Mengapa terjadi pertentangan antara rrc dan uni soviet

Internasional

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan Rusia dan Ukraina yang menyeret Amerika Serikat (AS) dan NATO menjadi topik hangat pekan ini. Rusia disebut intel barat akan menyerang Ukraina.

Ini berdasarkan penumpukan pasukan Rusia di perbatasan negara tersebut yang juga tertangkap citra satelit. Disebutkan ada lebih dari 100.000 lebih pasukan disiagakan Rusia di tiga titik, termasuk di Krimea dan negara lain dekat Ukraina, Belarusia.

Dr. Robert Farley, pengajar studi keamanan dan diplomasi di The Patterson School di AS mengatakan konflik Rusia dan Ukraina memang bisa jadi awal mula Perang Dunia III (World War 3). "Titik nyala yang memungkinkan untuk perang kekuatan besar di tahun 2022 terletak di sepanjang perbatasan antara Rusia Ukraina," tulisnya dalam artikel 19fortyfive.

Bagaimana kronologi masalah ini?

Hal ini terjadi karena kedekatan Ukraina dengan Barat. Ya, Ukraina yang dulu bukanlah Ukraina yang sekarang.

Dulu Ukraina rapat dengan Rusia. Namun pemimpin Ukraina yang sekarang lebih suka merapat ke Barat dan berikhtiar menjadi bagian NATO.

Dulu waktu Perang Dingin, sebelum 1990, orang-orang Ukraina dan Rusia bersatu dalam sebuah negara federasi bernama Uni Soviet. Negara komunis yang kuat di zaman Perang Dingin itu.

Uni Soviet setelah Jerman kalah dan PD II selesai, memiliki pengaruh di belahan timur Eropa. Tak heran jika negara-negara di benua Eropa bagian timur juga menjadi negara-negara Komunis.

Uni Soviet bersama China adalah musuh dari AS dan negara barat lainnya dalam Perang Dingin. Negara komunis era Perang Dingin digolongkan sebagai Blok Timur, sementara yang anti komunis berada di Blok Barat.

Di sekitar Eropa untuk melawan negara komunis, AS dkk mendirikan NATO dan di sekitar Asia Tenggara. AS mendukung pakta pertahanan Asia Tenggara South East Asia Treaty Organization (SEATO).

Uni Soviet dan sekutunya tentu saja membuat Pakta Pertahanan sendiri. Pada 14 Mei 1955, mereka membangun Pakta Warsawa.

Setelah adanya pakta-pakta pertahanan Blok Barat vs Blok Timur itu, terjadi perlombaan senjata antara dua kubu. Kedua blok kerap terlibat dalam perang saudara di Asia dan Afrika.

Pada 1991, Uni Soviet dan Pakta Warsawa bubar. Setelah komunis bukan lagi ancaman, AS menjadikan Islam garis keras sebagai ancaman dunia. Namun, NATO tak pernah bubar.

Rusia, sebagai inti penting dari Uni Soviet itu, tetap menjadi negara besar dan kuat. Di zaman Presiden Vladimir Putin, Rusia juga terlihat menakutkan bagi negara-negara barat.

Meski Perang Dingin sudah lama dianggap selesai, permusuhan AS dengan Rusia masih ada. Rusia yang pernah "satu rumah" di masa lalu dalam negara Uni Soviet, tampak "cemburu" kedekatan Ukraina dengan negara barat.

Halaman 2>>>

Hubungan Rusia dan Ukraina Memanas


BACA HALAMAN BERIKUTNYA

TAG: kronologi konflik rusia ukraina rusia ukraina as nato

Jakarta -

Uni Soviet merupakan negara terbesar di dunia pada 1 Januari 1991. Di samping memiliki wilayah luas dan jumlah populasi yang tinggi, Uni Soviet saat itu memiliki puluhan ribu senjata nuklir dan pengaruh di penjuru timur Eropa. Setahun kemudian, negara ini hancur. Apa saja penyebab runtuhnya Uni Soviet?

