Mengapa sering minum kopi dan alkohol dapat meningkatkan volume urine jelaskan

tirto.id - Kopi alkohol merupakan minuman populer dari Irlandia. Bagi yang belum tahu, mungkin tertarik untuk mencicipinya. Namun, tunggu dulu, sebelum turut mencicipi, ada baiknya mengetahui efek samping yang mungkin terjadi jika mencampur kopi dan alkohol.

Mencampur kopi dan alkohol secara umum tidak dianjurkan karena kandungan yang ada pada dua minuman tersebut. Dietary Guidelines for American memperingatkan agar tidak mencampurkan alkohol dengan kafein.

Kopi mengandung kafein, stimulan yang dapat membuat orang merasa energik dan waspada. Sedangkan, alkohol adalah depresan yang dapat membuat mengantuk atau kurang waspada daripada biasanya.

Saat kedua minuman ini dicampur, stimulan dapat menutupi efek depresan. Dengan kata lain, menggabungkan kafein dan alkohol dapat menutupi efek depresan alkohol.

Baca juga: Jalan Panjang Regulasi Minuman Alkohol: Dari Soeharto Sampai Jokowi

Hal ini memungkinkan orang yang mengonsumsinya lebih waspada dan energik daripada biasanya. Mereka tidak akan merasa lemah seperti saat minum alkohol pada umumnya.

Akibatnya, orang akan minum alkohol lebih banyak dari pada biasanya dan menjadi semakin lemah tanpa mereka sadari. Tentu, ini meningkatkan risiko bahaya, seperti keracunan alkohol.

Bagaimana jika mengonsumsi kafein dan alkohol secara terpisah?

Kafein dapat bertahan di sistem tubuh selama lima hingga enam jam, meskipun perlahan menurun seiring waktu. Jika mengonsumsi kafein dalam beberapa jam sebelum minum alkohol, maka masih berisiko tidak merasakan efek penuh dari alkohol yang dikonsumsi.

Namun, harus diingat, kandungan kafein dalam kopi dan teh bisa sangat bervariasi. Ia bergantung pada cara pembuatannya.

Minum 16 ons kopi seduh dingin sebelum minum alkohol bukanlah ide yang baik, tetapi secangkir teh hijau 8 ons biasanya tidak akan terlalu berpengaruh, demikian dilansir Healthline.

Gejala Dehidrasi Akibat Minum Kafein dan Alkohol

Alkohol dan kafein sama-sama diuretik, artinya ia membuat orang yang mengonsumsinya lebih sering buang air kecil. Akibatnya, dehidrasi bisa terjadi ketika seseorang mencampurkan kafein dan alkohol dalam minumannya.

Beberapa gejala dehidrasi yang harus diwaspadai antara lain:

  • Merasa haus
  • Mulut kering
  • Buang air kecil berwarna gelap
  • Merasa pusing.

Baca juga artikel terkait ALKOHOL atau tulisan menarik lainnya Balqis Fallahnda
(tirto.id - bqs/add)


Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Addi M Idhom
Kontributor: Balqis Fallahnda

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Kondisi yang dialami Faruq terjadi karena zat diuretik menghambat pelepasan ADH. Hormon ADH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipofisis yang berfungsi memicu reabsorbsi air pada ginjal. Zat diuretik misalnya yaitu teh, kopi, minuman beralkohol, minuman karbonasi dan lainnya dapat menghambat produksi hormon ADH sehingga reabsorbsi air pada ginjal akan menurun, akibatnya urin yang diproduksi akan meningkat dan encer.

Dengan demikian, pilihan jawaban yang tepat adalah A. 

Sering Buang Air Kecil Setelah Minum Teh dan Kopi?

Mungkin di antara para pembaca sekalian, ada yang merupakan pecinta kopi, atau bahkan merupakan penggila kopi. Mungkin juga di antara pembaca sekalian, ada yang merupakan pecinta teh. Yaa, kopi dan teh merupakan 2 jenis minuman yang memiliki penggemar khusus, khususnya di Indonesia, dan lebih khusus lagi di Jogjakarta. Banyak café yang menspesialkan produknya pada kopi dan teh.

Lalu setelah mengkonsumsi kopi dan teh, apakah anda merasakan sering kencing? Jika iya, tidak perlu panik dan khawatir, karena anda tidak sendirian merasa demikian, dan itu wajar mengingat apa yang terkadung di dalam kopi dan teh. Yaa, kedua jenis minuman itu memang mengandung kadar kafein yang tinggi. Memang setiap merek kopi dan teh memiliki kandungan kafein yang berbeda-beda. Namun diperkirakan bahwa secangkir kopi mengandung setidaknya 95 mg kafein dan pada teh sebanyak 26 mg kafein. Jika Anda meminum kopi dua atau tiga kali dalam satu hari, maka ini sudah melebihi anjuran konsumsi kafein dalam sehari. Menurut The American Academy of Pediatric, orang dewasa hanya dianjurkan untuk mengonsumsi kafein sebanyak 100 mg per hari. Sedangkan anak-anak sama sekali tidak diperbolehkan untuk meminum kopi.

