Museum Perumusan Naskah Proklamasi terdiri dari berapa ruangan di lantai 1

Museum  Perumusan Naskah Proklamasi

Jl. Imam Bonjol  No. 1 - Jakarta  Pusat

Telp.     :  (021) 3144743  

Faks.    :  (021)  3924259

Pendirian museum perumusan naskah proklamasi dilatar oleh sejarah panjang bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaannya. Setelah ratusan tahun hidup dalam penjajahan, akhirnya tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan negara Indonesia diproklamasikan. Peristiwa penting sejak persiapan, perumusan, hingga pengesahan atau penandatanganan naskah proklamasi merupakan peristiwa sejarah yang tentu hanya terjadi sekali saja dalam sejarah suatu bangsa.

Museum perumusan naskah proklamasi ini menempati gedung bekas kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, dimana proses lahirnya naskah proklamasi terjadi di gedung tersebut. Didirikan sekitar tahun 1920 dengan arsitektur Eropa pada waktu itu, di tanah seluas 3.914 m2 dan luas bangunan 1.138,10 m2. Ketika pecah Perang Pasifik, gedung ini digunakan British Council General, sampai Jepang akhirnya menduduki Indonesia.

Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang. Setelah Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, gedung ini tetap menjadi tempat tinggal Laksamana Muda Tadashi Maeda, sampai Sekutu mendarat di Indonesia, September 1945. Setelah kekalahan Jepang gedung ini menjadi Markas Tentara Inggris.


Pada 1961, gedung ini dikontrak oleh Kedutaan Inggris hingga tahun 1981. Selanjutnya gedung ini diterima oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 28 Desember 1981. Tahun 1982, gedung ini sempat digunakan sebagai kantor Perpustakaan Nasional. Tahun 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Nugroho Notosusanto, menginstruksikan kepada Direktorat Permuseuman agar merealisasikan gedung bersejarah ini sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0476/0/1992 tanggal 24 November 1992, gedung yang terletak di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta ditetapkan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi, berada dibawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Museum ini memiliki beberapa ruang pameran antara lain ruang Pra-Proklamasi Naskah Proklamasi, Ruang Perumusan Naskah Proklamasi, Ruang Pengesahan/ Penandatanganan Naskah Proklamasi, dan Ruang Pengetikan Teks Proklamasi.


Page 2

Museum Pusaka Nias

Jl. Yos Sudarso 134 A,  Gunung Sitoli 22812 Nias - Sumatera Utara

Telp.  : (0639)-22286                   

Faks : (0639)-21920 

www.museum-nias.org

Sejarah Museum Pusaka Nias bermula pada tahun 1972 saat seorang Missionaris Gereja Katolik, Pastor Johannes M. Hammeris, OFM Cap mulai mengoleksi benda-benda budaya, seni dan sejarah masyarakat Nias. Lama- kelamaan jumlah koleksinya semakin banyak dan dengan teliti beliau mencatat nama dan kegunaannya masing-masing. Dari banyaknya koleksi yang dimiliki tersebut, Pastor Johannes mengusulkan kepada Dewan Ordonya yakni Ordo Kapusin Provinsi Sibolga untuk mendirikan Museum Nias. Dalam rapat pleno Ordo Kapusin Provinsi Sibolga, Pastor Johannes pun dipercaya untuk mengelola museum sampai sekarang.

Berdasarkan petunjuk dari Yayasan Nusantara Jaya, pada 19 April 1991, Pastor Johannes bertindak atas nama Dewan Ordo Kapusin Provinsi Sibolga menghadap notaris untuk mendirikan Yayasan Pusaka Nias sebagai badan hukum Museum Pusaka Nias dengan akta notaris nomor 4 tahun 1991. Setelah Yayasan Pusaka Nias berdiri, hal berikutnya yang ditempuh ialah melakukan hubungan kerja dengan Direktorat Permuseuman, sebelum akhirnya melalui SK Bupati Nias KDH Tingkat I, izin pendirian bangunan (IMB) Museum Pusaka Nias dikeluarkan dengan nomor 646.1/626/SK/1992.

Museum Pusaka Nias memiliki empat paviliun yang berisi koleksi etnografi, arkeologi, sejarah, keramik, biologi, dan senirupa serta satu paviliun khusus tempat koleksi batu-batu megalit.


Page 3

Museum Satria Mandala

Kepala Museum         : Letnan Kolonel Laut, DRS. Arief Sulistyo

Alamat                     : Jln. Gatot Subroto No 14 Jakarta selatan

Telp                         : (021)5227946/5251795 Faks. (021) 5253352

Website                   : www.sejarahtni.mil.id

Dalam upaya melestarikan nilai-nilai juang 1945, pimpinan TNI memandang perlu dibangun sebuah museum sebagai tempat yang dapat memberikan gambaran sejarah perjuangan TNI secara visual kepada masyarakat. Dengan dasar pemikiran tersebut Pimpinan TNI memberikan tugas kepada Kepala Pusat Sejarah TNI saat itu, Brigjen TNI Nugroho Notosusanto untuk mempersiapkan rencana pembangunan Museum TNI

Pembangunan Museum TNI dimulai pada 15 November 1971 dengan merenovasi dan memugar Wisma Yaso yang merupakan bekas rumah Ibu Dewi Soekarno seluas 56.670 m2 namun baru diresmikan pada 5 Oktober 1972 oleh Presiden Soeharto. Koleksi utama Museum ini berupa diorama, senjata, foto, patung pahlawan TNI, Panji-panji TNI, pesawat terbang TNI, kendaraan tempur TNI, meriam, rudal, miniatur alat tempur TNI, koleksi panglima besar Jenderal Sudirman, koleksi Letjen Oerip Soemohardjo, koleks Jenderal A.H Nasution, koleksi Jenderal H.M Soeharto dll.

Fasilitas         :

Lapangan Parkir

Kantin

Toko Souvenir

Taman Musholla

Toilet

Ruang Serba Guna

Waktu operasional           

Selasa-Minggu           : 09.00-14.30 WIB

Senin/Hari besar Nasional tutup

Biaya tiket masuk :

Dewasa/umum                             : Rp 2.500

Mahasiswa/pelajar/anak-anak       : Rp 1.500


Page 4

Museum Tanah

Jl. Irh. Juanda No. 98  Bogor

Telp.     :  0251- 323012, 336757 

Faks.     : 0251- 321606

Berawal dari didirikannya "Laboratorium voor Agrogeologie en Grond Onderzoek" sebagai bagian dari Lands Plantentuin (Kebun Raya Bogor) oleh pemerintah Belanda pada tahun 1905 , yang kemudian menjadi menjadi Bodemkundig Instituut Tahun 1942, pada masa penjajahan Jepang, berubah nama menjadi Dozyoobu dan saat  Negara Republik Indonesia baru saja diproklamirkan, nama Bodemkundig Instituut kembali digunakan.

Balai Penelitian Tanah (Balittanah) bertugas melakukan penelitian untuk menghasilkan teknologi dan informasi sumberdaya dan pengelolaan tanah serta memberikan pelayanan dalam bidang analisis tanah, air, tanaman, dan pupuk, pemetaan, analisis data penginderaan jauh (inderaja), pelayanan basis data tabular dan spasial (menggunakan GIS), serta berbagai pelayanan lain yang berhubungan dengan informasi dan teknologi pengelolaan tanah.

Sejak tanggal 29 September 1988, Balai Penelitian Tanah meresmikan pendirian Museum Tanah yang bekerjasama dengan International Soil Reference and Information Centre (ISRIC) Wageningen Belanda. Museum Tanah merupakan tempat menyimpan model/contoh tanah sebagai koleksi berbagai macam tanah di Indonesia dengan maksud sebagai sumber informasi dalam hal sumberdaya tanah bagi mendukung pembangunan pertanian.

Koleksi museum terdiri atas macam-macam tanah yang disajikan dalam ukuran kecil berupa makromonolit, macam-macam batuan, contoh-contoh pupuk, perangkat uji tanah, peta-peta, maket, alat survei tanah.


Page 5

Museum Bahari

Jl. Pasar Ikan No. 1 Jakarta Barat

Telp.     :  (021) 6693406, 6692476

Museum Bahari adalah museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Museum ini berada di bawah pengawasan dari Dinas Kebudayaan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Pada masa pendudukan Belanda bangunan ini adalah gudang yang menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama VOC. Bangunan yang berdiri persis di samping muara Ci Liwung ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen  atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun 1652-1771) dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen  atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari.

Pada masa Jepang gedung-gedung ini dipakai sebagai tempat menyimpan barang-barang logistik Jepang. Setelah masa kemerdekaan Indonesia bangunan ini dipakai oleh PLN dan PTT sebagai gudang, selanjutnya dipugar kembali pada tahun 1976. Pada tahun 7 Juli 1977 diresmikan sebagai Museum Bahari.

Museum ini menyimpan koleksi-koleksi berupa perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC. Selain itu ada pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran. Juga peralatan yang digunakan oleh pelaut di masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam. Museum Bahari menampilkan juga koleksi biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan Nusantara, matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia-Amsterdam. 


Page 6

Museum Rahmat

Jl. S. Parman No.309 Medan 20112, North Sumatra –Indonesia

Telp : +62 61 4569964 (Hunting)

Faks : +62 61 4575934

http://www.rahmatgallery.com

“Rahmat” International Wildlife Museum & Gallery merupakan satu-satunya museum di Asia yang memiliki ±1000 spesies satwa dari berbagai Negara. Kini, setelah dilakukan pengembangan gedung yang selesai pada 23 oktober 2007, Museum & Galeri ini memiliki luas gedung 2970 m². Museum & Galeri ini telah tercatat dalam Record Book dan telah menerima penghargaan internasional di bidang konservasi dalam upaya pencegahan kepunahan satwa liar dunia. Menampilkan berbagai koleksi satwa liar dari yang terkecil hingga yang terbesar sesuai dengan habitatnya.

Melalui Museum & Galeri ini pengunjung dapat mengetahui keanekaragaman satwa liar yang ada di dunia, mengenalkannya kepada anak-anak, kian tumbuh kesadaran untuk menjaga kelestarian hidup satwa liar di dunia. Selain sebagai museum, wahana ini juga ditujukan sebagai sarana penelitian sekaligus obyek wisata.


Page 7

Museum Kalijati

Alamat  : Jalan Kalijati Barat Kec. Kalijati Subang

Museum Rumah Sejarah pada awalnya merupakan rumah dinas biasa yang dibangun tahun 1917 untuk tempat tinggal Perwira Staf dari Sekolah Penerbang Hindia Belanda di PU Kalijati. Guna mengenangnya sebagai tempat bersejarah atas inisiatif Komandan Lanud Kalijati saat itu, Letkol Pnb Ali BZE maka pada tanggal 21 Juli 1986 diresmikan sebagai sebuah museum dengan nama “Museum Rumah Sejarah”. Dengan demikian generasi penerus Bangsa Indonesia akan mengetahui tempat tersebut sebagai salah satu tempat bersejarah saat penyerahan kekuasaan penjajahan Belanda kepada Jepang.


Sejak diresmikannya “Museum Rumah Sejarah” tersebut, memori terhadap peristiwa bersejarah itu khususnya dari para pelaku perjuangan kemerdekaan tanah air kembali terkenang. Hal ini terbukti dengan diperingatinya 60 tahun berakhirnya era penjajahan Belanda di Museum Rumah Sejarah itu pada tanggal 9 Maret 2002 oleh Yayasan 19 September 1945 dan Yayasan Ermelo 96 sebagai paguyuban para pelaku perjuangan kemerdekaan. Acara tersebut dihadiri juga beberapa pejabat pemerintah dan pejabat teras Markas Besar TNI Angkatan Udara termasuk KSAU Marsekal TNI Hanafi Asnan.


Page 8

Museum Linggarjati

Alamat  : Jalan Linggarjati Kec. Cilimus Kab. Kuningan

Pada tahun 1946 di gedung ini berlangsung peristiwa bersejarah yaitu Perundingan antar Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda yang menghasilkan Naskah Linggarjati sehingga gedung ini sering disebut Gedung Perundingan Linggajati. Sejak aksi militer tentara Belanda ke-2 1948-1950 gedung dijadikan markas Belanda, kemudian pada tahun 1950 - 1975 difungsikan menjadi Sekolah Dasar Negeri Linggajati, selanjutnya pada tahun 1975 Bung Hatta dan Ibu Sjahrir berkunjung dengan membawa pesan bahwa gedung ini akan dipugar oleh Pertamina, tetapi usaha ini hanya sampai pembuatan bangunan sekolah untuk Sekolah Dasar Negeri Linggajati yang selanjutnya pada tahun 1976 gedung ini oleh diserahkan Kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dijadikan Museum Memorial.

Koleksi yang dimiliki museum ini adalah berupa naskah perundingan, foto-foto, dan meja kursi.


Page 9

Museum Asia Afrika

Jalan Asia Afrika nomor 65, Bandung

     Telp.     :  (+62-22) 4233564/ 4238031,

     Faks     : (+62-22) 4238031

Website: http://www.asianafrican-museum.org/

Gagasan pendirian Museum Konferensi Asia Afrika diwujudkan oleh Joop Ave sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, bekerja sama dengan Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh PT. Decenta, Bandung.

Museum Konferensi Asia Afrika diresmikan berdirinya oleh Presiden RI Soeharto pada tanggal 24 April 1980 sebagai puncak peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.

Museum KAA memamerkan sejumlah koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto dokumenter peristiwa pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.


Page 10

Museum Pancasila Sakti

Jl. Pondok Gede Jakarta Timur (13810 )

Telp.     :  (021) 8400423  

Faks     :  (021) 8411388

Monumen ini dibangun di atas tanah seluas 14,6 hektar atas prakarsa Presiden ke-2 RI, Soeharto untuk mengenang perjuangan para Pahlawan Revolusi dalam mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis.

Monumen ini terdapat di Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah selatannya adalah markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, dan sebelah utaranya adalah Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, sementara di timurnya adalah Pasar Pondok Gede, dan sebelah baratnya, Taman Mini Indonesia Indah.

Sebelum menjadi sebuah museum sejarah, tempat ini merupakan tanah atau kebun kosong yang dijadikan sebagai pusat pelatihan oleh Partai Komunis Indonesia. Di kemudian hari tempat itu dijadikan sebagai tempat penyiksaan dan pembuangan terakhir para korban Gerakan 30 September 1965 (G-30S/PKI).

Setelah dibangun dan diperbaiki kembali, Lubang Buaya dijadikan sebagai museum sejarah, yang di dalamnya terdapat Monumen Pancasila Sakti, museum diorama (miniatur 3D untuk menggambarkan figur para pahlawan revolusi), sumur tua, sebuah ruangan relik, dan lapangan peringatan peristiwa sejarah itu. 


Page 11

Museum Nasional 

Jl. Merdeka  Barat  No.12  Jakarta  10110

Telp.     :  (021) 3811551, 3812346 

Faks.    :  (021) 3811076,  3447778

Museum ini awalnya bernama Museum Royal Batavian Society of Arts and Sciences Batavia, dibangun pada tahun 1862 oleh Pemerintah Belanda di bawah Gubernur Jenderal JCM Radermacher. Sebelum diresmikan pada tahun 1868, cikal bakal museum ini bermula pada 24 April 1778, berawal dari perhimpunan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang dibentuk oleh pemerintah Belanda, bertujuan menelaah riset-riset ilmiah di Hinda Belanda. Radermacher menyumbangkan sebuah gedung yang bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya sehingga menjadi dasar untuk pendirian museum dan perpustakaan.

 Pada 1923 Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen memperoleh gelar "koninklijk" karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga bernama lengkap menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (KBG). Pada 26 Januari 1950 KBG diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia.

 Pada masa pemerintahan Inggris di bawah pimpinan Sir Thomas Stamford Raflles (1811-1816), yang sekaligus sebagai Direktur dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, diperintahkan pembangunan gedung baru yang terletak di Jalan Majapahit No.3. Gedung yang kini berada di kompleks Sekretariat Negara ini dulunya digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dahulu bernama "Societeit de Harmonie".) Pada tahun 1862, pemerintah Hinda-Belanda kembali mendirikan gedung baru yang setelah koleksi berlokasi di Jalan Merdeka Barat No.12 dan dibuka untuk umum pada tahun 1868.

 Museum Nasional dikenal pula sebagai Museum Gajah sejak dihadiahkannya patung gajah perunggu oleh Raja Chulalongkorn dari Thailand pada tahun 1871. Namun pada tanggal 28 Mei 1979, nama museum ini resmi menjadi Museum Nasional Republik Indonesia, yang pada 17 September 1962 diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia oleh pengelolanya yakni Lembaga Kebudayaan Indonesia. Semenjak itu museum dikelola secara resmi oleh Direktorat Jenderal Sejarah dan Arkeologi di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Menurut catatan, hingga tahun 2001, Museum Nasional Republik Indonesia telah memiliki koleksi mencapai 109.342 buah. Karenanya tak heran bila museum yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat ini disebut sebagai yang terlengkap di Indonesia. Pada tahun 2006 saja, jumlah koleksinya sudah melebihi 140.000 buah, tapi baru sepertiganya saja yang dapat diperlihatkan kepada khalayak. 

Beberapa koleksi museum ini yang amat terkenal kebanyak berasal dari masa Hindu-Buddha, antara lain Arca Adityawarman sebagai Bhairawa, gambar prasasti Singosari yang berangka tahun 1351 M, termasuk pula benda-benda etnografi, perunggu, prasejarah, keramik, tekstil, numismatik, relik sejarah, serta manuskrip-manuskrip kuno yang kini di simpan di Perpustakaan Nasional.


Page 12

Museum Tekstil

Jl. KS Tubun No. 2-4, Petamburan, Jakarta Barat

Telp.     :  (021) 5606613

Sebelum menjadi museum tekstil, gedung ini mulanya adalah rumah pribadi seorang warga negara Perancis yang dibangun pada abad ke-19. Tempat ini kemudian dibeli oleh konsul Turki bernama Abdul Azis Almussawi Al Katiri, yang selanjutnya pada tahun 1942 dijual kepada Dr. Karel Christian Cruq. 

Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, gedung ini difungsikan sebagai markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan tahun 1947 didiami oleh Lie Sion Pin. Departemen Sosial kemudian membeli gedung tersebut pada 1952 dan diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta. Gedung ini diresmikan sebagai Museum Tekstil pada tanggal 28 Juni 1976 oleh Ibu Tien Soeharto.

Gagasan untuk mendirikan Museum Tekstil muncul tahun 1975 yang dilatarbelakangi sinyalemen membanjirnya tekstil modern yang dikhawatirkan menggeser tekstil tradisional nusantara. Pemrakarsa gagasan tersebut adalah Kelompok Pecinta Kain Tradisional Indonesia WASTRAPREMA, Bapak Ir.Safioen (saat itu selaku Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian). Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu dijabat oleh Bapak Ali Sadikin mendukung upaya ini dan menyediakan tempat bagi museum yang akan didirikan yaitu gedung yang berada di Jl. KS Tubun No. 4 Petamburan, Jakarta Barat. Pada tanggal 28 Juni 1976 gedung ini diresmikan sebagai Museum tekstil oleh Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara pada saat itu) dengan disaksikan oleh Bapak Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta.

Pada tahun 1998 Pemda DKI Jakarta melakukan perluasan areal Museum Tekstil ke sebelah timur dan sekaligus menjadikan gedung tua di Jl. KS Tubun No. 2 tersebut sebagai sarana penunjang kegiatan museum dengan menampung partisipasi masyarakat untuk turut mengembangkan tekstil kontemporer yang berkembang di Indonesia, sehingga gedung ini diberi nama Galeri Tekstil Kontemporer. Gedung II diresmikan penggunaannya pada tanggal 21 November 2000, ditandai dengan berlangsungnya kegiatan perdana berupa Pameran Koleksi Batik Iwan Tirta, hasil kerja sama Museum Tekstil dengan Wastraprema dan Yayasan Mitra Museum Indonesia. Selanjutnya berturut-turut pernah diselenggarakan juga kerja sama kegiatan dengan Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika (PPIA), Pusat Kebudayaan Perancis, Pusat Kebudayaan Meksiko, serta beberapa lembaga/kelompok masyarakat lainnya.

Koleksi awal yang dihimpun di Museum Tekstil diperoleh dari sumbangan Wastraprema (sekitar 500 koleksi), selanjutnya makin bertambah melalui pembelian oleh Dinas Museum dan Sejarah/ Dinas Museum dan Pemugaran/Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, serta sumbangan dari masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Hingga saat ini koleksi Museum Tekstil tercatat sejumlah 1914 buah.


Page 13

Museum GBKP

Komplek Taman Jubileura GBKP, Jl. Jamin Ginting Km. 45, Sukamakmur

Telp      : (0628)   97269 

Gagasan pendirian Museum GBKP (Gereja Batak Kristen Protestan) muncul pada saat perencanaan perayaan jubileum 100 tahun GBKP (18 April 1890-18 April 1990), yaitu peringatan masuknya Injil ke tanah Karo. Museum GBKP dibangun untuk melestarikan materi dan dokumen sejarah masuk dan berkembangnya agama Kristen di tengah orang Karo.

Museum GBKP terletak di lokasi retret Taman Jubelium 100 Tahun GBKP. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada 30 Juli 1990 bersamaan dengan peresmian Taman Jubelium 100 Tahun GBKP. Pada mulanya museum ini digunakan sebagai sarana penunjang kegiatan retret GBKP. Baru pada 2003 gedung museum diserahkan oleh pengurus GBKP kepada Kepala Biro Museum, Perpustakaan, dan Kebudayaan Karo. Peresmian Museum GBKP dilaksanakan pada 11 Agustus 2007 oleh Gubernur Sumatera Utara Rudolf Pardede.

Museum ini mempunyai 143 koleksi, meliputi koleksi etnografi, arkeologi, sejarah, filologi, dan keramik.


Page 14

Museum Wayang

Museum Perumusan Naskah Proklamasi terdiri dari berapa ruangan di lantai 1

      Alamat  : Jl. Pintu Besar Utara No. 27 Jakarta Barat

Bangunan Museum Wayang mulanya merupakan gereja tua yang  didirikan VOC pada tahun 1640 dengan nama ‘de oude Hollandsche Kerk. Hingga tahun 1732 gedung ini berfungsi sebagai tempat peribadatan penduduk sipil dan tentara Belanda yang tinggal di Batavia.

Pada tahun 1733 gereja tersebut dipugar dan namanya diubah menjadi “de nieuwe Hollandsche Kerk” yang berdiri terus sampai tahun 1808. Di halaman gereja yang kini menjadi taman terbuka Museum Wayang terdapat prasasti-prasasti yang berjumlah 9 (sembilan) buah yang menampilkan nama-nama pejabat Belanda yang pernah dimakamkan di halaman gereja tersebut.

Akibat terjadinya gempa, bangunan Gereja Belanda tersebut sempat rusak. Selanjutnya di lokasi tersebut dibangun kembali sebuah gedung yang difungsikan sebagai gudang milik perusahaan Geo Wehry & Co.  Bagian depan museum ini dibangun pada tahun 1912 dengan gaya Noe Reinaissance, dan pada tahun 1938 seluruh bagian gedung ini dipugar dan disesuaikan dengan gaya rumah Belanda pada zaman Kolonial.

Pada tanggal 14 Agustus 1936 gedung beserta tanahnya ditetapkan menjadi monumen. Selanjutnya dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) yaitu lembaga independen yang bertujuan memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian. Pada tahun 1937 lembaga tersebut menyerahkan gedung kepada Stichting oud Batavia dan kemudian dijadikan museum dengan nama “de oude Bataviasche Museum “ atau museum Batavia Lama yang pembukaannya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer, pada 22 Desember 1939.


Page 15

Museum Joang '45 

Jl. Menteng  Raya  31 - Jakarta  Pusat

Telp.     :  (021) 3909148    

Faks.    :  (021) 3909185, 3909158, 3023185

Terletak di Jalan Menteng Raya 31, Kebon Sirih-Menteng, gedung yang kini dipergunakan sebagai Museum Joang ‘45 ini awalnya adalah hotel yang dikelola oleh keluarga “L.C. Schomper”, seorang berkebangsaan Belanda yang telah lama tinggal di Batavia. Ketika Jepang masuk ke Indonesia (1942-1954) dan menduduki Batavia, hotel tersebut diambil alih oleh pemuda-pemuda Indonesia dan kemudian digunakan sebagai kantor yang dikelola oleh Ganseikanbu Sendenbu (Jawatan Propaganda Jepang) yang dikepalai oleh seorang Simizu. Di tempat ini pulalah kemudian dilakukan program-program pendidikan politik untuk membina pemuda-pemuda Indonesia, yang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah Jepang. Setelah direnovasi, museum ini diresmikan pada tahun 1974 oleh Presiden Soeharto.

Museum ini menyimpan koleksi benda-benda peninggalan para pejuang Indonesia yang mencerminkan jejak perjuangan kemerdekaan RI. Di antaranya terdapat mobil dinas resmi Presiden dan Wakil Presiden RI Pertama yang dikenal dengan mobil REP 1 dan REP 2, dan Mobil Peristiwa Pemboman di Cikini. Selain itu ada pula koleksi foto-foto dokumentasi dan lukisan yang menggambarkan perjuangan sekitar tahun 1945-1950-an. Beberapa tokoh perjuangan ditampilkan pula dalam bentuk patung-patung dada.


Page 16

Museum Goedang Ransoem

Jl. Abdul Rahman Hakim, Kel. Air Dingin, Kota Sawahlunto – Sumatera Barat

Telp      : (0754)   61985

Museum Goedang Ransoem merupakan bekas dapur umum yang dibangun pada 1918, di masa penjajahan Belanda. Dapur umum ini dilengkapi dua buah gudang besar dan steam generator (tungku pembakaran) untuk memasak 3900 kg beras setiap hari bagi para pekerja tambang batubara (orang rantai), pasien rumah sakit, dan keluarga pekerja tambang.

Pada zaman Jepang hingga agresi Belanda II, aktivitas memasak dalam skala besar masih berlangsung. Sejak 1950-an setelah perang, aktivitas masak-memasak di dapur umum ini mulai menurun. Pada pertengahan 1970-an hingga 1980-an bangunan dapur umum ini dimanfaatkan sebagai tempat pendidikan dan perumahan karyawan Tambang Batubara Ombilin. Sampai awal 2005 bangunan ini masih dipakai sebagai tempat tinggal oleh masyarakat setempat.

Pada 2004-2005 kompleks bangunan bersejarah ini mulai dikonservasi dan ditata oleh Walikota Sawahlunto untuk dimanfaatkan sebagai museum. Peresmian museum dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 17 Desember 2005. Museum Goedang Ransoem dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Peninggalan Bersejarah di bawah pembinaan Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, dengan koleksi terdiri atas berbagai peralatan masak-memasak, seperti tungku pembakaran, periuk (ketel), lansang, dandang sabet, sekop, gergaji lobang, songket, foto, dan keramik.


Page 17

Museum Perjuangan Bogor

Jl. Merdeka No. 56 Bogor

Telp.     :  0251- 9135879

Faks     : 0251- 326377

Museum Perjuangan Bogor didirikan atas hasil musyawarah para tokoh pejuang Bogor dengan maksud untuk mewariskan semangat dan jiwa juang serta nilai-nila 45 kepada generasi sekarang dan yang akan datang. Gedung ini dibangun pada tahun 1879 milik seorang pengusaha Belanda yang bernama Wilhelm Gustaf Wissner. Gedung ini diantaranya digunakan sebagai tempat pergerakan nasional pada tahun 1935, tahun 1942 sebagai gudang oleh tentara Jepang untuk menyimpan barang-barang milik intermiran Belanda, dan juga digunakan untuk menyambut dan mempertahankan kemerdekaan RI pada tahun 1945. Pada tanggal 20 Mei 1958 gedung ini dihibahkan dari pemiliknya yang terakhir yaitu Umar Bin Usman Albawahab menjadi Museum Perjuangan Bogor.

Berbagai koleksi mata uang, senjata, baik tradisional maupun modern yang pernah digunakan untuk bertempur melawan penjajah, tersimpan rapi dan menjadi koleksi khusus di museum yang diresmikan 10 November 1957 oleh Komandan Korem 061/Suryakancana Letkol Isak Juarsa.

Tak hanya koleksi senjata dari berbagai ukuran yang masih terawat.Berbagai replika keheroikan beragam pertempuran yang pernah terjadi di wilayah Bogor kurun waktu 1945-1950 juga tersimpan rapi di museum tersebut.


Page 18

Museum Rumah Bung Karno

Alamat  : Jl. Soekarno Hatta – Bengkulu. Pasar Anggust Atas, Provinsi Bengkulu

Lokasi Rumah Pengasingan Bung Karno terletak di Jalan Jeruk yang sekarang berganti nama menjadi Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu. Di rumah ini tersimpan benda-benda peninggalan Bung Karno yang memiliki nilai sejarah termasuk saat Beliau menyusun strategi-strategi perjuangan selama di pengasingan. Pembagian ruangan dan penataan koleksi benda bersejarah di rumah ini rapi dan teratur.

Rumah pengasingan ini berukuran asli adalah 162 m² dengan bangunan 9 x 18 m. Bentuk bangunannya empat persegi panjang tidak berkaki dan dindingnya polos. Memiliki halaman yang cukup luas dengan atap berbentuk limas. Pintu utamanya berdaun ganda berbentuk persegi panjang dengan jendela persegi panjang berhias kisi-kisi. Belum diketahui kapan rumah ini pertama kali didirikan, namun diperkirakan dibangun awal abad ke-20.

Mulanya rumah tersebut merupakan milik pengusaha Tionghoa bernama Tan Eng Cian penyumplai  sembako untuk Pemerintah Hindia Belanda pada masa itu. Terdapat ciri rumah Cina dari bangunannya pada lubang angin yang terdapat di atas jendela dan pintu bermotif huruf Cina. Rumah ini kemudian disewa oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk menempatkan Bung Karno selama diasingkan di Bengkulu.

Saat ini bangunan lamanya masih dipertahankan seperti awalnya hanya saja pada 2006 Pemprov Bengkulu menambahkan bangunan bernama Persada Bung Karno yang berfungsi sebagai museum, perpustakaan, ruang pertemuan, dan gedung pertunjukan.


Page 19

Museum Simalungun

Kepala museum         :Drs. Djamen Purba

Alamat                     : Jln. Jenderal Sudirman No. 20 Pematangsiantar

Telp.                        : (0622) 21954

Sejarah Musum Simalungun berdiri sebagai keputusan pertemuan Harungguan yang diadakan pada 14 Januari 1937 dan dihadiri oleh tujuh orang Raja Simalungun, kepala distrik, Tungkat, tokoh masyarakat, dan tokoh pemerintahan.

Museum di Pematang Siantar ini bertujuan melestarikan budaya Batak Simalungun. Pembangunan museum dimulai pada April 1939 dan selesai pada Desember 1939. Semula museum ini disebut Rumah Pusaka Simalungun, diresmikan pada 30 April 1940. Museum Simalungun dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun yang didirikan pada 27 September 1954.

Koleksi utama dari museum ini antara lain:

1.Koleksi Etnografika: peralatan rumah tangga

2.Koleksi keramikologis: jenis porselin buatan China, Honand dan Spanyol

3.Koleksi numismatika: mata uang

4.Koleksi naskah kuno: terbuat dar raut kayu alim dan bambu anyam

5.Koleksi arkeologi: aneka arca

6.Koleksi hand craft: ornament yang bahannya terbuat dari kayu

Kolek    koleksi dari museum ini berjumlah 975 buah.


Page 20

  • Museum Tanjung Pandan (UPTD Museum Pemkab. Belitung)

  • Museum Negeri  Provinsi  Jambi
  • Museum Perjuangan Rakyat Jambi

  • Museum Negeri  Provinsi Bengkulu
  • Museum Rumah Bung Karno

  • Museum Negeri  Provinsi Lampung " Ruwa Jurai "

  • Museum Negeri Provinsi Kalimantan Tengah "Balanga"
  • Museum Kayu Sampit

  • Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara  "Wanua Paksinata"

  • Museum Negeri Provinsi Sulawesi Tengah

  • Museum Negeri Provinsi Maluku "Siwa Lima"

  • Museum Kedaton Sultan Ternate
  • Museum Sonyie Malige