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica, Uni Soviet di awal tahun 1991 memiliki luas wilayah 22.400.000 km persegi. Luas negara ini saat itu meliputi satu per enam permukaan bumi. Wilayah Uni Soviet saat itu didiami lebih dari 290 juta penduduk dengan lebih dari 100 kebangsaan.

Pakta Warsawa (14 Mei 1955-1 Juli 1991) saat itu juga berperan atas pengaruh Uni Soviet di berbagai negara Eropa bagian timur. Pakta Warsawa merupakan perjanjian pertahanan militer bersama antara Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur, Hungaria, Polandia, dan Romania.

Pada 26 April 1986, terjadi ledakan di reaktor Unit 4 pembangkit listrik Chernobyl, Pryp'yat (kini Ukraina). Ledakan dan kebakaran ini menyebabkan dampak radioaktif 400 kali bom Hiroshima dan Nagasaki pada 1945.

Kendati berbahaya dan melanggar doktrin glasnost (keterbukaan), Sekjen Partai Komunis Uni Soviet (Communist Party of the Soviet Union/CPSU) Mikhail Gorbachev memerintahkan para staf pemerintahan untuk tidak menyebarkan informasi bencana nuklir tersebut ke masyarakat dan ke mancanegara. Peserta parade May Day di area terdampak juga tidak diinformasikan, sehingga tetap melaksakan pawai dan selebrasi tanpa tahu akan terdampak paparan radioaktif.

Sejumlah laporan dari Barat ditampik sebagai gosip oleh pemerintah Uni Soviet hingga diakui pada 14 Mei, 18 hari setelah bencana. Pada 4, kebocoran radioaktif baru dapat tertangani oleh petugas. Kelak, dampak radioaktif pada korban-korban terpapar membuat Uni Soviet kehilangan kepercayaan dari masyarakat dan mancanegara.

Beberapa dekade kemudian, Gorbachev mengatakan dalam peringatan bencana Chernobyl, "mungkin ketimbang kebijakan perestroika, Chernobyl mungkin adalah penyebab runtuhnya Uni Soviet sebenarnya 5 tahun kemudian."

2. Kebijakan Perestroika dan Glasnost

Mikhail Gorbachev mengusung kebijakan glasnost (keterbukaan) dan perestroika setelah diangkat jadi Sekjen Partai Komunis Uni Soviet. Glasnost diharapkan dapat memicu dialog dan keterbukaan, sementara perestroika diharapkan memicu kebijakan pasar bebas semu bagi industri milik negara.

Kebijakan perestroika kelak justru memicu sistem kapitalisme dan komunisme yang buruk. Penerapan perestroika saat itu menaikkan harga tanpa memperbaiki layanan yang disediakan, sehingga dianggap hanya menguntungkan pemerintah.

Reformasi Gorbachev dan pengabaian pada Doktrin Brezhnev tentang penyatuan negara-negara komunis di dunia mempercepat runtuhnya Uni Soviet. Pada akhir 1989, Hungaria membuka perbatasan dengan Austria, Solidarity mengambil alih kekuasaan di Polandia, negara-negara Baltik menuju kemerdekaan, dan Tembok Berlin runtuh.

3. Masalah Kebijakan Ekonomi

Kendati memiliki kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia pada 1990, Uni Soviet kekurangan barang konsumsi bertahun-tahun. Hal ini menjadikan ekonomi pasar gelap Uni Soviet setara dengan lebih dari 10 persen PDB resmi negara.

Uni Soviet juga mengalami inflasi karena kenaikan upah didukung pencetakan uang. DI samping itu, penurunan tajam harga minyak membuat ekonomi Uni Soviet sebagai produsen minyak dan gas alam terpuruk.

4. Penguatan Militer

Uni Soviet dipercaya meningkatkan pertahanan militer ketika Ronald Reagan menjadi presiden Amerika Serikat. Peningkatan anggaran bagi riset dan pengembangan militer serta pertahanan saat itu dinilai tidak seimbang dengan peningkatan kekuatan ekonomi. Sementara itu, ahli teknologi dan calon wirausahawan yang seharusnya dapat membantu Gorbachev meningkatkan perekonomian justru ditarik untuk memperkuat industri pertahanan.

5. Keletihan Konflik

Selama 10 tahun pendudukan di Afghanistan (1979-1989), sekitar 15,000 tentara tewas dan ribuan terluka. Sementara itu, lebih dari satu juta warga Afghanistan tewas dan lebih dari 4 juta orang mengungsi karena konflik.

Para tentara Uni Soviet menyuarakan kebuntuan yang dialami 10 tahun tersebut kendati dibungkam pemerintah. Sementara itu, Afgantsy, veteran konflik Afghanistan, menolak konflik yang disebut perang Moskow tersebut. Para tentara yang berasal dari Asia Tengah juga merasakan kedekatan etnis dan agama dengan orang Afghanistan ketimbang Uni Soviet.

Demonstrasi di Ukraina lalu pecah seiring konflik di Afghanistan. Konflik tersebut juga memicu negara-negara Baltik melakukan gerakan separatis, sehingga Estonia, Latvia, dan Lithuania merdeka pada 1990.

6. Masuknya Paham Barat

Glasnost (keterbukaan) memicu masyarakat Uni Soviet untuk menjelajahi paham Barat, mulai dari konsep, gagasan, ide, hingga produknya. Pada 1990, warga Uni Soviet kerap mengantri untuk membeli koran-koran liberal dan mengonsumsi bacaan tentang demokratisasi. Antrian juga mengular di McDonald pertama di Uni Soviet pada Januari 1990.

Menguatnya masyakarat dan dan runtuhnya kredibilitas pemerintah Uni Soviet tersebut lantas turut menjadi penyebab runtuhnya Uni Soviet.

Simak Video "Pesawat Militer Amerika Jatuh Saat Latihan Bareng NATO"



(twu/erd)


Page 2

Jakarta -

Uni Soviet merupakan negara terbesar di dunia pada 1 Januari 1991. Di samping memiliki wilayah luas dan jumlah populasi yang tinggi, Uni Soviet saat itu memiliki puluhan ribu senjata nuklir dan pengaruh di penjuru timur Eropa. Setahun kemudian, negara ini hancur. Apa saja penyebab runtuhnya Uni Soviet?

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica, Uni Soviet di awal tahun 1991 memiliki luas wilayah 22.400.000 km persegi. Luas negara ini saat itu meliputi satu per enam permukaan bumi. Wilayah Uni Soviet saat itu didiami lebih dari 290 juta penduduk dengan lebih dari 100 kebangsaan.

Pakta Warsawa (14 Mei 1955-1 Juli 1991) saat itu juga berperan atas pengaruh Uni Soviet di berbagai negara Eropa bagian timur. Pakta Warsawa merupakan perjanjian pertahanan militer bersama antara Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur, Hungaria, Polandia, dan Romania.

Pada 26 April 1986, terjadi ledakan di reaktor Unit 4 pembangkit listrik Chernobyl, Pryp'yat (kini Ukraina). Ledakan dan kebakaran ini menyebabkan dampak radioaktif 400 kali bom Hiroshima dan Nagasaki pada 1945.

Kendati berbahaya dan melanggar doktrin glasnost (keterbukaan), Sekjen Partai Komunis Uni Soviet (Communist Party of the Soviet Union/CPSU) Mikhail Gorbachev memerintahkan para staf pemerintahan untuk tidak menyebarkan informasi bencana nuklir tersebut ke masyarakat dan ke mancanegara. Peserta parade May Day di area terdampak juga tidak diinformasikan, sehingga tetap melaksakan pawai dan selebrasi tanpa tahu akan terdampak paparan radioaktif.

Sejumlah laporan dari Barat ditampik sebagai gosip oleh pemerintah Uni Soviet hingga diakui pada 14 Mei, 18 hari setelah bencana. Pada 4, kebocoran radioaktif baru dapat tertangani oleh petugas. Kelak, dampak radioaktif pada korban-korban terpapar membuat Uni Soviet kehilangan kepercayaan dari masyarakat dan mancanegara.

