Melonjaknya harga pakan karena biji-bijian ada di level tertinggi dalam delapan tahun Show REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Harga biji-bijian yang melonjak membuat kondisi pemberian pakan ayam, babi, dan sapi di dunia menjadi mahal. Peternak Perdue Farms Inc mengambil langkah untuk membeli kedelai dari Brasil. Tak hanya itu, produsen unggas top Brasil yakni BRF SA beralih ke negara tetangga Argentina untuk membeli jagung. Sementara pembuat pakan di China dan Amerika Serikat (AS) membeli gandum yang lebih umum digunakan untuk roti. Harga biji-bijian saat ini berada pada level tertinggi sejak delapan tahun. Hal tersebut meningkatkan biaya memberi makan hewan dan menandakan akan membuat harga daging naik. “Industri daging dan ayam masih memiliki margin yang bagus, sehingga harga yang lebih tinggi belum dapat mengekang nafsu makan mereka,” kata Wakil Presiden Senior Macquarie Group Ltd Brian Williams dikutip dari Bloomberg, Kamis (29/4). Mengubah pola makan hewan dinilai memiliki beberapa risiko. Salah satunya yakni, gandum tidak boleh diberikan kepada sapi yang lebih muda dan dapat membuat sapi membengkak jika memakan gandum terlalu banyak. Para peneliti di North Dakota State University merekomendasikan gandum tidak lebih dari 15 persen dari makanan hewani. Warna kulit burung juga dapat bervariasi tergantung pada apa yang dimakannya. “Anda tidak dapat mengubah pola makan ternak, atau pola makan hewani apa pun dengan tiba-tiba. Mereka mengalami stagnasi dalam pertumbuhannya,” ujar pendiri pialang Beaf Cattle Co Tyler Beaver. Harga yang tinggi juga mulai mengurangi margin bagi produsen unggas dan babi di Brasil. Kepala Eksekutif Cargill Inc Paulo Sousa mengatakan pengalihan pakan apa pun di negara Amerika Selatan akan dibatasi karena Brasil sudah menjadi importir gandum. “Jagung dan bungkil kedelai merupakan komponen terbesar dari pakan ternak, jadi tidak banyak pilihan,” ungkap Paulo. Untuk saat ini, dunia masih menghadapi kekurangan biji-bijian pakan, sedangkan pasokan gandum diperkirakan lebih banyak. Jika harga jagung terus naik, tidak perlu banyak waktu untuk menyimpan lebih banyak gandum untuk dijadikan makanan hewan. Harga jagung naik menjadi 6,84 dolar AS. BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini Menengok Bahan Baku Industri Pakan Ternak di Pasar Global Oleh : Paulus Setiabudi, Ph.D Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar ke-4 di dunia, harapannya industri pakan ternak bisa menduduki posisi 9 besar negara Asia bahkan dalam peringkat 25 besar di dunia. Pangan baik dari hasil pertanian, hortikultura, peternakan dan perikanan pasti selalu dibutuhkan oleh manusia yang diperkirakan populasinya sudah lebih dari 7 miliar jwa. Sekitar 62% dari total manusia yang tinggal di bumi, mereka tersebar di Asia.
Tentu dengan meningkatnya jumlah penduduk, populasi hewan ternak, dan produk pertanian maka semakin banyak juga pangan dan pakan yang dibutuhkan. Padahal hasil pertanian dan hortikultura terkendala lahan tanam yang makin berkurang dan cuaca ekstrem, pemanasan global, hingga berbagai bencana alam sehingga diperkirakan harga pangan bagi manusia dan harga pakan bagi ternak akan semakin naik akibat dampak hukum ekonomi suplai dan kebutuhan. Berdasarkan data tahun 2018 dari OECD-FAO Agricultural Outlook 2018-2027, menyebutkan bahwa konsumsi daging unggas beberapa negara seperti Israel 58,5; Amerika Serikat 49,8; Malaysia 46,7; Australia 43,9; Brasil 40,6; Argentina 40,4; Saudi Arabia 40,0; Selandia Baru 37,4; Chile 36,1; dan Afrika Selatan 36,1 (kg/kapita/tahun). Selain itu, masih dari sumber yang sama, untuk 10 negara konsumen daging unggas terbesar di dunia antara lain Tiongkok 19,0; Amerika Serikat 18,0 ; Uni Eropa 14,0; Brasil 8,9; Rusia 5,5; Meksiko 4,1; India 3,2; Jepang 2,4; Afrika Selatan 2,3; dan Iran 2,1 (juta ton). Sedangkan untuk Indonesia, diperkirakan untuk konsumsi daging unggasnya sekitar 4 juta ton. Besarnya konsumsi per kapita dan 10 negara konsumen daging unggas terbesar di dunia tergantung pada besarnya pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan, serta populasi penduduk dari negara-negara tersebut. Perkembangan pakan ternak di dunia Negara yang paling parah yang terkena wabah ASF yakni Tiongkok dan Vietnam, sehingga terjadi pemusnahan jutaan babi di kedua negara tersebut. Akibatnya, Tiongkok mengimpor banyak daging babi dari Brasil dan Amerika Serikat serta daging ayam untuk mensubstitusi kekurangan daging babi. Dampak dari ASF tentu menurunkan persentase pertumbuhan produksi pakan dunia. Mengutip pemberitaan dari Watt Feed eNews, menurut hasil Alltech Global Feed Survey, produksi pakan dunia mengalami penurunan 1,07% atau turun sekitar 9,8 juta ton pada tahun 2019. Merujuk ulang pada data majalah Feed Strategy edisi Juni 2018 pada artikel World Feed Panorama yang ditulis Chris Wright, jumlah pakan ternak produksi pabrik di dunia tahun 2017 sebesar 910
juta ton yang meningkat 2% dari 893,2 juta ton pada tahun 2016. Produksi di regional Asia Pasifik sebesar 34%, Amerika Latin 6%, Timur Tengah dan Afrika 7%, Amerika Utara 22%, Eropa dan Rusia 21%. Produksi pakan di negara Uni Eropa tumbuh 0,2% pada tahun 2017 atau sebesar 156,7 juta ton. Kontribusi pakan ruminansia naik 1% menjadi 22,5% dan aquafeed tumbuh 0,5% menjadi 4,5%, pakan unggas turun 1% menjadi 46,5%, sedangkan pakan babi juga turun 0,5% menjadi 26,5% dari total pasar, aquafeed terus
tumbuh di seluruh dunia, pakan unggas justru turun akibat HPAI demikian juga penyakit pada babi.
Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar ke-4 di dunia, tentu berharap industri pakan bisa menduduki posisi 9 besar negara Asia bahkan dalam peringkat 25 besar di dunia. Oleh karena itu, hasil pertanian untuk tanaman pangan serta pakan ternak harus ditingkatkan agar bisa mengurangi ketergantungan impor bahan pakan, sehingga bisa menghemat devisa, sebab persaingan permintaan di pasar global terus meningkat. Lebih lengkap, silahkan simak di Majalah Poultry Indonesia Edisi terbaru Maret 2020 hal 22 sd 23 pada kolom Sudut kandang SEKJEN PB ISPI Mengapa biaya pakan ternak babi lebih tinggi dari biaya produksi yang lain?Sihombing (2010), biaya produksi terbesar adalah biaya pakan ternak babi yang mencapai 65-80 persen dari total biaya produksi. Hal ini disebabkan karena bahan pakan ternak babi merupakan faktor produksi utama dalam usaha peternakan babi. Kuantitas dan kualitas bahan pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak babi.
Pakan babi terbuat dari apa?Bahan makanan untuk pakan ternak babi, adalah: Bahan makanan yang mengandung sumber protein antara lain: Tepung ikan, Susu skim, Susu skim bubuk, Bungkil kacang kedelai, dll; Bahan makanan sebagai sumber energi antara lain: Jagung, Dedak Padi; Bahan makanan sumber mineral; dan Bahan makanan sumber vitamin.
Berapa kg pakan babi per hari?Konsumsi Pakan ternak babi per ekor per hari pada penelitian ini adalah 2,56– 2,64 kg dengan rata- rata 2,59 kg.
Berapa persen protein pur babi?Kandungan: Kadar air: Max 13 % Protein: 18.5 - 20.5 % Lemak: Min 4 % Serat: Max 6 % Abu: Max 8 % Kalsium: Min 0.9 % Fosfor: Min 0.7 % Bahan baku: Jagung, dedak, tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung daging dan tulang, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, canola, tepung daun, vitamin, calsium, fosfat, ...
|