Pentingnya kesehatan mental di tempat kerja

Pandemi COVID-19 telah semakin terkendali, dengan kembalinya aktivitas kerja sebelum pandemi, seperti datang ke kantor. Namun, perusahaan tidak dapat memungkiri bahwa keseimbangan antara kerja dan aktivitas lainnya (work-life balance) selama dan pasca pandemi telah mengubah cara orang bekerja dan berpengaruh pada produktivitas. Perubahan situasi yang dinamis telah menyebabkan peningkatan masalah kesehatan mental, termasuk dampak pada tingkat stres di antara karyawan.

Dalam wawancara podcast dengan Tech in Asia, Theodoric Chew, Co-Founder dan CEO Intellect, platform kesehatan mental yang berbasis di Singapura, mengungkapkan bahwa masalah kesehatan mental sebenarnya bukan hal baru. Sebagian besar perusahaan menengah sudah menyediakan dukungan bagi karyawan, yang umumnya disebut ‘Distressed Helpline’. Namun, hanya kurang dari 1% karyawan yang memanfaatkannya karena takut akan stigma negatif. Kekhawatiran lain adalah jika menggunakan saluran bantuan tersebut dapat mempengaruhi hubungan dengan manajemen, penilaian kinerja, dan pertimbangan promosi. Melihat kebutuhan dan permasalah tersebut, Intellect mempermudah pelanggannya, termasuk karyawan mengakses ke pendidikan kesehatan mental, layanan pertolongan (SOS), hingga bantuan profesional kesehatan mental yang bersertifikat. 

Theodoric menekankan bahwa kesadaran dan ekspektasi karyawan akan manfaat kesehatan mental telah berubah secara eksponensial di seluruh dunia, termasuk di Asia. Karyawan tidak lagi hanya melihat paket kompensasi tetapi juga manfaat menyeluruh yang mereka dapatkan dari perusahaan. Misalnya, apakah mereka bisa bekerja dari rumah atau kantor, dan  perawatan mental seperti apa yang disediakan perusahaan.

“Merawat kesehatan mental karyawan memiliki keuntungan besar bagi perusahaan, dan mendorong perkembangan bisnis pada jangka panjang. Jika Anda berinvestasi dengan cara ini, Anda memiliki retensi yang lebih lama dan lebih banyak karyawan yang termotivasi dengan semangat kerja yang lebih baik,” kata Theodoric.

Sebuah studi dari McKinsey tentang ‘The Great Resignation’ pada tahun 2021, menunjukkan jika karyawan tidak sehat secara mental, akan mempengaruhi bottom line bisnis dalam banyak hal. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa, masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan dapat merugikan ekonomi global sebesar US$ 1 triliun per tahun, terutama dari penurunan produktivitas.

Sebagai perusahaan yang percaya pada visi jangka panjang untuk kesejahteraan karyawan dan kesehatan mental, East Ventures telah berinvestasi di beberapa perusahaan yang memfasilitasi akses ke kesehatan dan kesejahteraan mental, termasuk Intellect, Mindtera, Riliv, dan Bicarakan.id, sejak tahun lalu. Kami percaya dalam membuka jalan untuk memperluas pemahaman masyarakat tentang kesehatan mental dan pentingnya menghilangkan stigma kesehatan mental.

Berdasarkan survei yang dilakukan Mindtera, startup Indonesia yang fokus pada pengembangan diri, pada tahun 2022 terhadap 112 perusahaan dari berbagai sektor, menemukan bahwa 8 dari 10 organisasi telah sadar akan kebutuhan memperhatikan kesehatan mental karyawan. Namun, perusahaan yang telah bertindak untuk mengatasi masalah tersebut kurang dari 20%. Beberapa alasan adalah kurangnya rencana tindakan yang komprehensif dalam mendekati masalah, atau perusahaan menganggap masalah kesehatan mental karyawannya sebagai masalah pribadi yang harus diselesaikan oleh setiap orang secara pribadi. 

Di Indonesia, banyak orang memperlakukan kesehatan mental sebagai hal yang tabu. Data prevalensi nasional masalah kesehatan jiwa terbatas, namun 5,9% rumah tangga dari total 218.716 rumah tangga sampel di Indonesia memiliki anggota keluarga yang mengalami depresi dan gangguan mental emosional lainnya. Kementerian Tenaga Kerja Indonesia telah memasukkan kesejahteraan psikologis dalam peraturan menteri 2018, yang menyatakan bahwa perusahaan atau pengusaha harus menerapkan manajemen stres untuk membantu mencegah masalah kesehatan mental pada karyawannya.

Dalam mengatasi masalah tersebut, Mindtera bertindak sebagai platform yang objektif dan tidak memihak yang berupaya menyelaraskan perusahaan dan karyawan sehingga kedua belah pihak dapat bertemu di tengah.

“Kami mencoba membantu perusahaan untuk memiliki visibilitas kondisi karyawan mereka di luar produktivitas dan kinerja melalui dasbor analitik SaaS kami, di mana perusahaan dapat memantau kesejahteraan karyawan, forecast turnover, sentimen pekerja, dan indeks kebahagiaan. Untuk memberi pengalaman secara holistik, Mindtera menyediakan program pelatihan bagi karyawan untuk penguasaan diri dan belajar meregulasi emosi, yang sangat berperan dalam produktivitas kerja,” ujar Tita Ardiati, Co-Founder dan CEO Mindtera.

Orang mungkin berpikir bahwa keseimbangan kehidupan kerja adalah sesuatu yang perlu diciptakan oleh setiap perusahaan untuk karyawan mereka. Namun, keseimbangan kehidupan kerja adalah siklus yang harus dirancang oleh setiap karyawan dan menyesuaikan dengan kemampuan mereka sendiri. Merancang siklus kesimbangan kehidupan kerja yang tepat, bukan sesuatu yang mudah. Karyawan perlu memiliki tiga nilai inti agar bisa mencapai keseimbangan karir dan kehidupannya, yakni: kesadaran diri, kreatif dalam mengelola pekerjaannya dan akuntabilitas, yang dapat memperoleh kepercayaan dari manajemen.

Sementara itu, perusahaan bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan mental karyawannya; mereka tidak hanya menghabiskan sepertiga hidup mereka untuk pekerjaan, tetapi juga akan berdampak pada pertumbuhan berkelanjutan perusahaan.

“Selama Anda masih mempekerjakan tenaga kerja, Anda perlu menghargai manusia sebagai aset dan berinvestasi pada mereka. Berinvestasi dalam sumber daya manusia itu rumit. Manfaatnya tidak langsung terlihat, tetapi perusahaan akan melihat dampak yang berkelanjutan jika anda membangun lingkungan kerja yang seimbang dan sehat. Sumber daya manusia adalah aset berharga bagi pertumbuhan perusahaan. Orang-orang yang bahagia menginspirasi pertumbuhan, jadi jagalah karyawan anda, dan anda  akan melihat produktivitas,” tutup Tita.

kesehatan mental karyawan

Halo, Perseners! Gue Vidha, associate writer di Satu Persen yang InsyaAllah bentar lagi lulus kuliah.

Karena bentar lagi lulus kuliah dan berkecimpung di dunia kerja, jadi dari sekarang gue udah mulai mempelajari hal-hal terkait dunia kerja. Kalian seangkatan atau senasib sama gue, udah ada bayangan belum kira-kira mau berkarier di bagian apa?

Kalo gue sendiri pengen kerja di production house karena kebetulan jurusan gue adalah Televisi dan Film. Sejak SMA, gue emang udah tertarik banget buat terjun ke bidang perfilman karena gue emang suka berkhayal dan pengen khayalan gue itu divisualisasikan sebagai suatu karya visual.

Kata orang-orang, kerja di bidang film itu cukup keras, harus punya mental dan fisik yang kuat. Tapi gue yakin kalo setiap pekerjaan punya risiko masing-masing yang harus dihadapi. Pekerjaan apapun pasti butuh mental dan fisik yang kuat, kan?

Terkadang, lo udah yakin nih punya mental yang kuat buat menjalani suatu pekerjaan, tapi tiba-tiba masalah terus-menerus datang, baik dari dalam kerjaan itu sendiri maupun dari luar kerjaan yang berpengaruh sama produktivitas lo di dalam pekerjaan.

Kalo produktivitas lo kurang karena mental lo lagi gak stabil, perusahaan juga akan kena imbasnya.

Dikutip dari Ekrut bahwa WHO memperkirakan adanya penurunan produktivitas karyawan yang disebabkan oleh terganggunya kesehatan mental. Hal ini dapat menimbulkan kerugian global sekitar US$1 Triliun setiap tahunnya.

Maka dari itu, perusahaan dianjurkan untuk memperhatikan kesehatan mental para karyawannya agar dapat mengerjakan pekerjaan dengan maksimal dan lebih produktif.

Sebelum perusahaan memperhatikan kesehatan mental para karyawan, lo sendiri udah tau belum apa aja yang bisa jadi penyebab terganggunya kesehatan mental bagi karyawan?

Berikut ini adalah sebab-sebab terganggunya kesehatan mental bagi karyawan. Let’s check this out!

sumber: @unhoelli on Twitter

Penyebab terganggunya kesehatan mental karyawan

Menjaga kesehatan mental pada karyawan gak kalah penting dengan menjaga kesehatan fisik karyawan. Keduanya dapat menghambat jalannya pekerjaan sehingga menjadi kurang efektif.

Berikut adalah penyebab-penyebab dari terganggunya kesehatan mental pada karyawan:

Masalah dengan atasan

Kalo denger kata ‘atasan’ apa sih yang ada di pikiran lo? Galak? Menyeramkan? Tegas? Atau malah sebaliknya? Friendly? Asik? Suka traktir?

Mempunyai atasan yang asik buat dijadiin rekan kerja tuh bisa berdampak positif bagi kesehatan mental lo. Lo jadi gak merasa tertekan. Ya seenggaknya mengurangi beban tekanan lah ya.

Nah, kalo sebaliknya gimana? Misalkan atasan lo sukanya marah-marah terus, ekspektasinya terlalu tinggi, pelit, batasan antara dirinya dan bawahannya tuh tebel banget kayak skripsi!

Ini yang buat lo bisa punya masalah sama doi. Entah secara tersurat maupun tersirat. Rasanya gak nyaman aja gitu kalo ada dia dan buat lo jadi selalu bermasalah sama dia.

Kalo udah kayak gini, kerjaan jadi kurang efektif kan, karena kerjaannya ngedumel mulu dan bikin hati jadi gondok sendiri.

Masalah dengan rekan kerja

Hampir sama kayak masalah dengan atasan. Masalah sama rekan kerja juga bisa buat kesehatan mental lo menurun.

Bedanya, mungkin kalo sama atasan lo bisa iya-iya atau nurut-nurut aja, tapi kalo sesama rekan kerja, kalian bisa gelud karena merasa statusnya sama.

Dimulai dari gibah-gibahan sama rekan-rekan lain, sampe sindir-sindiran di status sosial media, lama-lama bisa menimbulkan pertengkaran yang buat suasana kantor jadi gak nyaman banget!

meme kesehatan mental karyawan

Kalo udah sampe berantem, yang terdampak secara produktivitas dan efektivitas pekerjaan gak cuma lo dan rekan kerja lo yang bermasalah, tapi juga rekan-rekan kerja lain yang mungkin satu ruangan atau bahkan satu divisi sama kalian.

Coba juga: Tes Tingkat Produktivitas

Beban kerja yang terlalu banyak

Pernah gak sih lo merasa overwhelmed banget sama beban kerjaan yang melebihi batas kemampuan lo? Atau kerjaan yang lo kerjain sekarang itu gak sesuai sama kontrak kerja.

Pastinya ini buat lo jadi stres banget. Kerja keras, waktu banyak yang terbuang, tapi gaji segitu-segitu aja. Seakan apa yang lo kerjain ini gak ada reward-nya gitu. Cuma jadi beban aja.

Hal ini bisa menyebabkan lo terkena emotional burn out. Bawaannya sensian mulu, terus ini juga bisa ganggu lo dalam melakukan pekerjaan. Udah kerjannya banyak, ditambah emosinya gak karuan, yang ada malah bikin ambyar.

sumber: Funny All The Time on Pinterest

Konflik dengan keluarga atau pasangan

Tiga masalah di atas masih berkaitan dengan lingkungan kerja, tapi gak cuma lingkungan kerja doang loh yang bisa mengganggu kesehatan mental lo dan bakal berpengaruh sama produktivitas lo dalam pekerjaan.

Penyebab terganggunya kesehatan mental karyawan juga bisa disebabkan oleh masalah personal kayak konflik sama keluarga atau pasangan. Konflik-konflik kayak gini pasti bakal terus muter di pikiran lo dan pasti bakal mengganggu waktu kerja lo.

Nah, lo sekarang kan udah tau nih apa aja yang bisa menyebabkan kesehatan mental karyawan itu bisa terganggu.

Di bawah ini, ada beberapa cara untuk menjaga kesehatan mental karyawan yang mungkin bisa lo terapkan biar kesehatan mental lo tetap stabil.

Cara menjaga kesehatan mental karyawan

Menurut Littlefield, Stitzel, & Giese yang dikutip oleh Center for Public Mental Health Fakultas Psikologi UGM, terdapat lima pilar dalam lingkungan kerja yang dapat menjaga kesehatan mental karyawan agar tetap sehat.

Kepemimpinan yang suportif

sumber: Nalaka Gamage on auoracs.lk

Lo semua setuju kalo punya pemimpin yang suportif adalah segalanya. Enak banget gitu kalo punya atasan yang mendukung apa yang lo lakuin. Jadi gak ada rasa canggung atau takut salah untuk mencoba sesuatu yang baru. Jadi lo bisa berkembang dalam kerjaan lo.

sehat mental karyawan

Peran yang jelas

Pernah gak sih lo kerja, tapi kerjaan lo itu gak sesuai job desk lo?

Misalnya lo kerja jadi videografer, tapi lo juga disuruh desain, disuruh jadi admin web, disuruh jadi monitor evaluasi. Itukan meleber kemana-mana gitu ya.

Lo bakal pusing dan bertanya-tanya. Sebenernya gue ini kerjanya jadi apa sih?

Kalo masih nyaman, mungkin semua bisa diatur gitu, tapi kalo udah gak nyaman kan mau ngerjain apa-apa jadi males. Kebanyakan peran yang dipegang jadi banyak yang kelewat atau gak keurus.

Keterlibatan karyawan

Penting buat lo sebagai karyawan menyampaikan aspirasi dan pendapat untuk tercapainya visi misi dalam pekerjaan.

Selain itu, kerja sama dalam tim juga bisa membuat lo membangun relasi positif dan meringankan pekerjaan yang berat.

Kalo lo udah terlibat dalam pekerjaan yang gak cuma tentang job desk lo, lo bakal lebih merasa memiliki apa yang ada di dalam pekerjaan lo. Kayak merasa udah menyatu aja sama kerjaan lo.

Pengembangan dan pertumbuhan

Lo kerja tuh sebenernya mau ngapain sih? Cari cuan aja?

sumber: eBaumsWorld on Pinterest

Kalo lo kerja cuma buat cari cuan doang, nanti lo belum bisa memenuhi konsep IKIGAI alias belum menemukan nilai kebahagiaan dalam hidup lo.

Dalam menjalani pekerjaan yang sehat, lo harus bisa berkembang dan bertumbuh menjadi lebih baik lagi. Maka dari itu, pengembangan dan pertumbuhan dalam dunia kerja akan memberikan dampak yang baik terhadap kesehatan mental lo sebagai karyawan.

Antusiasme

Cara menjaga kesehatan mental bagi karyawan yang terakhir ini adalah antusiasme.

Antusiasme dalam KBBI adalah kegairahan, gelora semangat, dan minat besar akan sesuatu. Jadi kalo lo punya antusiasme dalam pekerjaan, artinya lo punya semangat dan minat yang besar akan pekerjaan lo.

Sekarang pertanyaannya adalah seberapa besar antusias lo memilih dan mengerjakan pekerjaan yang sekarang lo jalanin?

Kalo cuma sekadar “Ya udah lah, jalanin aja,” berarti lo belum seantusias itu sama dunia kerja lo.

Kalo lo semangat, punya motivasi, dan komitmen dalam kerjaan lo, lo bakal lebih enjoy jalanin kerjaan lo. Kalo udah enjoy, nanti bakal berdampak sama kesehatan mental lo yang lebih terjaga untuk stay stable.

Baca juga: Demotivasi pada Karyawan

Nah, sekiranya kantor atau tempat lo kerja udah memfasilitasi karyawannya untuk bisa mentally stable belum?

Kalo masih ada yang kurang, coba deh lo bilang ke tim HR kantor lo atau mungkin lo sendiri bisa mengajukan kerja sama dengan Satu Persen di Satu Persen for Company.

Satu Persen juga menyediakan kerja sama dengan komunitas, creative agency, dan lain-lain yang bisa lo cek dengan ngeklik gambar di bawah ini.

Kalau lo merasa mengalami demotivasi kerja dan merasa butuh cerita ke ahlinya, jangan ragu buat ikut layanan mentoring Satu Persen ya. Akhir kata, tetap semangat kerja! Jangan terlalu fokus cari cuan sampe lupa menjaga kesehatan mental!

Referensi:

CPMH. (2020). Menjaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja. Retrieved February 21, 2021, from //cpmh.psikologi.ugm.ac.id/2020/09/28/menjaga-kesehatan-mental-di-lingkungan-kerja/

Annisa, T. (2020). Ini pentingnya kesehatan mental karyawan bagi perusahaan. Retrieved February 21, 2021, from //www.ekrut.com/media/ini-pentingnya-kesehatan-mental-karyawan-bagi-perusahaan

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA