Menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten, kompetitif dan memiliki kemampuan yang baik

Kemajuan suatu bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas pendidikan dan sumber daya manusia (SDM) yang ada. Jika tidak dipersiapkan
dengan sebaik-baiknya, maka bukan tidak tidak mungkin akan tertinggal dan kalah bersaing dalam peta persaingan global yang semakin ketat. Terlebih dalam era pasar bebas dunia seperti sekarang ini. Seperti dikatakan Didik Kuntadi, Advisor PT. Aneka Tambang (Antam), saat mengunjungi Universitas Gadjah Mada pada Kamis (23/12) siang.

“Kita harus menyadari bahwa masa depan suatu organisasi dan negara bergantung kepada kualitas SDM-nya, sehingga harus dapat mempersiapkan SDM dengan sebaik mungkin sejak dini agar tidak kalah bersaing dengan negara-negara lain di dunia,” ujar Didik.

Profesional yang sudah berpengalaman dalam bidang Human Resource and Government Relation di berbagai perusahaan multinasional ini menilai SDM di Indonesia sudah cukup mampu bersaing di ranah global. Hanya menurutnya kepercayaan diri untuk menunjukkan kemampuan dan komunikasi dalam berbahasa Inggris perlu ditingkatkan. Universitas sebagai institusi pendidikan juga punya peranan penting dalam membangun softskill dan networking bagi generasi masa mendatang.

“Persaingan ke depan akan semakin ketat dan kita harus mempersiapkan diri, terutama soal keberanian, kepercayaan diri, dan komunikasi berbahasa Inggris. Kedepankan prinsip ‘I CAN DO’ yaitu Integrity, Commitment, Attitude, Networking, Dicipline, dan Orderly,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan Dwi Bagus Hariyanto, dari PT Smelting, yang turut serta datang bersama Didik. Menurut alumnus Psikologi UGM ini, kualitas SDM tenaga kerja Indonesia sudah bisa dipercaya masyarakat global. Hal ini dibuktikan dengan seluruh operasional PT Smelting yang dipegang oleh SDM Indonesia.

“Awalnya underestimate, tapi setelah melihat kemampuan kita, dunia saat ini mengakui bahwa kualitas SDM Indonesia unggul dan setara dengan bangsa maju seperti Jepang, bahkan beberapa dipercaya memegang posisi penting di perusahaan multinasional,” ujarnya.

Bagi Dwi, SDM Indonesia sudah mumpuni dalam hal keilmuan (hardskill) dan juga softskill seperti attitude. Namun dirasa kurang terhadap kepercayaan diri dan komunikasi. Itulah yang menyebabkan dunia menganggap rendah SDM Indonesia.

“Komunikasi penting terutama berbahasa Inggris dan jangan terlalu rendah diri karena akan dianggap rendah bangsa lain, percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki,” ungkapnya.

Keduanya datang ke Universitas Gadjah Mada dalam rangka menjalin komunikasi dan diskusi dengan lembaga pendidikan tinggi terkait kegiatan rekrutmen yang akan diadakan di perusahaannya. Kedatangannya ini disambut hangat oleh Dr. Paripurna, Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM dan Dr. Sulistyowati, Kasubdit Hubungan Alumni UGM di Ruang Rektorat Universitas Gadjah Mada. [Eggy]

[caption id="attachment_377547" align="aligncenter" width="528" caption="flier SCM Summit 2015 di JCC (upcoming event)"][/caption]

Tulisan ini sekedar urun rembug dalam mengulas betapa pentingnya peningkatan peran Sumber Daya Manusia (SDM) dan Industri dalam Negeri dalam Kegiatan Hulu migas.

Pemberlakuan ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 memberikan tantangan tersendiri bagi para praktisi sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Hal ini karena mereka dituntut untuk bisa mencetak tenaga baru yang berkualitas serta meningkatkan kemampuan SDM yang ada sekarang. Upaya itu dilakukan tidak lain agar SDM lokal bisa bersaing dengan tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia.

Lebih-lebih dengan berlakunya AFTA 2015, maka terbukalah kran bagi masuknya tenaga kerja asing yang terampil ke Indonesia, termasuk praktisi SDM dari negara-negara ASEAN. Untuk mengantisipasi kondisi ini, tenaga kerja Indonesia harus memiliki kemampuan untuk bisa bersaing, walaupun mereka hidup di negerinya sendiri. Ini berarti mereka harus mampu mempertahankan posisinya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat dalam kompetisi global yang sangat dinamis ini. Siap atau tidak siap, SDM kita harus siap karena penandatangan itu sudah dilakukan.

Apabila kita merujuk UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pembangunan Nasional dilaksanakan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Pembangunan ketenagakerjaan pun diperlukan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peranannya dalam pembangunan dengan tetap memperhatikan perkembangan dan kemajuan dunia usaha. Dengan demikian, pengembangan kapasitas SDM nasional tidak hanya penting bagi pembangunan, tetapi juga untuk sektor industri agar bisnis bisa berkembang secara berkesinambungan.

Itulah sebabnya dalam usaha mewujudkan bisnis yang berkesinambungan, masyarakat di sekitar proyek perlu dilibatkan sebagai pemangku kepentingan, agar tujuan perusahaan dapat terwujud secara optimal. SKK Migas, sebagai sector hulu minyak dan gas bumi (migas) sebagai salah satu industry yang menyerap banyak tenaga kerja dan berperan dalam mengembangkan kapasitas nasional. Maka sektor hulu migas memiliki peranan yang sangat penting dalam menciptakan masyarakat madani dengan cara memajukan standar pendidikan dan pelatihan di daerah-daerah.

Disamping itu pengembangan kapasitas SDM local, juga bisa dilakukan perusahaan dengan memberikan pemagangan dan kesempatan kerja bagi penduduk sekitar daerah operasi. Hal ini seperti yang telah disampaikan oleh J. Widjonarko,selaku Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SKK Migas pada saat membuka the 41st ARTDO International Leadership and HRD Cinference & Exchibition and the 6th Indonesia HR Summit di Yogyakarta, pada tanggal 6 – 8 September 2014 yang lalu. Acara inidihadiri lebih dari 561 peserta dari berbagai sektor industri, baik di Indonesia maupun luar negeri.

Dalam sambutannya, beliau mengatakan bahwa “Perusahaan perlu mendorong upaya untuk meningkatkan daya saing putra daerah dalam kewirausahaan sehingga tingkat sosial ikut terangkat bersama dengan berkembangnya dunia usaha.”

Oleh karena itu, pimpinan dan praktisi SDM memiliki peran penting dalam mempersiapkan dan membangun SDM yang berkualitas, baik SDM yang ada dalam perusahaan maupun calon pekerja dari daerah sekitar untuk membantu menciptakan masyarakat madani. Dengan demikian, perlu ditetapkan standar kompetensi bagi pengelola SDM sebagai acuan, agar para pemimpin dan praktisi SDM menjadi mumpuni dalam mengemban tugas untuk membina pekerja serta calon pekerja.

Ada empat (4) manfaat yang bisa diperoleh dengan diberlakukannya Standar Kompetisi secara nasional, yaitu sebagai (1) rujukan pelatihan, pendidikan, dan sertifikasi; (2) sebagai acuan dalam proses rekrutmen kerja; (3) sebagai sarana pengembangan karier; (4) serta sebagai acuan dalam menetapkan remunerasi.

Dengan adanya Standar Kompetensi di bidang manajemen SDM, maka para praktisi manajemen SDM di Indonesia memiliki standar kompetisi kerja yang berlaku nasional dengan acuan yang jelas.

Apalagi Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi (migas) tidak lepas dari berbagai masalah. Salah satu kendalanya adalah minimnya tenaga kerja Indonesia yang profesional. Padahal, untuk memenuhi target pemerintah, kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) butuh dukungan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.

Tentunya pemecahan masalah ini membutuhkan sinergi antara SKK Migas, kontraktor KKS, dan institusi pendidikan nasional untuk mencetak tenaga profesional di industri hulu migas. Sinergi tersebut diwujudkan SKK Migas, dan salah satunya melalui Program National Capacity Building (NCB). Program ini dilakukan dengan menggandeng institusi pendidikan dan lembaga pelatihan yang sudah menjadi mitra SKK Migas. Dengan demikian sinergi dalam pelaksanaan program NCB memberikan manfaat positif, baik untuk SKK Migas maupun institusi pendidikan dan pelatihan.

Perjanjian ini melibatkan empat perguruan tinggi, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gajah Mada (UGM), serta Dinas Psikologi Angkatan Darat. Penandatangan perjanjian kerja sama akan ditindaklanjuti dengan pembahasan lanjutan kurikulum technical skill dan soft skill yang bersifat tailored-made.

Dalam Program NCB ini, memang fokus pengembangan tenaga kerja Indonesia ada pada bidang petro technical maupun kompetensi teknis terkait, antara lain Geologi, Geofisika dan Perminyakan, drilling engineer, reservoir engineer, production engineer, serta process engineer. Hal ini karena mengacu pada besarnya kebutuhan tenaga kerja di kegiatan usaha hulu migas dan masih langkanya profesional yang tersedia.

Disamping mencetak tenaga kerja yang kompeten, Program NCB berusaha untuk mendekatkan industri migas dengan kalangan perguruan tinggi dan membantu meningkatkan potensi kapasitas nasional. Dalam pelaksanaannya, program NCB menggunakan lima persen anggaran pelatihan kontraktor KKS produksi sesuai kesepakatan dalam rencana kerja dan anggaran (work program and budget/WP&B) 2013, dimana Penganggaran Program NCB dinyatakan dalam Butir-Butir Kesepakatan Implementasi Program NCB antara SKK Migas dan 24 kontraktor KKS produksi yang telah ditandatangani pada 22 Mei 2013.

Akhirnya, industri hulu migas juga sangat membutuhkan dukungan tenaga kerja profesional untuk bisa memenuhi target sesuai rencana kerja yang telah ditetapkan. Hanya saja, sektor ini tengah menghadapi kelangkaan tenaga kerja nasional, khususnya di bidang petrotechnical. Menyikapi kondisi tersebut, SKK Migas mencanangkan program pengembangan pekerja lintas kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) dengan cara kolaborasi untuk menyiapkan tenaga kerja Indonesia.

Sekedar share opini dan semoga bermanfaat,

Terima kasih.


Lihat Bisnis Selengkapnya

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA