Mengapa perlu melakukan uji validitas dan reliabilitas?

Uji validitas dan reliabilitas – Kunci keberhasilan dari penulisan sebuah tugas akhir terletak dari pemahaman mengenai metode penelitian, dan apa yang kalian kerjakan. Banyak yang menganggap skripsi atau tesis pasti susah, mesti ada metode analisisnya/angket/kuesioner/harus run data dan sebagainya.

Memang benar, dan itu penting agar hasil penelitian bukan hanya sekedar berupa tulisan semata dan tetap berada pada koridor ilmiah. Artinya, jika metode tersebut diulang oleh orang lain, akan tetap mendapatkan hasil yang serupa.

Mengapa perlu melakukan uji validitas dan reliabilitas?

Pertanyaan yang sering saya temui dalam berdiskusi dengan teman-teman yang sedang menyusun penelitian khususnya di bidang sosial, adalah uji validitas dan reliabilitas. Lalu sebenarnya apa arti serta urgensi dari kedua uji tersebut? Pada tulisan ini, kita akan membahas secara lengkap apa itu uji reliabilitas dan validitas, contoh kasus, dan metode cara melakukannya.

Apakah Uji Validitas dan Reliabilitas Wajib Dilakukan?

Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah wajib jika menggunakan instrumen penelitian. Guna melihat kelayakan dan keakurasian alat instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel  dari objek yang diteliti.

Pertanyaan lanjutannya adalah, apakah jika menggunakan instrumen penelitian yang sudah pernah digunakan orang lain dalam penelitiannya tetap dilakukan uji validitas dan reliabilitas? Sebelum menjawab sebaiknya kita akan mengambil sebuah contoh.

Contoh Kasus untuk Uji Validitas dan Reliabilitas

Misalkan berikut ini contoh penelitian fiktif dengan variabel fiktif sebagai contoh mengapa kita harus melakukan uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian:

Tempat tinggalMakanAset
Luas rumah Konsumsi karbohidrat Telepon seluler
Jenis dinding Konsumsi protein TV dan radio
Jenis lantai Rokok Kulkas, microwave, AC
Jenis atap Konsumsi lainnya Lahan perkebunan
Variabel dan indikator kemiskinan (fiktif)

Sebuah literatur mengatakan bahwa indikator kesejahteraan rumah tangga pada tahun 2000 di kabupaten Lumajang adalah sebagaimana di atas.

Anggaplah variabel fiktif di atas merupakan variabel yang kita gunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan di Kabupaten Lumajang pada tahun 2000.

Di tahun 2015 kita akan melakukan pengujian yang sama di Kabupaten Purwokerto. Melihat variabel diatas beserta indikatornya apakah menurut anda masih relevan digunakan di tahun 2015?

Tentu saja tidak.

Coba Perhatikan dan ingat kembali bahwa di tahun 2000 rumah tangga yang menggunakan telepon seluler secara kasat mata dapat dilihat bahwa hanya rumah tangga yang tergolong menengah ke atas.

Lalu bagaimana perbedaannya dengan sekarang?

Tentu saja indikator telepon seluler sudah tidak relevan lagi untuk digunakan dalam variabel kepemilikan aset dan perabot rumah tangga. Mungkin demikian juga dengan televisi.

Namun untuk membuktikannya dengan pasti apakah valid dan fakta tersebut realibel (dapat diandalkan), disinilah uji validitas dan realibilitas dibutuhkan.

Agar secara ilmiah dan beralasan bahwa instrumen yang pernah dipakai orang lain dalam penelitiannya masih bisa digunakan dalam penelitian anda.

Contoh diatas memberikan kita penjelasan yang cukup bahwa dalam melakukan pengujian variabel variabel laten atau variabel kualitatif kuncinya terletak pada layak tidaknya instrumen yang digunakan.

Sebagai gambaran singkat, bahwa kita sangat tidak seharusnya mengukur berat 1 karung beras menggunakan timbangan emas. Meskipun timbangan tersebut bisa digunakan untuk mengukur berat.

Begitu juga jika panjang Jalan Trans Papua di ukur dengan menggunakan penggaris. Meskipun sama-sama merupakan alat ukur yang bisa digunakan mengukur berat dan panjang tetapi kenyataannya tidak seharusnya. Mengapa tidak menggunakan alat ukur yang semestinya?

Jadi instrumen yang akan kita gunakan harus memenuhi kriteria lulus uji validitas dan reliabilitas. Artinya tidak semata-mata hanya mempertimbangkan aspek dapat mengukur tetapi juga aspek layak untuk digunakan mengukur.

Untuk itu perlu dipahami apa yang dimaksud dengan uji validitas dan reliabilitas agar sebuah data penelitian bisa kita gunakan sebagaimana mestinya.

Uji Validitas

Uji validitas merupakan keadaan yang menggambarkan apakah instrumen yang yang kita gunakan mampu mengukur apa yang akan kita ukur. Hasil yang diperoleh dari uji validitas adalah suatu instrumen yang valid atau sah.

Tingkat validitas yang tinggi adalah yang terbaik. Sebaliknya suatu instrumen yang memiliki validitas rendah merupakan instrumen yang kurang baik atau tidak direkomendasikan bahkan sebaiknya dikeluarkan dari kelompok indikator.

Terdapat dua macam validitas yang perlu kita ketahui sebelum melakukan uji validitas yaitu validitas eksternal (validitas kriteria) dan validitas internal (teori).

A. Validitas Eksternal

Validitas eksternal merupakan validitas yang dilihat berdasarkan hubungan dengan kategori tertentu. Tinggi-rendahnya koefisien validitas instrumen bergantung pada hasil perhitungan koefisien korelasi

Validitas kriteria dibagi menjadi dua yaitu validitas banding dan validitas ramal. Koefisien korelasi merupakan penentu yang menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas.

Untuk itu kita harus memahami formulasi koefisien korelasi. Masih ingatkah koefisien korelasi? Bagaimana bentuk rumusnya?

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan/ indikator dengan skor total menggunakan korelasi Product Moment(r). Rumus korelasi Product Moment (Pearson) yang dilambangkan dengan r , dapat dituliskan sebagai berikut:

\( r_{xy}=\frac {\sum xy} {\sqrt {\left( \sum x^{2}\right) \left( \sum y^{2}\right) }}\)

Dimana,

  • \(x=X-\overline {X}=\) dan
  • \(y=Y-\overline {Y}=\), sehingga

\(r_{xy}=\frac {n\left( \sum xy\right) -\left( \sum x \sum y\right) } {\sqrt {\left[ n\sum x^{2}-\left( \sum x\right) ^{2}\right] \left[ n\sum y^{2}-\left( \sum y\right) ^{2}\right] }}\)

dimana:

  • \(r_{xy}=\) koefisien korelasi
  • \(n=\) jumlah sampel
  • \(x=\) Cari tempat pernyataan
  • \(y=\) skor total item pernyataan
  • \(\sum x=\) jumlah skor item pernyataan
  • \(\sum y=\) jumlah skor total item ternyata
  • \(\sum xy=\) jumlah perkalian x dan y

B. Validitas teoritik/ Internal

Keadaan dimana instrumen penelitian yang digunakan memiliki kesesuaian antara item-item atau butir-butir pertanyaan dengan instrumen secara keseluruhan.

Artinya butir-butir pertanyaan tidak menanyakan hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan tujuan instrumen penelitian. Validitas teoritik/Internal terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

1. Validitas butir/isi (Content)

Validitas isi menunjukkan sejauhmana butir pertanyaan dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional terhadap perilaku sampel yang dikenai tes tersebut\(^{1}\).

Artinya suatu instrumen dikatakan valid apabila item atau butir-butir pertanyaan yang membentuk instrumen tersebut tidak menyimpang dari tujuan dan fungsi instrumen. Langkah-langkah pengujian validitas isi:

  1. Lakukan perhitungan korelasi setiap butir (item) instrumen dengan skor total (corrected item-total correlation).
  2. Lakukan perbandingan nilai korelasi yang diperoleh dengan tabel r dengan tingkat signifikansi (α) dan derajat bebas sebesar N-2.
  3. Pengambilan keputusan
    – Jika r hitung (baik manual maupun dari output SPSS) > r tabel, item tersebut valid
    – Jika r hitung (baik manual maupun dari output SPSS) < r tabel atau r bernilai negatif, maka item tersebut dikatakan tidak valid
  4. Jika menggunakan SPSS, butir-butir (item) yang tidak valid perlu dikeluarkan dari kelompoknya (dibuang) dan pengujian diulang untuk butir-butir yang valid saja.
  5. Apabila seteleh mengeluarkan butir yang tidak valid dan masih ditemukan butir yang belum valid setelah dilakukan run maka proses eliminasi butir yang tidak valid terus dilakukan sampai semua butir valid. Semakin banyak pengulangan maka item yang menyusut semakin banyak
  6. Hipotesis yang digunakan :\(H_{0}\) = butir pertanyaan berkorelasi positif dengan skor total\(H_{1}\)= butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan skor total

2. Validitas Kriteria (Criterion-Related Validity)

Validitas kriterion ditentukan dengan membandingkan skor-skor test dengan kinerja tertentu pada sebuah ukuran luar\(^{2}\).

Ukuran luar ini seharusnya memiliki hubungan teoritis dengan variabel yang mestinya diukur. Misalkan pengukuran yang dilakukan diwaktu yang sama (Concurrent validity). Concurrent validity mengacu pada pengukuran-pengukuran yang diambil pada waktu yang sama atau lebih kurang sama.

3. Validitas Konstruk

Validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan\(^{3}\).

Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-variabel konsep. Variabel konsep baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain.

Variabel konsep juga dapat digunakan untuk mengukur yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan lain-lain.

Prosedurnya tes validitas konstruk dipengaruhi oleh faktor tertentu yang memiliki muatan faktor (factor loading) yang tinggi.

Butir (item) pernyataan atau pertanyaan dikatakan valid jika r hitung > r tabel.

Hipotesis:

  • \(H_{0}\): Pernyataan tidak mengukur aspek yang sama
  • \(H_{1}\): Pernyataan mengukur aspek yang sama

Perlu diperhatikan bahwa item item atau indikator-indikator di dalam suatu variabel tidak boleh terlalu sedikit. Banyak literatur yang menyebutkan bahwa minimal ada 3 indikator atau item yang menyusun suatu variabel atau dimensi.

Apabila koefisien korelasi item total atau koefisien korelasi dari keseluruhan indikator-indikator itu dihitung pada item-item yang terlalu sedikit maka sangat mungkin diperoleh koefisien korelasi item-total yang overestimate.

Overestimate artinya hasil yang diperoleh lebih tinggi daripada yang  sebenarnya.

Kategori Validitas

Secara keseluruhan suatu instrumen akan dikatakan valid apabila memenuhi nilai sebagai berikut:

ParameterKategori Validitas
0,8 – 1,0 Validitas sangat tinggi (paling baik)
0,6 – 0,8 Validitas tinggi (baik)
04, – 0,6 Validitas sedang (cukup)
0,2 – 0,4 Validitas rendah (kurang)
0 – 0,2 Validitas sangat rendah (jelek)
Kategori instrumen dikatakan valid (Guilford, 1956 h.145)

Uji Realibilitas

Untuk mengukur sesuatu seharusnya dibutuhkan alat ukur yang paling tidak memiliki tingkat perubahan yang kecil dari waktu ke waktu. Reliabilitas diartikan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989).

Misalkan seperti contoh kasus kemiskinan diatas, salah satu indikator yang memiliki perubahan yang sedikit, kemungkinan besar adalah “konsumsi karbohidrat”. Indikator ini masih mungkin tetap dapat digunakan hingga saat ini.

Sedangkan indikator “kepemilikan telepon seluler” mungkin sudah tidak relevan lagi jika dijadikan indikator. Alasannya adalah alat komunikasi sudah menjadi kebutuhan primer, dan termasuk murah saat ini.

Note: saya mengatakan mungkin karena belum dilakukan pengujian.

Uji realibilitas dibagi menjadi 2 yaitu Realibilitas Eksternal dan Realibilitas Internal.

1. Realibilitas Eksternal

Realibilitas Eksternal dibagi lagi menjadi dua tehnik yaitu :

Teknik Paralel

Umumnya peneliti melakukan penyusunan dua instrumen, keduanya diuji-cobakan pada sekelompok responden (responden mengerjakan dua kali) kemudian hasilnya dikorelasikan dengan korelasi product momen.

Teknik ini sering juga disebut sebagai teknik double test double trial.

Teknik Pengulangan (ulang)

Peneliti perlu menyususn satu instrumen yang diujikan pada sekelompok responden. Selanjutnya pada waktu yang lain instrumen tersebut diberikan kepada kelompok semula untuk dikerjakan lagi. Kemudian hasil dari dua kali pengerjaan tersebut dikorelasikan.

Dengan menggunakan teknik ini, peneliti menggunakan satu tes tetapi dilaksanakan dua kali uji coba, disebut juga teknik single test double trial.

2. Realibilitas Internal

Reliabiltas internal merupakan pengujian yang dilakukan cukup satu kali. Terdapat beberapa teknik mencari reliabilitas, yang mana pemilihan teknik tersebut dbergantung pada sifat atau karakteristik data.

Relibilitas internal dibagi menjadi 7 metode, metode ini cukup untuk dipahami saja. Karena secara pengerjaan kita akan jauh lebih banyak menggunakan SPSS, yang hanya memasukkan data, run, dan interpretasi.

A. Metode Spearman-Brown

Reliabilitas dengan Tehnik Spearman-Brown hanya dilakukan dengan melibatkan butir-butir pertanyaan yang terbukti valid yang sudah melalui uji validitas.

Syarat Tehnik Spearman-Brown:

  • Data yang digunakan dalam instumen adalah berupa skor 1 dan 0
  • Jumlah butir pertanyaan harus genap

Langkah:
Kelompokkan skor-skor menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal, baik ganjil-genap maupun awal-akhir.

Rumus Spearman-Brown:

\(r_{11}=\frac{2\times r_{\frac {1}{2}\frac{1}{2}}}{\left (1+r_{\frac{1}{2}\frac{1}{2}} \right)}\)

Dimana:

  • \(r_{11}\)= Merupakan reliabilitas instrumen
  • \(r_{\frac{1}{2}\frac{1}{2}}\)= Merupakan indeks korelasi diantara dua belahan instrumen

B. Metode Flanagan

Syarat Tehnik Flanagan:

  • Data yang digunakan merupakan instrumen dengan skor 1 dan 0
  • Jumlah butir pertanyaan genap

Langkah: skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal, baik ganjil-genap maupun awal-akhir.

Rumus Tehnik Flanagan:

\(r_{11}=2 \times \left (1-\frac {V_{1}+V_{2}}{V_{t}}\right) \)

Keterangan:

  • \(r_{11}\) = reliabilitas instrumen
  • \(V_{1}\) = varians belahan pertama
  • \(V_{2}\) = varians belahan kedua
  • \(V_{t}\)= varians skor total

C. Metode Rulon

Syarat dalam penggunaan metode Rulon:

  • Data yang digunakan merupakan instrumen dengan skor 1 dan 0
  • Jumlah butir pertanyaan genap

Langkah:
Skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal, baik ganjil-genap maupun awal-akhir

Rumus:

\(r_{11}= 1-\frac {V_{d}}{V_{t}} \)

Keterangan:

  • \(r_{11}\) = reliabilitas instrumen
  • \(V_{d}\) = varians beda
  • \(V_{t}\)= varians skor total
  • \(d\)= skor pada belahan awal dikurangi dengan skor pada belahan akhir

Persyaratan utama pada model belah dua adalah:

  • Banyaknya butir pertanyaan pada instrumen harus genap agar bisa dibelah
  • Harus seimbang antara belahan pertama dan belahan kedua. (untuk lebih jelas baca buku Suharsimi Arikunto)

D. Metode K-R 20

Syarat:

  • Data yang digunakan merupakan instrumen dengan skor 1 dan 0
  • Digunakan apabila peneliti mempunyai instrumen dengan butir pertanyaan yang valid ganjil

Rumus:

\(r_{11}=\left( \frac {k} {k-1}\right) \left( \frac {V_{t}-\sum pq} {V_{t}}\right)\)

Keterangan:

  • \(r_{11}\) = reliabilitas instrumen
  • \(V_{t}\) = varians skor total
  • k = banyaknya butir pertanyaan
  • p = proporsi subyek yang mendapat skor 1
  • q = proporsi subyek yang mendapat skor 0

E. Metode  K-R 21

Syarat: data yang digunakan merupakan instrumen dengan skor 1 dan 0

Rumus:

\(r_{11}=\left( \frac {k} {k-1}\right) \left( 1-\frac {M\left( k-M\right) } {kV_{1}}\right)\)

Keterangan :

  • \(r_{11}\) = reliabilitas instrumen
  • \(V_{t}\) = varians skor total
  • k = banyaknya butir pertanyaan
  • M = skor rata-rata

F. Metode Hoyt

Syarat: data yang digunakan merupakan instrumen dengan skor 1 dan 0

Rumus:

\(r_{11}=1-\frac {V_{s}} {V_{t}} atau\frac {r_{11}=V_{r}-V_{s}} {V_{s}}\)

keterangan:

  • \(r_{11}\) = reliabilitas instrumen
  • \(V_{t}\) = varians skor total
  • \(V_{s}\)= varians sisa

G. Metode Alpha

Syarat:

Digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal uraian

Rumus:

\(r_{11}=\left[ \frac {k} {\left( k-1\right) }\right] \left[ 1-\frac {\sum \sigma _{b}^{2}} {\sigma _{t}^{2}}\right]\)

Keterangan:

  • \(r_{11}\)= reliabilitas instrumen
    k = banyaknya butir pertanyaan
  • \(\sum \sigma _{b}^{2}\) = jumlah varians butir
  • \(\sigma _{t}\) = varians total

Kategori Uji Realibilitas

Secara keseluruhan, uji relibilitas harus memenuhi ukuran tertentu ( passing grade) dimana nilai tersebut bisa dikatakan cukup realibel.

Parameter AngkaKategori Reliabilitas
0,8 – 1,0 Reliabilitas sangat tinggi
0,6 – 0,8 Reliabilitas tinggi
0,4 – 0,6 Reliabilitas sedang
0,2 – 0,4 Reliabilitas rendah
Kategori uji reliabilitas

Rangkuman

  1. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
  2. Reliabilitas diartikan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dalam hal mengukur apa yang akan diukur.
  3. Uji Validitas dan Realibilitas wajib hukumnya untuk penelitian yang mengguakan instrumen penelitian. Gunanya untuk melihat kelayakan sesuai poin 1 dan 2.
  4. Valid atau realibel suatu instrumen ditentukan melalui pengujian dan didasarkan pada standar nilai kategori validitas dan realibilitas diatas.

Untuk contoh kasus dan penjelasan tambahan, Silahkan baca kolom komentar untuk menambah wawasan.

Demikian artikel ini semoga dapat membantu dalam menyelesaikan tugas akhir anda. Saya sebagai kontributor mohon maaf jika ada kekeliruan dalam tulisan ini, saya berharap ada masukan atas kesalahan saya. Terima kasih.

Daftar Pustaka:

\(^{1}\)Gregory (2000)
\(^{2}\)Gary Groth-Marnat, (2009)
\(^{3}\)Djaali dan Pudji (2008)
\(^{5}\)Singarimbun (1989)

Mengapa harus dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas?

Dalam suatu riset, uji validitas dan reliabilitas menjadi konsep untuk mengevaluasi kualitas penelitian. Validitas digunakan untuk mengukur akurasi riset, sedangkan reliabilitas untuk menilai konsistensi pada isi hasil riset. Keduanya sangat berperan penting dalam menentukan seberapa baik riset dijalankan.

Mengapa harus melakukan uji reliabilitas?

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat sejauh mana konsistensi hasil suatu penelitian ketika dilakukan secara berulang-ulang. Semakin tinggi tingkat reliabilitasnya, maka penelitian tersebut semakin bisa diandalkan.

Mengapa alat ukur perlu diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya?

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil pengukuran akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen yang valid dan reliabel menjadi syarat mutlak untuk mendapatkan data yang akurat.