dan merupakan cara agar hati tenang.

  1. Membuat hidup kita lebih baik

Hal ini termasuk menempatkan diri kita pada tempat yang seharusnya. Misalnya kita berbakat di bidang politik, maka jika berlaku adil pada diri kita, maka kita akan meletakkan diri kita pada bidang politik. Begitupun jika kita mempunyai bakat dan minat pada melukis, maka jika kita adil, kita akan mengembangkan bakat dan minat kita pada melukis itu sendiri.  Sehingga membuat kita terarah (tau tujuan) dan membuat kita lebih baik.

Jika kita adil terhadap diri kita sendiri, maka kita akan bekerja pada waktunya bekerja, kita akan memenuhi kebutuhan yang diri kita butuhkan sehingga adil ini dapat membantu kita membuka pintu rizki dengan berusaha.

  1. Membuat hidup kita lebih berbahagia

Jika kita adil, maka kita tidak akan menganiaya diri kita sendiri. Sehingga sangat mudah sekali untuk kita menjadi bahagia dan tidak menjadi timbulnya penyebab hati gelisah .

Jika kita telah adil, maka kita akan tau kesalahan kita dan kita dapat membenarkan diri kita dan meletakkan pada tempatnya dengan segera. Kita tidak akan menyangkal kesalahan kita pula sehingga kita benar-benar berani mengakui kesalahan dan membenari diri kembali.

Adil itu menimbulkan sifat yang jujur dalam diri kita. Kalau kita adil, maka kita akan terbiasa jujur terhadap apapun karena kita menempatkan diri pada tempatnya.

Demikian beberapa keutamaan adil terhadap diri sendiri yang dapat kita serap menggunakan logika. Adil sendiri adalah perbuatan yang pertama disebutkan pada ayat diatas. Makanya, kita harus berbuat adil dulu sehingga kita akan memiliki kebaikan-kebaikan itu sendiri. Dan kita sadar, segalanya yang baik dalam hidup kita dimulai dari diri sendiri. kemudian dari diri kita ke segalanya yang ada disekitar kita.  Seperti dalam Al Quran Suran Ar Ra’du ayat 11:

“Allah tidak akan merubah suatu kaum kecuali mereka merubah dirinya sendiri.”

Baca juga artikel lainnya yang berhubungan dengan islam