Mengapa kota Mekah disebut sebagai kota yang aman dalam surat at tin

www.griyaalquran.id – Seluruh umat Islam di seluruh dunia tentu mengenal nama Kota Makkah. Di mana dari kota ini, Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia. Makkah sendiri mendapat berbagai julukan, salah satunya ialah Ummul Qura. Bahkan julukan ini pun disebutkan dalam Al Qur’an.

Berbagai julukan diberikan untuk Kota Makkah karena kemuliaan yang diberikan Allah atas kota tersebut. Berbagai kemuliaan itu muncul salah satunya karena adanya Ka’bah atau Baitullah yang menjadi kiblatnya umat Islam di seluruh dunia dan tempat lahirnya seorang rasul pilihan, yakni Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Julukan-julukan itu di antaranya adalah Tanah Haram, Bakkah, al-Balad, al-Balad al-Amin, al-Qaryah, al-Baldah, Ummul Qura, dan lain sebagainya. Salah satu yang menarik untuk dibahas mengenai julukan ini ialah julukan Kota Makkah sebagai Ummul Qura, yang berarti ibunya para negeri atau yang paling mulia dari negeri-negeri lainnya yang muncul kemudian.

Baca juga: Inilah Nasihat Al Qur’an tentang Umur

Ummul Qura berasal dari bahasa Arab, yakni Umm yang berarti ibu atau induk, sedangkan Qura adalah jamak dari Qaryah yang berarti kampung, desa, kota, atau negeri. Kata Ummul Qura sendiri disebutkan Al Qur‘an sebanyak dua kali, yakni pada Al Qur‘an Surat Al-An‘am ayat 92 dan Al Qur‘an Surat Asy-Syuura ayat 7.

وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا ۚ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۖ وَهُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ

“Dan, ini (Al Qur‘an) adalah kitab yang telah Kami turunkan dengan penuh berkah dan membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Makkah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang yang beriman kepada (kehidupan) akhirat tentu beriman kepadanya (Al Qur‘an) dan mereka selalu memelihara shalatnya.” (QS. Al-An‘am (6): 92)

وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۚ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ

“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur‘an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk Jahannam.” (QS. Asy-Syuura (42): 7)

Baca juga: Cabang Baru Griya Al Qur’an Blitar Diresmikan

Ummul Qura adalah sebutan khas untuk Kota Makkah. Penyebutan kata (Ummul Qura) ini karena Kota Makkah adalah kota atau negeri yang tertua di seluruh dunia. Tak ada negeri lain sebelum kota ini. Bahkan, penyebutan sebagai kota tertua ini merujuk pada keterangan ayat 96 Al-Qur‘an Surat Ali Imran.

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya, rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Berdasarkan keterangan tersebut, Baitullah adalah tempat ibadah pertama yang dibangun di dunia. Dalam beberapa riwayat, Ka’bah dulunya dibangun oleh Nabi Adam ‘Alaihissalaam yang hidup sekitar tahun 5872-4942 SM. (Lihat penjelasan Sami bin Abdullah Al-Maghluts dalam Atlas Sejarah Nabi dan Rasul)

Namun, ketika banjir besar terjadi, Kota Makkah dan Ka’bah terendam sehingga mengalami kerusakan dan tertutup tanah. Hal ini disebabkan kota tersebut, terutama Ka’bah, yang berada di dataran rendah.

Baca juga: Tergesa-gesa yang Diharuskan dalam Al Qur’an

Lalu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam dan dibantu oleh Nabi Ismail ‘Alaihissalaam untuk menyempurnakan pembangunan fondasi Ka’bah (Baitullah) pada posisi yang sebelumnya. Dengan penjelasan Al-Qur‘an Surat Ali Imran ayat 96 tersebut, dapatlah dipahami bahwa kota atau negeri yang paling tua adalah Makkah.

Bahkan, sejumlah ahli tafsir juga berpendapat, Ummul Qura adalah Kota Makkah. Kota Makkah terletak di perut lembah yang dikelilingi oleh bukit-bukit dari segala arah: dari sebelah timur membentang bukit (Jabal) Abu Qubais serta dari barat dibatasi oleh dua bukit (gunung) Qa’aiqa’ yang keduanya berbentuk bulan sabit mengelilingi perkampungan Makkah.

Baca juga: Ini Metode yang Banyak Dipakai Anak-anak Gaza untuk Menghafal Al Qur’an

Daerah ini dikenal sebagai bagian yang rendah dari lembah tersebut. Bagian yang tinggi dikenal dengan nama Al-Mu’alaah dan pada bagian ujung-ujung kedua bukit yang berbentuk bulan sabit tersebut dibangun rumah-rumah sederhana milik orang-orang pedalaman (A’rab). (Lihat As-Sirah an-Nabawiyah Ash-Shahihah oleh Akram Dhiya Al-Umary, 1: 77)

Sedangkan secara geografis, kota ini terletak pada posisi 39-49 derajat bujur timur (BT) dan 21-26 lintang utara (LU). (nin)

Digital. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ada sesuatu hal yang sampai detik ini saya masih terus meneliti dan mencari titik temu dari interpretasi surat Yusuf ayat 99, apakah jaminan keamanan dalam petikan ayat tersebut berlaku umum hingga sekarang, atau maksud ayat ini khusus diperuntukkan ketika nabi Yusuf as. menyambut sang ayah –nabi Ya’qub as- dan seluruh anggota keluarganya saat tiba di Mesir (?).

“Udkhuluu mishra insya Allahu aaminiin..” [Masuklah kamu ke negeri Mesir niscaya Allah akan memberikan keamanan kepada kamu] (QS. Yusuf: 99).

Ada satu lagi dalam surat At-Tiin yang telah menyifati Makkah sebagai negeri/kota yang aman.

“Wattiini waz-Zaytun, wathuuri siiniina, wa haadzal baladil amiin..” [Demi bumi tin di Damaskus (Syria), dan demi bumi zaitun di Palestina, dan demi bukit Thur yang ada di Sinai (Mesir). Dan demi kota Makkah yang aman.] (QS. At-Tiin: 1-3).

Jika diperhatikan dari dua petikan ayat dari surah yang berbeda di atas, seakan ada dua negeri atau kota di dalam Al-Qur'an yang telah mendapatkan jaminan keamanan, yaitu Mesir dan Makkah. Yang masih belum dipahami adalah shalahiyah [masa berlaku] jaminan keamanan ini, madal haya kah -sepanjang hidup- atau mahdudah- terbatas-, mengaca kepada fenomena yang ada.

Akhirnya setelah terus mencari tahu, muthala’ah, bertanya -sulit sekali-, dan berusaha mentadabburi. Kesimpulan sementara kurang lebih sebagai berikut:

1. Surat Yusuf ayat 99 sama sekali tidak menyifati Mesir sebagai sebuah negeri yang aman, tapi sifat aman berlaku bagi keluarga Ya'qub as. sebagai sebuah jaminan, coba perhatikan zahir ayat آمنين merupakan haal dari objek ادخلوا bukan haal/sifat dari مصر, itupun kedudukan i'rabnya merupakan jawab syarth. Artinya, jawab syarth terlaksana jika syarthnya terlaksana, dengan kata lain jaminan keamanan hanya berlaku bagi keluarga Ya'qub as. saja, dan pada waktu itu saja , bukan jaminan keamanan bagi tanah/negeri Mesir. Jadi, rasanya kurang tepat menjadikan ayat tersebut sebagai isyarat atau dalil bahwa Mesir mendapat jaminan keamanan, apalagi sepanjang masa sebagaimana tanah Haram.

2. Sedangkan dalam surat At-Tiin secara sharih Allah menyifati Makkah sebagai negeri/kota yang aman وهذا البلد الأمين. Jaminan keamanan ini sharih/tegas. Dan ditegaskan juga dalam ayat-ayat lain yang berbicara tentang Haram (suci)-nya tanah ini. Keamanan dan ke-Haram-an Makkah juga ditegaskan dalam ayat dan hadis-hadis shahih secara bergandengan. Jadi, kalau disebut aman berarti juga bermakna haram. Tinggal selanjutnya bagaimana kita memahami makna haram dan aman ini? Yang dipahami, sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis shahih, keharaman di sini bermakna larangan menumpahkan darah dan berperang, karena itulah disebut aman. Dengan kata lain kehendak Allah yang menjamin keharaman Makkah, adalah kehendak yang sifatnya Syar'i bukan Qadari Kauniy. Kehendak Syar'i berarti kehendak yang disukai Allah, tapi mungkin saja terjadi, mungkin saja tidak. Sedangkan Qadari, adalah kehendak Allah yang pasti terjadi, baik Dia sukai atau tidak Dia sukai. Sebagaimana dijelaskan para Ulama yang membedakan antara dua Iradah ini (Syar'iyyah dan Qadariyyah Kauniyyah). Karena itulah sangat mungkin apa yang diharamkan oleh Allah terjadi di tanah suci Makkah, sebagaimana pemberontakan Juhaiman tahun 1979, dan Rusaknya Ka'bah oleh Yazid ibn Muawiyah dan Hajjaj, serta terpenggalnya Abdullah ibn Zubair di pelataran Ka'bah oleh Hajjaj. []

Wallahu a'lam

*Metodologi riset ayat ini terus berjalan hingga akhirnya menemukan kepuasan bathin. Semoga ada yang membantu untuk mencerahkan.

Berita viral terbaru: Deretan nama tempat ini diabadikan dalam Al-Quran, baik disebutkan secara tegas maupun tidak.

Padangkita.com – Umat Muslim memiliki pedoman hidup yakni Al-Quran. Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ini, merupakan ajaran untuk seluruh umat manusia.

Banyak ajaran yang terkandung di dalam Al-Quran, salah satunya yakni mengenai sejarah masa lalu. Berbicara mengenai sejarah memang selalu erat kaitanya dengan tempat peristiwa tersebut terjadi.

Lantaran hal itu sangat penting untuk mengetahui tempat-tempat itu untuk menjadi bahan renungan dan penguat iman bagi generasi setelahnya.

Dilansir dari nu.or.d, berikut daftar beberapa tempat yang disebutkan dalam Al-Quran.

Makkah

Dalam Q.S  al-Fath ayat 24 secara tegas mengabadikan kota ini. Dalam Al-Quran kota ini diabadikan menggunakan nama Makkah.

Ada pula nama lain yang disematkan karena kemuliaannya. Antara lain yakni, Bakkah dan Balad al-Amin (negara yang aman), Ummul Qura, al-Bait al-Atiq, dan al-Balad.

Bakkah  diabadikan dalam Surat Ali Imran ayat 96. Nama ini memiliki arti padat, berkerumun dan macet.

Dinamakan demikian sebab di kota ini terdapat banyak manusia yang berkerumun hingga padat ketika melakukan thawaf di Baitullah. Nama ini diabadikan dalam surat Ali Imran ayat 96.

Dalam surat al-Tin ayat 3, Kota Makkah disebut dengan nama Al-Balad al-Amin. Nama tersebut memiliki arti negara yang aman.

Hal itu lantaran setiap orang yang masuk ke kota ini akan terjamin keamanannya. Kota ini adalah negara yang mulia, tempat Nabi Muhammad Saw, dilahirkan serta tempat umat islam melaksanakan rukun islam yang kelima, yaitu ibadah haji.

Ummul Qura yang memiliki arti pusat desa. Nama ini disebut dua kali dalam surat dua kali, yaitu pada surat al-An’am ayat 92 dan al-Syura ayat 7. Sebab, kota ini menjadi kiblat warga desa dan memiliki kedudukan yang tinggi di hati mereka.

Al-Bait al-Atiq artinya rumah kuno, disebut dua kali dalam surat dua kali pada surat al-Haj ayat 29 dan 33. Pasalnya, kota ini menjadi tempat pertama yang dibangun di muka bumi untuk manusia sebagai tempat ibadah kepada Allah Swt.

Selain itu, kota ini juga disebut secara tidak tegas dalam Al-Quran, namun tetap merujuk pada pada kota ini. Di antaranya adalah al-Balad, al-Qaryah, dan al-Masjid al-Haram.

Page 1 of 4

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA