Mengapa orang yang mubazir disebut sebagai saudara setan

Ilustrasi pemborosan /PEXELS

HALOCILEGON - Mubazir merupakan tindakan seseorang yang berlaku boros, tidak berguna, terbuang, atau suatu hal yang berlebihan.

Mubazir pada umumnya dapat dikatakan sebagai tindakan yang tercela karena berujung pada hal yang sia-sia.

Hal ini dijelaskan salah satunya pada Surah Al Isro’ ayat 26-27.

Baca Juga: 4 Amanalan Khusus Hari Jumat Yang Akan Mendatangkan Rezeki Kata Syekh Ali Jaber, Nomor Empat Paling Utama

Dalam ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa perilaku pemborosan adalah merupakan kebiasaan setan.

>

Siapapun yang melakukan tindakan tersebut maka dikatkan sebagai saudara-saidara setan.

"Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan," (QS. Al Isro': 26-27).

Baca Juga: Siwak Dianjurkan Islam, Ternyata Punya Banyak Manfaat Bagi Kesehatan Gigi

Dalam penjelasan lain, Abu Hurairah juga mengatakan bahwa Rasulullah pernah menyampaikan dalam sabdanya sebagai berikut:

Ilustrasi /Pixabay/English

ARAHKATA - Hanya tinggal menggesek kartu kredit, semua keinginan kita terpenuhi. Kedengarannya sungguh indah. Cara ini sudah menjadi gaya hidup sebagian besar masyarakat perkotaan di Indonesia.

Orang yang punya harta, kecenderungan untuk menjadi pecinta harta akan lebih besar. Makin bagus, makin mahal, makin unik, makin senang, maka makin dicintalah hartanya.

Namun, pada dasarnya, gaya hidup itu yang salah. Gaya hidup pemborosan. Kecenderungan manusia berperilaku boros terhadap harta sudah ada di dalam dirinya.

Baca Juga: Bener Ga Sih Menikah Membuka Pintu Rezeki?

Perlu diketahui bahwa senang membuang-buang harta untuk hal yang sia-sia termasuk meniru perbuatan setan.

>

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).

Ayat di atas menegaskan, Islam sebagai agama melarang keras kepada umatnya untuk menjalankan hidup secara berlebihan dan bermewah-mewahan.

Baca Juga: Pengertian dan Peran Pentingnya CEO dalam Perusahaan

Oleh Abd.Gani Isa

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan”.  (QS.Al-Israa’ : 26-27). 

AL-RAGHIB al-Ashfahani dalam bukunya al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an mengartikan kata israf (boros) dengan berlebih-lebihan. Adapun kata mubazzir diartikannya dengan menyia-nyiakan harta. Kedua kata ini meskipun selalu diartikan dengan satu makna dalam bahasa Indonesia yaitu “boros” namun keduanya tetap saja memiliki sisi-sisi perbedaan.

Israf nampaknya lebih mengarah kepada sifat royal dengan mengonsumsi sesuatu secara berlebihan (over dosis). Orang-orang yang seperti ini ingin saja memiliki setiap yang baru padahal barang yang lama masih berfungsi dengan baik. Pada sisi lain, Alquran juga menggunakan kata ini untuk tindakan yang berlebih-lebihan karena yang bersangkutan tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya. Adapun sifat mubazir nampaknya lebih mengarah kepada sifat kesenangan sesaat padahal masih banyak lagi manfaat yang dapat diambil dari harta yang dimilikinya. 

Bila mengeluarkan harta kekayaan dalam jumlah yang banyak (israf), akan tetapi pengeluaran ini dilakukan di jalan kebaikan tertentu, dan ada manfaatnya tidaklah dinamakan dengan tabdzîr. Karena israf, menyia-nyiakan dan merusak kekayaan memiliki makna yang lebih luas dan mencakup berbagai aspek; seperti berlebihan dalam infak-infak pribadi dan urusan sosial yang tidak bisa diartikan sebagai tabdzîr, akan tetapi tabdzîr mencakup penyia-nyiaan dan berlebihan dalam menggunakan makanan dan perlengkapan kehidupan. Dengan kata lain, bisa dikatakan setiap tabdzîr adalah israf, akan tetapi setiap israf belum tentu tabdzîr.

 Perilaku setan
Saudara setan yang tak lain adalah para pelaku israf memiliki berbagai perilaku, dan dalam setiap kondisi akan memiliki perilaku yang berbeda-beda. Mereka yang melakukan israf secara sadar dan dengan sengaja, berarti ia telah menyertai setan.

Allah swt berfirman, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat hak mereka dan kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS, al-Isra`:26-27).

Pada ayat di atas, orang-orang yang israf dikenal sebagai saudara dan pengikut setan. Oleh karena itu, di sini bisa dikatakan, barang siapa menggunakan kekayaan dan harta di luar ketentuannya, maka ia telah terlibat dalam perbuatan setan dan memiliki rasa ketakaburan. Perbuatan boros adalah gaya hidup materialis dan hidonis, gemar berlebih-lebihan dalam menggunakan harta, uang maupun sumber daya yang ada demi kesenangan saja. Dengan terbiasa berbuat boros seseorang bisa menjadi buta terhadap orang-orang membutuhkan di sekitarnya, sulit membedakan antara yang halal dan yang haram, mana yang boleh mana tidak boleh dilakukan, dan sebagainya. Allah swt menyuruh kita untuk hidup sederhana dan hemat, karena jika semua orang menjadi boros maka suatu saat bangsa bisa rusak bahkan negara  akan hancur.

Beberapa contoh sifat boros dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: gemar membeli produk yang mahal karena gengsi, suka belanja dengan kartu kredit tanpa melihat daya beli, boros mengunakan air bersih dan air minum, senang membeli barang yang tidak perlu, dan memiliki hobi pamer jenis barang mahal, dan senang bila dikatakan dirinya dengan sebutan juragan atau orang kaya.

Adapun dampak buruk perilaku boros adalah uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi, menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram, malas membantu yang membutuhkan dan beramal shaleh, dan selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu, dampak buruk perilaku boros ini dapat menimbulkan menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer, anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana, bisa stres atau gila jika hartanya habis, terlilit hutang besar yang sulit dilunasi, sumber daya alam yang ada menjadi habis, tidak punya tabungan untuk saat krisis

 Jauhi sifat setan
Menjauhi sifat setan berarti menjauhi diri dari sifat “mubazzir” dalam perbelanjaan, makan-minum, dan lain-lain baik dalam keadaan tertentu seperti belanja saat berada di tanah suci, menjelang hari raya (fitri dan adha), maupun di waktu lainnya, karena perbuatan mubazir adalah satu perbuatan yang amat dibenci oleh Allah. Mubazir itu perbuatan setan. Perilaku mubazir akan mengurangkan amalan sedekah. Padahal amalan sedekah akan mendapat ganjaran pahala yang besar dari sisi Allah swt, serta akan membuka berpuluh puluh pintu kebaikan dan rezeki.

Jangan berlebih-lebihan dalam hal menyediakan berbagai fasilitas, apalagi bersumber dari uang rakyat, tidak berlebih-lebihan ketika makan, seperti saat berbuka puasa dan hari raya, misalnya, atau waktu tertentu lainnya. Padahal masih banyak di luar diri kita orang-orang yang tidak makan karena kekurangan atau tidak memiliki harta sama sekali. Kurangilah belanja yang tidak mendesak, apalagi bersifat boros dan tidak perlu. Sisihlah bagian dari nikmat Allah untuk kegiatan keagamaan dan membantu para mudhta’afin yang membutuhkan uluran tangan para aghniya (orang kaya).

Berupayalah menjadi hamba Allah yang pemurah dan hemat belanja dan tidak boros. Amalkanlah tuntunan Allah dalam Alquranul Karim, surat al Furqan ayat 67, “dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”   

* Abd. Gani Isa adalah Dosen Fak.Syariah dan Ekonomi Islam UIN Ar-Raniry.

Jakarta -

Surah yang ke-17 dalam Al Quran adalah surah Al Isra yang termasuk dalam golongan surah Makiyyah. Jumlah ayat yang dikandung dalam surah ini sebanyak 111 ayat.

Kata Al Isra ini sendiri mengandung arti perjalanan malam. Oleh sebab itu dalam surah ini dikisahkan tentang peristiwa perjalanan malam hari dan mikraj Rasulullah SAW. Selain itu, dalam surah Al Isra juga membahas tentang ajakan untuk berprilaku sesuai dengan akhlak terpuji Rasulullah SAW.

Salah satunya adalah persoalan tentang perilaku boros yang para pelakunya disebut sebagai saudara setan. Berikut ini bunyi bacaan QS Al Isra ayat 27 beserta artinya:

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Bacaan latin: Innal-mubażżirīna kānū ikhwānasy-syayāṭīn, wa kānasy-syaiṭānu lirabbihī kafụrā

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al Isra: 27).

Melansir dari tafsir Kementerian Agama (Kemenag), yang dimaksud dengan orang-orang pemboros dalam ayat ini adalah mereka yang menghambur-hamburkan harta bendanya dalam perbuatan maksiat. Hal itu tentunya ada di luar perintah Allah. Mereka pula yang disebut saudara setan dalam ayat ini.

Ungkapan itu juga biasa digunakan oleh orang-orang Arab. Orang yang membiasakan diri mengikuti peraturan suatu kaum atau mengikuti jejak langkahnya, maka disebut sebagai saudara kaum tersebut. Artinya bila di dunia mereka tergoda oleh setan dengan memanfaatkan hartanya di luar batas-batas keridhoan Allah, maka mereka termasuk dalam golongan kaum tersebut.

Di akhir surah Al Isra ayat 27 disebutkan bahwa setan adalah makhluk yang sangat ingkar kepada Allah SWT. Ayat tersebut bermaksud untuk menjelaskan bahwa setan sangat ingkar kepada nikmat yang diberikan Allah, tidak mau mensyukurinya, membangkang tidak mau menaati perintah Allah, hingga menggoda manusia agar berbuat maksiat.

Pada dasarnya, ayat ini diturunkan Allah untuk menjelaskan perbuatan orang-orang pada jaman Jahiliah. Mereka memiliki kebiasaan untuk menumpuk harta mereka yang diperoleh dari rampasan perang, perampokan, dan penyamunan.

Kemudian, harta-harta itu dimanfaatkan hanya untuk berfoya-foya. Bahkan beberapa dari mereka ada yang menggunakan harta untuk menghalangi penyebaran agama Islam, melemahkan pemeluk-pemeluknya, dan membantu musuh-musuh Islam. Sebab itulah, surah Al Isra ayat 27 diturunkan untuk menceritakan keburukan pada kaum masa Jahiliah.

Tonton juga Video: Makna Orang Beriman dalam Surat Al-Baqarah 183

(nwy/nwy)

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA