Orang yang memanfaatkan waktu dengan baik termasuk orang yang

Orang yang memanfaatkan waktu dengan baik termasuk orang yang

Dalam pepatah Arab mengatakan “waktu laksana pedang”. Orang Inggris bilang“Time is money”waktu adalah uang. Begitup entingnya waktu bagi kita sehingga waktu dianalogikan seperti pedang atau uang. Waktu selalu bergerak maju, semakin lama semakin jauh meninggalkan kita dan sang waktu tidak akan pernah kembali. Waktu yang kita miliki sangat terbatas termasuk umur kita pun terbatas, jika kita tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik, dalam arti mengisi jatah waktu dengan kegitan positif suatu saat, kita sendiri yang akan rugi.

Ketika kita membahas tentang waktu tentu tidak akan lepas dari masa atau kehidupan di dunia ini maka, kita tidak akan lepas dari suatu masa dalam hal beraktivitas. Mulai dari sekecil apapun aktivitas kita di dalamnya selalu dikaitkan dengan waktu.

Hidup sangat dibatasi oleh waktu, berkaitan dengan masa hidup manusia, perjalanan waktu merupakan pertambahan umur dan sekaligus pengurangan jatah umur dan pengurangan kesempatan. Umur manusia itu adalah terbatas, jika umur manusia berkurang, maka kesempatan hidup semakin sempit dan pendek, jika kita tidak bisa memanfaatkan waktu dan kesempatan, maka semakin sulit kita untuk kembali membangun dan mengembangkan potensi.

Terkadang kita tidak menyadari betapa berharganya sebuah waktu. Setiap kali kita membuka mata pada hari yang baru, pada pergantian hari ke minggu, pergantian minggu ke bulan, pergantian bulan ke tahun demikian seterusnya, secara sadar atau tidak, manusia terseret ke dalam sebuah rangkaian perjalanan waktu, dimana sebuah perjalanan ini tidak bisa dihentikan. Setiap detik waktu adalah perjalanan suatu masa yang permanen dan tidak akan pernah terulang lagi.

Bagi yang menyadari bahwa durasi (rentang waktu) umur manusia sangat terbatas, maka adalah sebuah kesalahan besar jika manusia membuang waktunya dengan hal yang tidak bermakna. Sebab di dalam ruang waktu tersimpan kesempatan yang harus kita isi dengan keseimbangan pencapaian kebutuhan, baik jasmani (dunia) maupun rohani (akhirat). Untuk mencapai keseimbangan, terdapat 2 kelompok yang perlu kita perhatikan:

Pertama, untuk golongan masyarakat yang hanya sebatas ingin memenuhi kebutuhan hidup, tanpa berkeinginan lain yang lebih. Kebanyakan dari mereka banyak sekali melewatkan kesempatan untuk bisa mencapai posisi yang lebih tinggi. Baginya asal sudah bisa memenuhi kebutuhan primer, ya sudah. Tanpa perlu memikirkan, bagaimana bisa menciptakan sebuah strata kehidupan, dimana kita berada di atasnya. Kelompok pertama ini, tergolong pada orang-orang yang tidak menghargai waktu dalam hidupnya. Hal ini tentu sangat disesalkan.

Kedua, adalah orang-orang yang berambisi besar, menjadi yang paling hebat. Tanpa dibarengi perlengkapan kebutuhan spiritual yang membawa kita pada pencapaian kebutuhan rohani (akhirat). Sekalipun orang ini dikelompokkan pada golongan orang yang rajin. Yang jelas, sebagian besar dari masyarakat ini, berusaha sekuat tenaga untuk mencapai yang paling atas. Tanpa perlu menengok lebih jauh, di manakah kedalaman makna atas sesuatu yang sebenar-benarnya. Yakni ketinggian kedudukan yang baik nilainya menurut kita dan juga baik di hadapan Allah SWT. Golongan masyarakat ini pun, termasuk orang-orang yang tidak bisa menghargai waktu. Sebab tidak bisa memanfaatkan kesempatan yang ada, agar menjadi manusia yang menuju kesempurnaan hidup. Berhasil di dunia, dan juga di akhirat. Sayang sekali bukan.

Jika kita renungkan bahwa, kelompok orang yang tidak menghargai waktu lambat laun akan membawa manusia itu sendiri pada keterpurukan hidup. Bahkan dapat berakibat kehancuran suatu bangsa. Kenapa urusan diri pribadi bisa meluas pada kelompok yang lebih besar? Sebab bangsa yang besar terbentuk dan terbangun dari sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengkombinasikan semuanya menjadi sebuah kondisi yang seimbang antara kebutuhan duniawi dan kebutuhan ukhrawi yang terimplementasikan dalam sebuah pemanfaatan waktu dalam setiap kesempatan dengan aktivitas yang bermakna.

Perlu kita berintrospeksi diri. Sudahkah kita memanfaatkan waktu dengan baik, dalam satu kali kesempatan hidup ini? Agar hidup yang kita jalani, bisa memanfaatkan waktu yang ada secara maksimal. Tanpa secelahpun waktu yang terlewat dengan sia-sia dan percuma.

Ketika kita dapat menghargai waktu maka akan terciptalah suatu kedisiplinan dalam kehidupan kita. Disiplin itu sendiri adalah suatu keadaan dimana kita taat dan patuh terhadap suatu norma atau nilai-nilai yang terdapat dalam suatu dimensi waktu.

Disiplin dalam menggunakan waktu maksudnya kita dapat menggunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, membagi waktu dengan baik, mana yang harus diutamakan dan mana yang harus di tinggalkan.

Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari menghargai waktu dan disiplin :

•           Pekerjaan tidak menumpuk

•           Membantu otak agar lebih mudah untuk berfikir

•           Melatih rasa kepedulian

•           Menghargai orang-orang disekitar

•           Kita disegani oleh orang lain

•           Menaikkan kelas sosial

Pada intinya kita harus belajar lebih lagi, kenapa orang lain bisa sedangkan kita tidak ?. kita harus menanamkan rasa khawatir dalam diri jika kita tidak disiplin maka apa tanggapan orang lain terhadap kita, apa mereka suka atau tidak, tentunya tidak. 

Langkah-Langkah Pemanfaatan Waktu :

1.      Isi waku kosong dengan kegiatan yang bermanfaat .

2.      Menggunakan satu waktu untuk banyak kegiatan

3.      Membagi waktunya dalam berbagai kegiatan

4.      Ambillah waktu istirahat untuk memulihkan/mengumpulkan tenaga

5.      Tidak menunda pekerjaan/mengerjakan pekerjaan pada waktunya

6.      Memilih amalan dan kegiatan yang bermanfaat bagi orang banyak .

7.      Menggunakan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan sebuah program .

8. Jangan menangguhkan kesempatan di depan kita sampai hari esok, sebab hari esok belum tentu ada untuk kita.

Tetap pandangan lurus ke depan. Penuh visi dan misi, agar memacu kita menjadi manusia yang sempurna. Sempurna di dunia dan mulia di mata Allah SWT. Berusahalah mencapai derajat yang tertinggi. Jangan pernah putus asa untuk menjadi lebih baik. Karena tak ada kata terlambat untuk sebuah proses menuju peningkatan hidup yang lebih baik. Sebagai penutup, jadilah individu yang bisa menghargai waktu. Insya Allah, predikat manusia yang menuju sempurna bisa tercapai. Amin.

Semoga tulisan yang jauh dari sempurna ini bisa memberikan manfaat sekaligus sebagai bahan perenungan tentang segala yang pernah dan sedang kita lakukan sampai pada usia kita sekarang

Ditulis oleh

Drs. H.Achmad Yasmin

Kepala SDN Gunong Sekar 1 Sampang

MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG—Kehidupan manusia ada dalam lingkup waktu. Begitu pentingnya waktu, Allah Swt sampai bersumpah ‘demi waktu’ dalam beberapa surat di al-Quran. Di antaranya, Allah bersumpah dalam QS. Al Fajr ayat 1, demi waktu fajar.
“Dalam surah itu Allah memberikan waktu kepada manusia untuk digunakan sebanyak-banyaknya untuk berpikir, merenung, dan merencanakan apa yang akan dilakukan.

Apakah lebih banyak dipakai taat atau maksiat?” tanya Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad dalam Khutbah Jumat pada Jumat (10/09).


Waktu fajar diibaratkan sebagai masa muda. Masa ketika manusia berada dalam puncak fisik yang kuat dan kokoh. Dadang menyayangkan bila masa muda dihabiskan untuk hidup foya-foya tanpa amal saleh. Padahal, di usia yang prima seharusnya dimanfaatkan untuk beramal saleh, giat menuntut ilmu, agar kelak saat dewasa bisa produktif berkarya.


“Masa muda Anda yang penuh dengan fitalitas, kakinya, sendinya, dan fisik lainnya masih kuat, tapi dipakai untuk apa? Apakah maksiat atau taat beriman kepada Allah? Semoga mereka dapat memanfaatkan waktu mudanya dengan sebaik-baiknya,” harap Dadang.


Selanjutnya, kata Dadang, Allah bersumpah demi waktu dluha dalam QS. Ad Duha, yang isinya perintah dari Allah agar manusia berkarya dan berbagi dengan sesama menjadi manusia yang produktif. Kemudian Allah bersumpah dalam QS. Al Ashr, demi waktu asar. Dalam surah itu Allah menegaskan seluruh manusia merugi bila mereka menyia-nyiakan masa muda. Selain itu, Allah bersumpah pada Surah Al Lail, demi waktu malam.


Apa yang hendak disampaikan Dadang ini memiliki filosofi bahwa ketika manusia di waktu fajar atau masa muda maka harus giat belajar dan beramal saleh, di waktu dluha atau usia produktif manusia bisa bekerja dan berbagi, di waktu asar atau usia senjadi menjadi masa di mana ia tidak akan merugi. Terakhir, di waktu malam atau sesudah meninggal, manusia itu akan dapat ‘tidur’ dengan nyenyak atau tenang.


“Sinar saya sebentar lagi terbenam, sekarang di usia senja. Saya tidak mengharapkan terlalu panjang karena kata Rasul, umur manusia itu di antara 60 atau 70 tahun, sangat jarang yang melewati usia 100 tahun. Kita rugi kalau tidak punya prestasi di mata Allah,” tutur Guru Besar Sosiologi Agama UIN Sunan Gunungjati ini.