J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
MENATA ULANG LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU
Muhammad Fadhli
Penulis adalah Dosen Manajemen Pendidikan Ilsam Pada Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Lhokseumawe
Email:
Abstract
Islamic Education as a form of teaching and learning based on the principles and
values of Islam. Education in Islam is a means towards the improvement of morals. In
other words, education in Islam is a function to achieve the sublime morals, while
educational institutions are aspects of material to perform these functions.
Rearrangement or school improvement is a systematic effort, sustained intended to
change the learning process and other related internal conditions in schools, with the
goal of achieving educational goals more effectively. Structuring educational
institutions as an approach to educational change that has two purposes: 1) to improve
student achievement and, 2) to strengthen the school's capacity for managing change.
School improvement approach everything should have the ultimate goal kepasa efforts
to improve student achievement. Efforts to improve the school should not be based on
the state of the schools that have a shortage / low-quality. Due to the increasingly
dynamic changing times then the school must continue to improve its quality. Because
the schools that already have a good quality can continue to get better again.
Keywords: Penaaan Repeat. Institutions of Islam, Quality Improvement
PENDAHULUAN
Perkembangan pendidikan islam di Indonesia sebenarnya sudah menunjukkan
ke arah yang lebih baik. Lahirnya lembaga pendidikan islam seperti, madrasah insan
cendikia, Sekolah Dasar Islam Terpadu, pondok pesantren yang berbasis IT dan
sebagainya. Hal ini tentunya memberikan harapan akan lahirnya generasi Islami yang
tidak hanya memilki kemampuan dalam bidang ke-Islaman tetapi juga dalam bidang
umum lainnya.
Lahirnya generasi islam yang memilki kemampuan komprehensif (memilki
pemahaman yang luas dan lengkap serta mempunyai dan memperlihatkan wawasan
yang luas) merupakan tujuan pendidikan Islam. Sanaky menyebut istilah tujuan
pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya sebenarnya
pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil
‘Alamin”. Selain itu, sebenarnya konsep dasar filosofis pendidikan Islam lebih
mendalam dan menyangkut persoalan hidup multi dimensional, yaitu pendidikan yang
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
tidak terpisahkan dari tugas kekhalifahan manusia, atau lebih khusus lagi sebagai
penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka membangun kehidupan dunia yang
makmur, dinamis, harmonis dan lestari sebagaimana diisyaratkan oleh Allah dalam
Alquran. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, sebab visi dan misinya
adalah “Rohmatan Lil ‘Alamin”, yaitu untuk membangun kehidupan dunia yang yang
makmur, demokratis, adil, damai, taat hukum, dinamis, dan harmonis
.
Dalam alquran surat Adz-Dzariyat ayat 56 ditegaskan:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku”.(Q.S.Adz-Dzariyat:56).
Sesuai dengan ayat diatas maka tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari
tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba
Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang
berbahagia di dunia dan akhirat. Lebih lanjut dalam upaya pencapaian tujua
pendidikan Islam, maka lembaga-lembaga pendidikan Islam harus mampu menjadikan
generasi islam terampil mengabdi kepada Allah sesuai dengan perkembangan zaman.
Menurut Tan menjelaskan Islamic education as any form of teaching and
learning that is based on the principles and values of Islam. Pendapat ini menjelaskan
pendidikan Islam sebagai bentuk pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan pada
prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam
. Kemudian Hidayat pendidikan dalam Islam
merupakan sarana untuk menuju ke arah penyempurnaan akhlak. Dengan kata lain,
pendidikan dalam Islam adalah fungsi untuk mencapai keluhuran akhlak, sedangkan
lembaga pendidikan adalah aspek material untuk menjalankan fungsi tersebut.
Pendidikan adalah substansinya, sedangkan lembaga pendidikan adalah institusi atau
pranatanya yang telah terbentuk secara ajeg dan mapan di tengah-tengah masyarakat
Pendidikan Islam yang berkualitas merupakan cita-cita bersama bangsa
Indonesia. Untuk itu dalam upaya pencapaiannya tentunya diperlukan berbagai upaya-
Sanaky, H. (2003). Paradigma Pendidikan Islam; Membangun Masyarakat Indonesia, Yogyakarta:
Safiria Insania Press dan MSI. Hal 142
Tan, C. (2011). Islamic Education and Indoctrination The Case in Indonesia. New York: Routledge, hal
4
Hidayat, R. (2016). Ilmu Pendidikan Islam “Menuntun Arah Pendidikan Islam Indonesia. Medan: LPPPI
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
upaya nyata. Upaya yang dapat dilakukan adalah terus berupaya meningkatkan
lembaga-lembaga pendidikan Islam yang berkualitas.
Namun saat ini tercapaianya kualitas lembaga-lembaga pendidikan islam hanya
merupakan sebahagian kecil dari seluruh lembaga pendidikan islam yang ada. Tan
Dari 50.000 sekolah Islam di Indonesia, 16.015 di antaranya pesantren (pesantren),
37.000 di antaranya adalah madrasah (sekolah hari Islam) dan minoritas kecil adalah
Sekolah Islams. Pendaftaran di sekolah-sekolah Islam telah meningkat sejak akhir
1980-an. Saat ini sekitar 5,7 juta atau 13 persen dari 44 juta siswa yang terdaftar dalam
sistem pendidikan formal terdaftar di madrasah
.
Pesatnya perkembangan pendidikan Islam harus diikuti dengan perkembangan
kualitas lembaga pendidikan Islam tersebut. Sekolah-sekolah Islam di Indonesia dapat
dibagi menjadi tiga jenis utama: pesantren, madrasah, dan sekolah Islam.
PEMBAHASAN
I. Jenis Lembaga Pendidikan Islam
A. Pesantren
Pondok pesantren pada dasarnya tidak dapat diberikan batasan yang nyata
karena memliki fleksibilitas defenisi. Hal ini menjadikan pondok pesantren belum
dapat diberikan pengertian yang tegas. Jadi pondok pesantren belum ada pengertian
yang lebih konkrit karena masih meliputi beberapa unsur untuk dapat mengartikan
pondok pesantren secara komprehensif. Dengan demikian, sesuai dengan arus
dinamika zaman, definisi serta persepsi terhadap pesantren menjadi berubah pula. Pada
tahap awal pesantren diberi makna dan pengertian sebagai lembaga pendidikan
tradisional tetapi saat ini jika pesantren dimkanai sebagai lembaga pendidikan
tradisional maka tidak lagi sepenuhnya benar.
Namun para ahi pendidikan Islam telah berupaya memberikan defenisi tentang
pondok pesantren. Menurut Fuad dan Suwito pesantren berasal dari kata santri yang
diberi awalan “pe” dan akhiran “an” yang dikarenakan pengucapan kata itu kemudian
berubah menjadi terbaca “en” (pesantren), yaitu sebutan untuk bangunan fisik atau
asrama di mana para santri bertempat. Tempat itu dalam bahasa Jawa dikatakan
pondok atau pemondokan. Adapun kata santri sendiri berasal dari kata cantrik, yang
Tan, C. (2011). Islamic Education and Indoctrination The Case in Indonesia. New York: Routledge, hal
92
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
berarti murid dari seorang resi yang juga biasanya menetap dalam satu tempat yang
dinamakan dengan padepokan. Pesantren mempunyai persamaan dengan padepokan
dalam beberapa hal, yakni adanya murid (cantrik dan santri), adanya guru (kiai dan
resi), adanya bangunan (pesantren dan padepokan), dan terakhir adanya kegiatan
belajar mengajar
.
Sedang Berg dalam Yusmadi berpendapat bahwa istilah pesantren berasal dari
kata shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama
Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab-kitab suci agama Hindu. Kata shastri berasal
dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku suci agama atau buku-buku
tentang ilmu pengetahuan
.
Pesantren harusnya bersifat mandiri, dan tidak tergantung kepada pemerintah
atau kekuasaan yang ada. Pesantern bisa memegang teguh kemurniannya sebagai
lembaga pendidikan Islam jika kemandiriannya tetap terjaga. Karena itu pesantren
tidak mudah disusupi oleh ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam
sejarahnya, pesantren selalu didirikan oleh ulama yang sudah menyandang predikat
kyai. Bahkan ada pendapat di berbagai daerah, bahwa seorang ulama pantas
menyandang gelar kyai, apabila ia sudah mendirikan atau memiliki pesantren.
B. Madrasah
Jenis sekolah Islam yang kedua adalah madrasah. Meskipun sebuah madrasah
dikenal sebagai sekolah harian Islam di Indonesia. Madrasah diperkenalkan oleh
presiden Indonesia pertama, Soekarno madrasah menggabungkan pendidikan agama
tradisional dengan komponen umum yang luas
. Mayoritas madrasah adalah milik
pribadi/ yayasan, dengan madrasah negeri yang mencakup antara 6,4 persen dan 13
persen dari tingkat MI sampai MA. Selain sekolah non-asrama, madrasah dibedakan
dari pesantren dalam tujuannya. Dengan pendekatan yang lebih modern untuk
manajemen madrasaha, kurikulum, dan pedagogi. Tidak seperti pesantren yang
terutama bertujuan untuk membina para sarjana agama, madrasah dibentuk untuk
menciptakan umat Islam yang siap untuk pekerjaan profesional diluar bidang
Yusuf, C. dan Suwito, NS (2009). Model Pengembangan Ekonomi Pesantren. Purwokerto: STAIN Press.
Hal 28
Yasmadi. (2005). Modernisasi Pesantren. Jakarta: Ciputat Press. Hal 61
Tan, C. (2011). Islamic Education and Indoctrination The Case in Indonesia. New York: Routledge, hal
94
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
keagamaan. Madrasah tu menawarkan kepada siswa-siswa mereka berbagai macam
seperti, ruang kelas modern dengan papan tulis, buku pelajaran, dan penilaian
terstruktur. Semua madrasah saat ini mengadopsi kurikulum madrasah yang disetujui
pemerintah yang terdiri penggabungan ilmu-ilmu agama dengann ilmu umum.
Madrasah disetarakan dengan sekolah umum dalam Undang-Undang Pendidikan
Nomor 2 tahun 1989 dan juga Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Madrasah mengikuti kurikulum nasional sepenuhnya dan lulusan
mereka dapat melanjutkan studi mereka di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI)
dan Perguruan Tinggi Umum (PTU). Sementara sekolah umum hanya menawarkan
dua jam pelajaran agama Islam per minggu, madrasah menawarkan lima mata
pelajaran keagamaan yaitu: Bahasa Arab, Aqidah Akhlak, Fikih, Quran Hadis, Sejrah
Islam.
C. Sekolah Islam Terpadu
Munculnya Sekolah-sekolah Islam Terpadu merupakan respon atas
ketidakpuasan terhadap Sistem Pendidikan Nasional yang dianggap tidak mampu
menjawab kebutuhan dan tantangan zaman, khususnya yang berhubungan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional dianggap gagal
membentuk moral para siswa dan melindungi mereka dari penggunaan obat-obat
terlarang, pergaulan bebas, dan kenakalan. Kekhawatiran seperti ini terutama
menyebabkan orang-orang kota yang secara langsung menyaksikan pengaruh negatif
dari modernisasi dan globalisasi. Hal itu juga dipengaruhi oleh adanya kesadaran
sebagian kalangan Muslim mengenai perlunya menggabungkan antara ilmu
pengetahuan umum dengan pendekatan Islam
. Sekolah Islam Terpadu pada
hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam
berlandaskan AlQur’an dan As Sunnah. Konsep operasional SIT merupakan akumulasi
dari proses pembudayaan, pewarisan dan pengembangan ajaran agama Islam, budaya
dan peradaban Islam dari generasi ke generasi. Istilah “Terpadu” dalam SIT
dimaksudkan sebagai penguat (taukid) dari Islam itu sendiri.
Pendidikan Islam terpadu, sesungguhnya merupakan salah satu bentuk respon
umat Islam terhadap kehidupan moderen. Hal tersebut diwujudkan dengan upaya
Kurnaengsih. (2015). Konsep Sekolah Islam Terpadu (Kajian Pengembangan Lembaga Pendidikan
Islam di Indonesia). Jurnal Risaalah. 1 (1). 78-84
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
memadukan antara konsep pendidikan Islam yang integral dengan metode dan sistem
pendidikan modern.
Sekolah agama terpadu adalah sekolah yang memadukan antara pelajaran
umum berdasarkan kurikulum nasional dengan pelajaran agama. Kebanyakan yang
dimaksud dengan sekolah agama terpadu adalah sekolah Islam terpadu. Untuk di
Surabaya, yang saya tahu pionirnya adalah sekolah Al Hikmah. Tapi sekarang sudah
cukup banyak sekolah seperti ini di seluruh penjuru Surabaya dan Sidoarjo. Begitu
banyak muatannya sekolah ini, maka jam pelajarannya menjadi lebih panjang. Bisa
hampir seharian. Sehingga sekolah ini sering dinamakan sebagai ‘full day school’.
Karena melewati jam makan siang, maka siswa sekolah ini perlu makan siang.
Biasanya sekolah menyediakan makan siangnya. Meski ada yang meminta siswanya
membawa bekal dari rumah.
Jadi di sekolah Islam terpadu ini, para siswa selain belajar pelajaran umum
seperti matematika, bahasa Indonesia, IPA, IPS dan lainnya juga belajar agama.
Pelajaran yang terkait dengan agama ini di antaranya mengaji, hafalan doa, hafalan
hadits, shalat jamaah wajib dan sunnah (seperti Dhuha), sejarah Islam, fiqih dan
lainnya. Termasuk juga pembentukan akhlak, tingkah laku dan kebiasaan Islami.
II. Konsep Penataan Ulang Lembaga Pendidikan Islam
Setiap sekolah pasti dan harus memiliki manajemen sekolah yang diatur oleh
sumberdaya sekolah. Namun yang menjadi tanda tanya apakah manajemen yang di
implementasikan tersebut memilki efektivitas untuk mencapai tujuan pendidikan yang
universal. Menurut Hillman and Stoll dalam Myers menjelaskan the ultimate aim of
school improvement is to achieve a range of goals that will enhance learning,
achievement and development amongst pupil. Pendapat ini menjelaskan bahwa tujuan
utama dari peningkatan/ perbaikan sekolah adalah untuk mencapai berbagai sasaran
yang bermuara pada meningkatnya proses dan hasil pembelajaran, pencapaian dan
pengembangan prestasi siswa
.
Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Hopkins dkk menjelaskan
school improvement as an approach to educational change that has the twin purposes
of enhancing pupil achievement and strengthening the school’s capacity for managing
Myers, K. (2005). School Improvement in Practice: Schools Make A Difference. London: Falmer Press,
hal 12
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
change
. Pendapat ini mendefinisikan peningkatan sekolah sebagai pendekatan untuk
perubahan pendidikan yang memiliki dua tujuan yaitu: 1) untuk meningkatkan prestasi
siswa dan, 2) memperkuat kapasitas sekolah untuk mengelola perubahan. Pendekatan
peningkatan sekolah semuanya harus memilki tujuan akhir kepasa upaya untuk
meningkatkan prestasi siswa.
Poster menjelaskan kerangka kerja penataan ulang lembaga sekolah menuju
penignkatan sekolah dalam tabel berikut
:
Tabel 1 Kerangka Kerja Untuk Analisis Penataan Ulang Lembaga Pendidikan
Kepemimpinan - pemerintah, Struktur manajemen,
spesifikasi pekerjaan, batasan manajemen
Hubungan staf, Pengembangan staf, Keterlibatan orang
tua, Persepsi masyarakat, tanggung jawab pemerintah
Kebijakan sekolah, kontrol keuangan, sistem
administrasi
Ulasan rencana pengembangan sekolah, Pemantauan dan
evaluasi, prestasi siswa, kontrol kualitas
Kontribusi dari kepala sekolah, staf dan siswa serta dari semua pihak yang
terlibat di sekolah adalah unsur yang sangat penting untuk upaya pencapaian
keberhasilan peningkatan sekolah.
Upaya peningkatan sekolah tidak harus berdasarkan pada keadaan sekolah yang
memilki kekurangan/ mutu yang rendah. Karena perubahan zaman yang semakin
dinamis maka sekolah harus terus berupaya meningkatkan mutunya. Karena sekolah-
sekolah yang sudah memilki mutu yang baik dapat terus menjadi lebih baik lagi.
Reynolds dkk dalam Myers memberikan rangkuman bermanfaat tentang bagaimana
memprakarsai perubahan dan perbaikan sekolah selama tiga puluh tahun terakhir
dalam Tabel 3 beikut
:
Tabel 3 Karakteristik Dua Paradigma Peningkatan Sekolah
Hopkins, D., Stoll, L., Myers, K., Learmonth, J. And Durman, H. (1995). Schools Make A Difference:
Practical Strategies For School Improvement, (Study Guide To Accompany The Channel 4 Series),
Southampton, Resource Base Television Centre
Myers, K. (2005). School Improvement in Practice: Schools Make A Difference. London: Falmer Press,
hal 132-133
Ibid, Myers, hal 14
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
Dasar Pengetahuan
(Knowledge Base)
Berdasarkan organisasi atau
kurikulum
Berorientasi pada prestasi siswa
Berorientasi pada proses
pendidikan
Hasil seperti pemberian (Bakat)
Kemampuan pemecahan
masalah
Metode Evaluasi
(Methodology Of
Evaluation)
Karakteristik yang tercantum dalam Tabel diatas gambaran dari pernyataan
definitif. Namun table di atas mencoba menyampaikan pendekatan yang berbeda untuk
perbaikan sekolah. Tahap awal di bidang ini dilakukan untuk perbaikan sekolah dan
mengasumsikan bahwa basis pengetahuan yang akurat dan tidak terpecah serta
terkonsentrasi pada hasil siswa yang terukur (biasanya nilai ujian). Pada tahun 1980-an
banyak pekerjaan perbaikan sekolah bersifat kuantitatif, berkonsentrasi pada organisasi
dan pencapaian kurikulum, sering berfokus pada sekolah dan individu daripada seluruh
sekolah. Pada 1990-an tampaknya ada langkah yang realistis dan logis untuk
berkonsentrasi pada karakteristik yang tercantum di atas yang sesuai dengan upaya
daripada yang sesuai dengan paradigma tertentu.
Hargreaves dan rekan-rekannya dalam Myers mengusulkan agar sekolah-
sekolah harus memperhatikan empat jenis pencapaian/ prestasi siswa yang dituangkan
dalam laporan Sekolah (buku rapor sekolah) yang diuraikan dalam tabel 1 berikut
:
Tabel 1 Aspek Prestasi Siswa
Dealing with the capacity to remember and use facts
Practical and spoken skills
Personal and social skills
Motivation and self-confidence
Tabel diatas menunjukkan bahwa prestasi ataun pencapaian yang menjadi
proiritas dalam proses pembelajaran di sekolah tidak hanya pada aspek kemampuan
Myers, K. (2005). School Improvement in Practice: Schools Make A Difference. London: Falmer Press,
hal 13
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
kognitif atau nilai-nilai akhir saja namun ada 4 aspek utama yang harus di capai yaiut:
1) memilki kapasitas untuk mengingat dan menggunakan fakta-fakta;, 2) memilki
keterampilan baik secara praktis maupun lisan; memiliki keterampilan kepribadian dan
sosial; serta 4) memilki motivasi dan kepercayaan diri yang tinggi.
Rutter et al. menjelaskannya dalam seluruh temuan penelitian terperinci yang
mereka mereka lakukan tentang apa yang sebenarnya terjadi di kelas dan sekolah,
bahwa faktor-faktor kualitatif tertentu menghasilkan peningkatan prestasi siswa.
Kepala sekolah merupakan salah satu faktor internal yang penting yang harus
melakukan hal berikut:
1) Menekankan pada proses belajar mengajar dan membentuk komunitas belajar
di seluruh staf sekolah;
2) Adanya kesepakatan antara manajemen dan pimpinan yang berorientasi pada
pencapaian tujuan;
3) Memiliki iklim belajar yang mendukung, yang mencakup hubungan yang kuat
dengan orang tua; dan
4) Memilki harapan yang tinggi akan prestasi akademik dan pertumbuhan
kompetensi sosial.
Kepala sekolah harus memilki kompetensi dan kecakapan yang cukup untuk
dapat mewujudkan ke empat poin penting diatas. Kepala sekolah tentunya harus
memilki visi yang jelas untuk dapat menjadikan sekolah menjadi lebih baik.
III. Upaya Menata Ulang Lembaga Pendidikan Islam
Dewasa ini terjadi ketimpangan yang sangat nyata antara sekolah satu dengan
sekolah lainnya. Tidak perlu meninjau sampai kepelosok daerah, di kota-kota besarpun
akan dengan mudah kita menemukan ketimpangan tersebut. Sekolah yang sudah baik
mutunya akan terus mengalami peningkatan karena akan menemukan di dalamnya
penguatan untuk praktik-praktik baik yang mereka terapkan, dan sekolah yang belum
mencapai mutu yang baik tidak akan tahu bagaimana memperkenalkan dan
menerapkan perubahan-perubahan secara kualitatif yang diperlukan.
Penataan ulang atau perbaikan sekolah merupakan upaya sistematis,
berkelanjutan yang ditujukan untuk perubahan proses belajar mengajar dan kondisi
internal terkait lainnya di sekolah, dengan tujuan mencapai tujuan pendidikan yang
lebih efektif'.
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
Pendapat ini memberikan penekanan bahwa untuk dapat mencapai perubahan-
perubahan sekolah yang bertujuan pada peningkatan mutu sekolah harus menjadikan
sekolah sebgaia pusat dari perubahan perubahan tersebut. Kemudian menempat
kondisi internal yang kurang sehat sebagai fokus utama dalam perubahan sekolah.
Perumusan ulang tujuan pendidikan sebagai upaya pencapaian tujuan yang lebih
efektif juga harus menjadi perhatian.
Meningkatkan Mutu Sekolah
Banyak pandangan ahli yang memberikan gambaran tentang upaya-upaya
dalam menata ulang sekolah menjadi lebih berkualitas. Namun pendapat yang
dikemukakan Stoll lebih dapat diterima. Stoll memberikan enam (enam) aspek penting
yang harus menjadi perhatian untuk dapat meningkatkan mutu sekolah yaitu: 1) A
focus on process, 2) An orientation towards action and on-going development, 3) An
emphasis on school-selected priorities for development, 4) An understanding of the
importance of school culture, 5) The importance of a focus on teaching and learning,
6) A view of the school as the centre of change. Penulis mencoba menguraikan ke
enam aspek tersebut dalam tulisan ini
.
1) Fokus Pada proses
Perubahan di sekolah bukanlah suatu peristiwa atau usaha yang dapat
diselesaikan dengan satu tindakan tertentu. Sebaliknya, ini merupakan proses yang
membutuhkan waktu dan usaha yang nyata dan konsisten. Oleh karena itu seluruh
komponen sekolah harus memilki fokus yang jelas dan fokus tersebut tentunya
bermuara pada upaya penigkatan sekolah.
2) Orientasi terhadap tindakan dan pengembangan yang terus-menerus
Usaha perbaikan sekolah tidak cenderung menjadi solusi yang terkesan
dipaksakan.Sebaliknya, perbaikan sekolah adalah upaya mewujudkan tujuan jangka
panjang untuk mencapai visi sekolah. Selain itu dalam proses berjalannya, sekolah
harus mampu memecahkan masalah-masalah yang terjadi. Sekolah tidak berdiri diam
dan menunggu untuk diukur oleh orang lain. Sekolah merupakan lembaga yang
dinamis, sering berubah. Hanya dengan mempelajari proses perubahan ini dan
dampaknya harus benar-benar memahami kondisi sekolah.
Stoll, L. (1994). School Effectiveness and School Improvement: A Meeting of Two Minds. Dalam
David H. Hargreaves dan David Hopkins (Ed.). Development Planning For School improvement. Londaon
& Newyork :cassel (hal. 132-133)
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
3) Meprioritaskan Untuk Pembangunan
Bebrbagai kajian tentang perbaikan sekolah selalu menekankan pada
pentingnya melibatkan guru dalam upaya perubahan dan pada prioritas pengembangan
sekolah. Hal ini sangat penting bahwa seluruh staff dapat dilibatkan dalam pemilihan
prioritas sekolah untuk pengembangan di masa depan. Sekolah sengat penting untuk
dapat menetapkan prioritas atau tujuan sekolah, karena hal ini nantinya menjadi
pijakan yang melandasi setiap keputusan-keputusan sekolah selanjutnya.
4) Pemahaman Tentang Pentingnya Budaya Sekolah
Dalam beberapa tahun terakhir, kajian manajemen pendidikan tentang dampak
kuat budaya organisasi dalam upaya perbaikan sekolah dan guru sangat banyak. Dan
hal ini menjadikan pegangan bahwa budaya organisasi memilki andil besar dalam
upaya perubahan sekolah. Sekolah yang sukses menyadari bahwa perencanaan
pembangunan adalah tentang menciptakan budaya sekolah yang akan mendukung
perencanaan dan manajemen perubahan berbagai aspek. Budaya sekolah sulit untuk
didefinisikan, tetapi paling baik dipikirkan sebagai prosedur, nilai dan harapan yang
memandu perilaku orang dalam suatu organisasi. Singkatnya, budaya yang
mempromosikan kolaborasi, kepercayaan, pengambilan risiko, dan fokus pada
pembelajaran berkelanjutan untuk siswa dan guru, adalah fitur utama untuk upaya
perbaikan sekolah.
5) Fokus Pada Prose Belajar Mengajar
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa untuk dapat memperbaiki kualitas
sekolah diperlukan fokus. Dalam hal ini perlu fokus terhadap pada guru dan proses
pembelajaran di kelas. Guru memiliki tanggung jawab utama untuk menerapkan
perubahan di sekolah yang dimulai pada pembelajaran di kelas. Guru memiliki peran
yang paling atif dalam pelaksanaan pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan yang
hendak dicapai. Guru melaksanakan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran dengan
mengajar peserta didik atau siswa.
6) Melihat Sekolah Sebagai Pusat Perubahan
Peningkatan sekolah tidak hanya memandang sekolah sebagai fokus perubahan
tetapi sebagai pusatnya. Kunci untuk peningkatan sekolah adalah memberikan
dukungan yang tepat untuk sekolah dan juga terlibat dalam proses pembelajaran yang
sedang berjalan. Sekolah harus menjadi bagian dari sistem yang lebih luas, jaringan
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
dengan sekolah lain, komunitas, lembaga pendidikan tinggi dan dunia usaha dunia
industri (DUDI).
Dengan demikian, proyek peningkatan sekolah yang komprehensif akan
berfokus pada keenam aspek terssebut dengan menggabungkan berbagai kajian
peningkatan sekolah; proses pengembangan sekolah dan strategi pengembangan;
menekankan pentingnya budaya sekolah; kualitas dan kesetaraan kemajuan siswa,
pengembangan dan pencapaian guru.
KESIMPULAN
Semua hal sangat dibutuhkan untuk dapat menigkatkan mutu sekolah bukan
hanya kepemimpinan yang baik tetapi pendekatan holistik yang mempertahankan
hubungan penting antara pengajaran dan pembelajaran yang sehat serta proses
manajemen yang berkualitas.
Diharapkan pendidikan yang dikelola lembaga-lembaga Islam sudah harus
diupayakan untuk mengalihkan paradigma yang berorientasikan ke masa lalu (abad
pertengahan) ke paradigma yang berorientasi ke masa depan, yaitu mengalihkan dari
paradigma pendidikan yang hanya mengawetkan kemajuan, ke paradigma pendidikan
yang merintis kemajuan. Demi tegaknya peradaban Islam yang lebih kokoh. Jangan
hanya mengingat kejayaan Islam masa lalu, karena mengingat kejayaan Islam masa
lalu, sama saja seperti obat bius dalam dunia medis yang menghilangkan rasa sakit
untuk sesaat, akan tetapi tidak menyembuhkan sakit itu sendiri.
Cara yang dapat ditempuh lembaga pendidikan islam dalam menata ulang
lembaganya adalah dengan 1) fokus pada proses, 2) orientasi terhadap tindakan dan
pengembangan yang terus-menerus, 3) meprioritaskan untuk pembangunan, 4)
pemahaman tentang pentingnya budaya sekolah, 5) fokus pada prose belajar mengajar,
6) melihat sekolah sebagai pusat perubahan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, R. (2016). Ilmu Pendidikan Islam “Menuntun Arah Pendidikan Islam
Indonesia. Medan: LPPPI
Hopkins, D., Stoll, L., Myers, K., Learmonth, J. And Durman, H. (1995). Schools
Make A Difference: Practical Strategies For School Improvement, (Study
J u r n a l ANSIRU PAI V o l. 3 N o. 1. J a n u a r i – J u n i 2 0 1 8
Guide To Accompany The Channel 4 Series), Southampton, Resource Base
Television Centre
Kurnaengsih. (2015). Konsep Sekolah Islam Terpadu (Kajian Pengembangan Lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia). Jurnal Risaalah. 1 (1). 78-84
Myers, K. (2005). School Improvement in Practice: Schools Make A Difference.
London: Falmer Press
Sanaky, H. (2003). Paradigma Pendidikan Islam; Membangun Masyarakat Indonesia,
Yogyakarta: Safiria Insania Press dan MSI.
Stoll, L. (1994). School Effectiveness and School Improvement: A Meeting of Two
Minds. Dalam David H. Hargreaves dan David Hopkins (Ed.). Development
Planning For School improvement. Londaon & Newyork :cassel (hal. 129-
140)
Tan, C. (2011). Islamic Education and Indoctrination The Case in Indonesia. New
York: Routledge
Yasmadi. (2005). Modernisasi Pesantren. Jakarta: Ciputat Press.
Yusuf, C. dan Suwito, NS (2009). Model Pengembangan Ekonomi Pesantren.
Purwokerto: STAIN Press.