Beberapa dekade kemudian, Gorbachev mengatakan dalam peringatan bencana Chernobyl, "mungkin ketimbang kebijakan perestroika, Chernobyl mungkin adalah penyebab runtuhnya Uni Soviet sebenarnya 5 tahun kemudian."

2. Kebijakan Perestroika dan Glasnost

Mikhail Gorbachev mengusung kebijakan glasnost (keterbukaan) dan perestroika setelah diangkat jadi Sekjen Partai Komunis Uni Soviet. Glasnost diharapkan dapat memicu dialog dan keterbukaan, sementara perestroika diharapkan memicu kebijakan pasar bebas semu bagi industri milik negara.

Kebijakan perestroika kelak justru memicu sistem kapitalisme dan komunisme yang buruk. Penerapan perestroika saat itu menaikkan harga tanpa memperbaiki layanan yang disediakan, sehingga dianggap hanya menguntungkan pemerintah.

Reformasi Gorbachev dan pengabaian pada Doktrin Brezhnev tentang penyatuan negara-negara komunis di dunia mempercepat runtuhnya Uni Soviet. Pada akhir 1989, Hungaria membuka perbatasan dengan Austria, Solidarity mengambil alih kekuasaan di Polandia, negara-negara Baltik menuju kemerdekaan, dan Tembok Berlin runtuh.

3. Masalah Kebijakan Ekonomi

Kendati memiliki kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia pada 1990, Uni Soviet kekurangan barang konsumsi bertahun-tahun. Hal ini menjadikan ekonomi pasar gelap Uni Soviet setara dengan lebih dari 10 persen PDB resmi negara.

Uni Soviet juga mengalami inflasi karena kenaikan upah didukung pencetakan uang. DI samping itu, penurunan tajam harga minyak membuat ekonomi Uni Soviet sebagai produsen minyak dan gas alam terpuruk.

4. Penguatan Militer

Uni Soviet dipercaya meningkatkan pertahanan militer ketika Ronald Reagan menjadi presiden Amerika Serikat. Peningkatan anggaran bagi riset dan pengembangan militer serta pertahanan saat itu dinilai tidak seimbang dengan peningkatan kekuatan ekonomi. Sementara itu, ahli teknologi dan calon wirausahawan yang seharusnya dapat membantu Gorbachev meningkatkan perekonomian justru ditarik untuk memperkuat industri pertahanan.

5. Keletihan Konflik

Selama 10 tahun pendudukan di Afghanistan (1979-1989), sekitar 15,000 tentara tewas dan ribuan terluka. Sementara itu, lebih dari satu juta warga Afghanistan tewas dan lebih dari 4 juta orang mengungsi karena konflik.

Para tentara Uni Soviet menyuarakan kebuntuan yang dialami 10 tahun tersebut kendati dibungkam pemerintah. Sementara itu, Afgantsy, veteran konflik Afghanistan, menolak konflik yang disebut perang Moskow tersebut. Para tentara yang berasal dari Asia Tengah juga merasakan kedekatan etnis dan agama dengan orang Afghanistan ketimbang Uni Soviet.

Demonstrasi di Ukraina lalu pecah seiring konflik di Afghanistan. Konflik tersebut juga memicu negara-negara Baltik melakukan gerakan separatis, sehingga Estonia, Latvia, dan Lithuania merdeka pada 1990.

6. Masuknya Paham Barat

Glasnost (keterbukaan) memicu masyarakat Uni Soviet untuk menjelajahi paham Barat, mulai dari konsep, gagasan, ide, hingga produknya. Pada 1990, warga Uni Soviet kerap mengantri untuk membeli koran-koran liberal dan mengonsumsi bacaan tentang demokratisasi. Antrian juga mengular di McDonald pertama di Uni Soviet pada Januari 1990.

Menguatnya masyakarat dan dan runtuhnya kredibilitas pemerintah Uni Soviet tersebut lantas turut menjadi penyebab runtuhnya Uni Soviet.

Simak Video "Pesawat Militer Amerika Jatuh Saat Latihan Bareng NATO"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/erd)