Kafein tidak hanya terkandung di dalam kopi dan teh. Sebagian besar minuman berenergi dan beberapa merek minuman bersoda juga memiliki kafein di dalamnya. Menurut Food and Drug Administration, kafein digolongkan sebagai obat dan zat aditif pada makanan.

Dalam dunia medis, kafein sering kali digunakan untuk mengatasi kelelahan, kecemasan, serta menekan rasa sakit. Kafein aman untuk dikonsumsi, bahkan dikonsumsi dalam waktu yang panjang, tetapi harus dalam takaran yang sesuai. Namun karena kafein sudah banyak terkandung di dalam bermacam-macam makanan dan minuman, bisa saja seseorang mengonsumsi kafein dalam jumlah yang berlebihan.

Konsumsi kafein yang berlebihan tentu saja akan menyebabkan berbagai gangguan pada kesehatan yaitu susah tidur, kelelahan, sakit pada perut, tremor otot, jantung berdebar-debar, merasa haus terus-menerus, diare, dan tekanan darah tinggi. Kondisi kelebihan kafein ini biasanya terjadi pada orang yang mengonsumsi kafein lebih dari 400 mg per hari.

Bahkan ketika Anda mengonsumsi kafein dalam jumlah yang wajar, kafein akan membuat Anda ke kamar mandi lebih sering karena ingin buang air kecil.  Jika Anda menjadi sering buang air kecil ketika atau setelah mengonsumsi kopi, teh, atau minuman yang mengandung kafein, itu adalah hal yang wajar. Kafein memang disebut sebagai zat diuretik, yaitu zat yang membuat ginjal mengeluarkan cairan lebih banyak.

Sebuah penelitian yang dilaporkan dalam Journal of Human Nutrition and Diet menyatakan bahwa mengonsumsi kafein sebanyak 250 hingga 300 mg dapat meningkatkan jumlah urin hingga beberapa hari kemudian. Kenapa minum kafein mengakibatkan buang air kecil menjadi lebih sering? Bagaimana kafein bisa meningkatkan produksi urin?

1. Meningkatkan volume darah pada sistem renal

Sebagai simultan, kafein akan meningkatkan aktivitas jantung serta mempercepat aliran darah jika masuk ke dalam tubuh. Peningkatan aktivitas ini menyebabkan jantung semakin cepat berdenyut atau berdebar-debar dan meningkatkan tekanan darah. Semua tekanan darah meningkat, termasuk tekanan darah pada sistem renal – sistem yang mengatur pengeluaran urin – dan mengakibatkan volume darah juga meningkat.

Pada dasarnya, fungsi utama ginjal adalah menyaring darah serta mengeluarkan kelebihan cairan dalam tubuh. Karena volume darah yang mengalir pada ginjal meningkat akibat konsumsi kafein, maka darah yang disaring semakin banyak dan pada akhirnya menghasilkan cairan urin yang juga banyak.

2. Kafein menghalangi penyerapan natrium dan air di dalam ginjal

Selain menyaring darah, ginjal juga bertanggung jawab untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan air di dalam tubuh. Jika jumlah natrium tidak seimbang di dalam tubuh maka akan menyebabkan berbagai gangguan fungsi sel tubuh. Dalam hal ini, kafein menghambat penyerapan natrium dan air pada ginjal.

Air yang diserap kembali oleh ginjal sebenarnya dilakukan untuk mempertahankan kondisi tubuh agar tidak kekurangan air. Namun jika hal ini terhambat, akan menyebabkan air terlalu banyak terbuang dan akhirnya Anda akan merasa ingin terus pipis.

3. Kafein melemaskan otot kandung kemih

Konsumsi kafein yang terlalu sering ternyata dapat berpengaruh pada kekuatan otot kandung kemih. Kandung kemih adalah tempat menampung air urin di tubuh sebelum dikeluarkan. Otot kandung kemih akan bereaksi ketika kandung kemih sudah penuh dan akhirnya menstimulasi otak untuk menimbulkan rasa ingin buang air kecil.

Pada orang yang terlalu sering mengonsumsi kafein, kafein menyebabkan otot kandung kemih melemah. Hal ini membuat kandung kemih tidak bisa menampung terlalu banyak cairan di dalamnya. Sehingga menyebabkan Anda semakin sering buang air kecil.

Sumber :

//hellosehat.com

//health.detik.com

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA