Mengapa pada masa Sultan Ageng Tirtayasa kerajaan Banten mengalami masa Kejayaan

Ilustrasi Kerajaan Banten. Foto: Saintif.com

Mayoritas keyakinan penduduk Pulau Jawa adalah Islam. Hal itu tak lepas dari sejarah penyebaran agama Islam yang telah terjadi sejak zaman kerajaan. Salah satu kerajaan Islam terbesar yang pernah berdiri di Pulau Jawa adalah Kerajaan Banten.

Kerajaan Banten atau Kesultanan Banten berdiri di Tatar Pasundan, Provisi Banten. Kerajaan Banten muncul sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke pesisir barat Pulau Jawa.

Untuk lebih memahami sejarah Kerajaan Banten, berikut ulasan lengkapnya dikutip dari buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA SMK/MAK Kelas X oleh Amurwani Dwi L. dkk (2014).

Pada awalnya Kerajaan Banten merupakan wilayah perluasan Kerajaan Demak. Saat itu, Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan di Pulau Jawa dan menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.

Maulana Hasanuddin atau lebih dikenal dengan Fatahillah yang berperan besar dalam penaklukan tersebut mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan. Tempat ini kemudian menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Banten.

Seiring dengan kemunduran Kerajaan Demak, Banten melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Pada tahun 1570, Fatahillah wafat dengan meninggalkan dua anak laki-lakinya, yaitu Pangeran Yusuf dan Pangeran Arya. Pangeran Yusuf kemudian menggantikan posisi Fatahillah, sementara Pangeran Arya berkuasa di Jepara.

Masa Kejayaan Kerajaan Banten

Masjid Agung Banten, peninggalan Kerajaan Banten. Foto: JavaTravel

Setelah berganti pemimpin, Kerajaan Banten akhirnya mencapai puncak kejayaannya saat dipimpin Sultan Abdufattah. Pemimpin yang lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa tersebut memerintah pada tahun 1651-1682.

Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten terus mengalami kemajuan. Letak Banten yang strategis membuat perkembangan dan kemajuan ekonomi di wilayah itu semakin cepat. Hasilnya, kehidupan masyarakat pun mengalami kemajuan.

Di bidang politik, pemerintah kerajaan ini juga semakin kuat. Perluasan wilayah kekuasaan terus dilakukan meskipun ada sebagian masyarakat yang tidak mau memeluk agama Islam. Kelompok yang disebut dengan masyarakat Badui itu masih tetap ingin mempertahankan agama dan adat istiadat nenek moyang.

Dalam bidang kebudayaan, Kerajaan Banten juga mengalami perkembangan, terutama seni bangunannya. Ada beberapa bangunan yang masih tersisa hingga saat ini seperti Masjid Agung Banten, bangunan Keraton, dan gapura-gapura,

Kemunduran Kerajaan Banten

Masa kemunduran Kerjaan Banten dipicu oleh konflik yang timbul di dalam istana. Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa berusaha menentang VOC, tetapi kurang disetujui oleh Sultan Haji sebagai raja muda.

Perselisihan tersebut dimanfaatkan oleh VOC dengan melakukan politik adu domba (devide et impera). Mereka membantu Sultan Haji untuk mengakhiri kekuasaan Suktan Ageng Tirtayasa.

Namun, berakhirnya masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa malah membuat kekuasaan VOC di Banten kian menguat. Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya situasi tersebut membawa Kerajaan Banten pada kemunduran.

Home Nasional Nasional Lainnya

Tim | CNN Indonesia

Senin, 26 Jul 2021 13:15 WIB

Berikut sejarah Kerajaan Banten mulai dari masa jaya, penyebab kemunduran, hingga jejak peninggalannya yang masih dapat dijumpai. (Keraton Kaibon, Foto: Satari via Wikimedia Commons)

Jakarta, CNN Indonesia --

Kerajaan Banten atau disebut juga Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di tanah Sunda, tepatnya di Provinsi Banten pada abad ke-16.

Pada masa itu, Kesultanan Banten menjadi salah satu kerajaan yang punya peranan penting dalam perdagangan rempah sekaligus penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.


Berikut sejarah Kerajaan Banten mulai dari masa jaya, kemunduran, hingga jejak peninggalannya yang masih dapat dijumpai.


Kerajaan atau Kesultanan Banten didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Ia mengangkat anaknya, Sultan Maulana Hasanuddin sebagai raja pertama Kesultanan Banten.

Pada masa kepemimpinan Maulana Hasanuddin (1552-1570), perdagangan Kerajaan Banten berkembang pesat yang didukung dengan adanya pelabuhan sebagai gerbang perdagangan antarnegara.

Lokasinya yang strategis, menjadikan Kerajaan Banten sangat mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomiannya.

Lada menjadi komoditas yang paling diunggulkan dan berkembang pesat pada masa itu. Bahkan monopoli perdagangan lada di Lampung dikuasai oleh Banten.

Belum lagi didukung oleh niaga melalui jalur laut yang membuat Banten berkembang tak hanya di Nusantara, melainkan sampai pada pedagang Persia, India, Arab, Portugis, hingga Tiongkok.


Kejayaan Kerajaan Banten

Sejarah Kerajaan Banten dari masa jaya hingga kemundurannya (Foto Masjid Agung Banten: Detikcom/Fitraya Ramadhanny)

Masa keemasan Kerajaan Banten disebut berlangsung ketika pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683 M).

Di bawah kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa, ia banyak memimpin perlawanan terhadap Belanda lantaran VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten.

Di sisi lain, Sultan Ageng Tirtayasa juga menginginkan Banten menjadi kerajaan Islam terbesar. Tak heran jika Islam telah menjadi pilar dalam Kerajaan Banten maupun pada kehidupan masyarakatnya.


Kemunduran Kerajaan Banten

Perang saudara adalah salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Banten. Sekitar tahun 1680 terjadi perselisihan dalam Kesultanan Banten. Anak dari Sultan Ageng Tirtayasa, yakni Sultan Haji, berusaha merebut kekuasaan dari tangan sang ayah.

Perpecahan ini dimanfaatkan oleh kompeni VOC dengan memberi dukungan dan bantuan persenjataan kepada Sultan Haji, sehingga perang saudara menjadi tak terhindarkan.

Akibat sengketa tersebut, Sultan Ageng terpaksa mundur dari istananya dan pindah bersama putranya yang lain Pangeran Purbaya. Kemudian pada 1683 Sultan Ageng ditangkap VOC dan ditahan di Batavia.

Perang saudara yang berlangsung di Banten menyisakan ketidakstabilan dan konflik di masa pemerintahan berikutnya.

VOC semakin ikut campur dalam urusan Banten bahkan meminta kompensasi untuk menguasai Lampung sekaligus hak monopoli perdagangan lada di sana.

Merujuk Kemhub, usai Sultan Haji meninggal, VOC semakin menekan Kerajaan Banten. Hal tersebut pun membuat pengaruh Kerajaan Banten memudar dan ditinggalkan.

Peninggalan Kerajaan Banten

Kerajaan Banten memiliki benda peninggalan yang menjadi bukti bahwa kerajaan ini pernah berjaya di masanya.

Jejak peninggalan Kerajaan Banten banyak berupa bangunan seperti Masjid Agung Banten, Istana Keraton Kaibon, Keraton Surosowan, Vihara Avalokitesvara, Benteng Speelwijk, dan Meriam Ki Amuk.

(fef/fef)

Saksikan Video di Bawah Ini:

TOPIK TERKAIT

Selengkapnya

LAINNYA DARI DETIKNETWORK

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA