Mengapa investasi saham merupakan investasi jangka panjang jelaskan

Salah satu jenis investasi yang dipilih oleh investor bertarget pendapatan besar adalah investasi jangka panjang. Meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama, tetapi potensi return yang diperoleh sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan dana besar di masa depan.

Apa itu Investasi Jangka Panjang?

Investasi jangka panjang adalah jenis investasi yang dilakukan dalam masa waktu 3 tahun atau lebih lama. Pengertian investasi jangka panjang bukanlah investasi yang berperiode singkat lalu diulangi hingga berkali-kali, melainkan investasi yang satu periodenya memang memakan waktu lama. 

Perbedaan Investasi Jangka Panjang dan Investasi Jangka Pendek

Berbeda dengan jenis investasi jangka pendek yang bisa dicairkan lebih cepat atau bahkan tanpa momentum tertentu, investasi berjangka panjang umumnya memiliki tempo waktu. Selain itu, beberapa perbedaan antara Investasi berjangka panjang dan jangka pendek adalah sebagai berikut:

  • Perbedaan Periode
  • Perbedaan Risiko
  • Perbedaan Likuiditas
  • Perbedaan Kemungkinan Koreksi 
  • Perbedaan Potensi Return 
  • Perbedaan Tingkat Keaktifan Investor 
  • Perbedaan Modal 

1. Perbedaan Periode

Investasi jangka pendek memiliki periode yang singkat, kurang dari 3 tahun. Sementara itu, Investasi berjangka panjang memiliki periode yang yang cukup lama, tiga tahun atau lebih. 

2. Perbedaan Risiko

Investasi jangka pendek memiliki risiko yang lebih rendah, dengan profil risiko konservatif hingga moderat. Sementara itu, investasi dengan jangka panjang memiliki risiko yang lebih tinggi.

3. Perbedaan Likuiditas

Instrumen investasi jangka pendek lebih besar peluang perihal likuiditas. Sementara itu, investasi berjangka panjang secara umum akan lebih sulit untuk melakukan likuiditas.

4. Perbedaan Kemungkinan Koreksi

Investasi pada instrumen jangka pendek menjadikan Anda tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan koreksi. Sebaliknya, dalam investasi jangka panjang Anda dapat melakukan koreksi kesalahan dan mengembalikan keuntungan yang berpotensi kerugian.

5. Perbedaan Potensi Return

Dengan profil risiko konservatif hingga moderat, keuntungan yang bisa dicapai oleh instrumen investasi jangka pendek tentu tidak lebih tinggi dibanding instrumen Investasi berjangka panjang. 

6. Perbedaan Tingkat Keaktifan Investor

Investasi jangka pendek mengalami fluktuasi dalam waktu yang relatif cepat sehingga mengharuskan investor harus lebih aktif. Sementara itu, investor dalam instrumen investasi berjangka panjang dapat lebih pasif karena cenderung dapat mengabaikan fenomena dalam kurun waktu harian atau bulanan.

7. Perbedaan Modal

Investasi berjangka panjang idealnya dilakukan dengan modal awal yang besar. Dengan masa tunggu minimal 3 tahun, tentu tidak efektif jika Anda menggunakan dana Rp100.000, bukan? Berbeda dengan itu, pengelolaan uang dengan cara pendanaan jangka pendek dapat dilakukan dengan modal awal yang sangat murah.

Salah satu bentuk pengelolaan uang yang memiliki jangka waktu pendek adalah pendanaan di Modal Rakyat. Anda dapat menjadi pendana hanya dengan modal pertama sebesar Rp25.000 saja. Selanjutnya, Anda dapat menambahnya sedikit demi sedikit dalam waktu berkala.

Modal Rakyat adalah platform fintech yang menjadi mediator kerjasama pendana dengan pelaku bisnis UMKM. Setelah membantu pengembangan bisnis UMKM melalui dana yang yang didonasikan, pendana di Modal Rakyat akan mendapatkan timbal balik hingga 18% dari jumlah modal yang dikeluarkan per tahunnya.

Untuk mengetahui asuransi modal dan hal lain mengenai pendanaan Modal Rakyat, silakan klik link berikut ini: menjadi perdana di Modal Rakyat platform fintech terawasi OJK.

Baca Juga: 3 Prinsip Investasi Jangka Panjang yang Harus Anda Pahami

Tujuan Berinvestasi Jangka Panjang

Investasi dengan jangka panjang kerap digunakan untuk melakukan diversifikasi setelah melakukan investasi jangka pendek. Instrumen jangka pendek digunakan untuk memperoleh dana kecil tetapi cepat, sementara yang instrumen jangka panjang digunakan untuk mempersiapkan cita-cita besar di masa depan.

Selain itu, beberapa tujuan seorang investor melakukan Investasi berjangka panjang adalah sebagai berikut:

  1. Mendapatkan pasif income terus menerus melalui bunga, biaya sewa, dividen, atau jenis keuntungan lain.
  2. Mempersiapkan uang pensiun dan warisan melalui pasif income yang dapat diperoleh secara rutin.
  3. Sebagai upaya untuk menyiapkan modal dalam membangun bisnis.
  4. Ikut serta menghadirkan sebuah produk yang diperlukan oleh masyarakat dengan berinvestasi ke perusahaan produsen produk tertentu.
  5. Mempengaruhi kebijakan perusahaan karena menjadi salah satu pemegang saham.

Keuntungan Investasi Jangka Panjang

Seperti keuntungan investasi secara umum, investasi dengan jangka panjang akan mendatangkan pasif income yang besar. Namun, secara khusus, investasi berjangka panjang memiliki berbagai kelebihan sebagai berikut:

  1. Memiliki potensi untuk menghasilkan uang yang sangat besar di masa depan.
  2. Tidak memakan banyak waktu untuk pengolahan karena skala periodenya yang cukup lebar, hanya cukup cek sesekali saja.
  3. Investor jangka panjang tidak perlu khawatir pada fluktuasi harga dalam hitungan hari.
  4. Biaya transaksi dan pajak lebih murah ketimbang investasi jangka pendek.
  5. Memberi waktu yang cukup banyak untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan oleh investor.
  6. Meminimalisir kerugian karena dalam jangka panjang kebanyakan harga aset meningkat, tidak naik turun seperti jangka pendek.

Apa Saja Risiko Investasi Jangka Panjang?

Instrumen-instrumen dalam investasi jangka panjang juga memiliki risiko tinggi sesuai dengan potensi keuntungan yang bisa didapatkan. Berikut ini adalah beberapa risiko investasi berjangka panjang:

  • Risiko Pasar
  • Risiko Inflasi 
  • Risiko Bunga
  • Risiko Mata Uang
  • Risiko Likuiditas 
  • Risiko Negara 

1. Risiko Pasar

Salah satu risiko investasi jangka panjang yang sulit untuk dihindari adalah risiko pasar. Risiko pasar utamanya dipengaruhi oleh sentimen keuangan atau disebut juga sebagai risiko sistemik. Tidak main-main, risiko ini bisa saja membuat investor kehilangan modal.

Risiko ini dipengaruhi oleh situasi dalam negara atau wilayah tertentu yang menjadi tempat instrumen investasi digulirkan. Kasus kerusuhan sipil, kondisi politik tidak stabil, resesi ekonomi, hingga berbagai isu negatif adalah faktor yang menyebabkan munculnya risiko pasar.

2. Risiko Inflasi

Risiko inflasi atau dikenal juga dengan nama risiko daya beli adalah risiko yang harus ditanggung apabila terlalu banyak uang yang beredar di masyarakat. Banyaknya uang yang beredar akan membuat harga barang menjadi lebih mahal sehingga daya beli masyarakat akan turun.

Sederhananya, inflasi akan membuat nilai mata uang menjadi lebih rendah. Karena nilai uang menjadi lebih rendah di masyarakat, maka modal yang diinvestasikan juga akan menurun nilainya.

3. Risiko Kenaikan Suku Bunga

Risiko bunga akan dihadapi terutama jika melakukan investasi obligasi. Jika Anda membeli obligasi, maka Anda tentu berharap bahwa suku bunga akan turun. Namun, jika suku bunga mengalami kenaikan maka obligasi akan menurun.

4. Risiko Mata Uang

Nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing akan membuat Anda menghadapi risiko investasi jangka panjang. Misalnya, ketika nilai rupiah terhadap dolar melemah maka dapat dibayangkan investor yang menggunakan mata uang dolar akan membeli banyak rupiah. Hal ini tentu merugikan bagi Anda yang memegang dana modal dalam mata uang rupiah.

5. Risiko Likuiditas

Keuntungan bermain investasi di pasar yang baru adalah harga yang masih murah. Akan tetapi, risiko yang harus ditanggung adalah intensitas perdagangan yang cukup kecil. Jika produk investasi tersebut sepi pembeli atau bahkan tidak laku untuk dijual, maka sudah pasti menjadi kerugian bagi investor karena kesulitan mencairkan aset.

6. Risiko Negara

Country risk atau disebut juga risiko negara adalah risiko yang faktornya berasal dari kegiatan politik di dalam sebuah negara. Terjadinya kudeta, kerusuhan dalam lingkar pemerintahan, dan kondisi tidak stabil lainnya akan membuat keuangan juga ikut goyah. Tidak stabilnya ekonomi negara akan membuat investor mengalami potensi kerugian.

Baca Juga: Contoh Investasi Jangka Panjang untuk Raih Financial Goals

Contoh Investasi Jangka Panjang Apa Saja?

Ada berbagai macam investasi jangka panjang yang dikenal secara umum oleh masyarakat. Beberapa di antaranya adalah seperti investasi emas, reksadana saham, properti, obligasi, saham, dan lainnya. Obligasi, saham, dan properti adalah yang paling populer dilakukan karena potensi keuntungan yang tinggi.

1. Investasi Obligasi

Obligasi adalah bentuk investasi berupa surat keterangan tanda hutang yang dikeluarkan oleh lembaga tertentu kepada investor yang membeli. Obligasi bisa dikeluarkan oleh pemerintah dalam bentuk Surat Berharga Negara SBN atau dikeluarkan oleh perusahaan kepada investornya.

Surat obligasi memuat ketentuan-ketentuan berupa tanggal jatuh tempo hingga besaran bunga yang harus dibayarkan oleh negara atau perusahaan penyelenggara. Umumnya, jangka waktu obligasi berkisar antara 1 tahun hingga 10 tahun.

Inflasi menjadi faktor penting yang harus diperhatikan ketika Anda melakukan investasi obligasi. Harga obligasi akan turun ketika inflasi mengalami kenaikan, sebaliknya harga obligasi akan naik ketika inflasi menurun. 

2. Investasi Saham

Saham adalah instrumen investasi dengan profil risiko moderat hingga agresif. Artinya, instrumen ini memiliki potensi keuntungan yang cukup tinggi, meskipun juga memiliki risiko yang setimpal. 

Ada beberapa bentuk keuntungan yang dapat diperoleh dari investasi saham. Dua keuntungan paling utama yang dapat diperoleh adalah capital gain dan dividen.

Capital gain adalah keuntungan yang akan Anda peroleh ketika menjual aset kepada investor lain. Artinya, keuntungan ini persis seperti jual beli biasa. Jika Anda membeli saham dengan harga 10 dan menjualnya 20, maka keuntungan yang Anda peroleh adalah 10.

Keuntungan investasi saham yang bisa dinikmati dalam waktu lama adalah dividen. Dividen merupakan keuntungan perusahaan dari hasil produksi, yang dibagikan kepada seluruh pemegang saham. 

3. Investasi Properti

Salah satu instrumen investasi yang dipilih oleh para investor besar adalah investasi properti. Sebagai aset fisik, properti telah terbukti meningkat harganya dari tahun ke tahun. Bahkan, rata-rata peningkatan harga properti di Indonesia telah mencapai 20% per tahun.

Selain peningkatan harga yang cukup tinggi, keuntungan investasi properti adalah minimnya risiko terdampak inflasi. Hal ini tentu berbeda dengan beberapa instrumen investasi lain yang akan terpengaruh jika nilai mata uang turun.

Alur investasi yang umum dilakukan dalam berinvestasi properti adalah membeli rumah, apartemen, dan sejenisnya untuk dijual kembali di masa yang akan datang. Pembelian bahkan bisa dilakukan sebelum properti tersebut dibangun, untuk selanjutnya langsung dijual apabila properti telah selesai dikerjakan.