Penyusunan teks proklamasi dilakukan di rumah tentara jepang yang bernama brainly

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945.Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945.Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

mengapa negara indonesia disebut negara agraris?​

salah satu contoh kegiatan produksi yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten adalah.. A. Produksi air minum oleh PDAM B. Penyaluran kredit oleh Bank B … RI C. Produksi listrik oleh PLN D. Pemberian informasi oleh RPI

kenapa ya bruntusan sama jerawat aku gak hilang hilang?udah 2 tahun, dari tahun 2021 awalnya sih aku salah pake facial wash aku dulu pake pigeon, kena … pa ya ngilangin nya susah banget padahal udah nyoba beberapa banyak skincare, cape bgt padahal masih umur 12 apa aku lagi dalam masa puber? padahal aku belum m*nstruasi bantu jawab dong kak hehe​

—1. Perhatikan ciri-ciri berikut!1) Industrialisasi berkembang pesat. 2) Tenaga kerja tidak terikat wilayah.3) Penggunaan alat tradisional masih diper … tahankan.4) Budaya asing lebih dihargai daripada budaya lokal.Ciri-ciri globalisasi ditunjukkan oleh angka....a. 1) dan 2)b. 2) dan 3)c. 2) dan 4)d. 3) dan 4) —2. Perhatikan beberapa dampak berikut!1) Mendorong pemerintah mewujudkan goodgovernance. 2) Meningkatkan hubungan diplomatik antar- negara.Dampak positif globalisasi tersebut terjadi dalam bidang...a. komunikasib. ekonomic. budayad. politik​

sebutkan negara yang memiliki julukan -gajah putih -negara seribu pagoda -lumbung padidan apa saja sumber pendapatan dari tiga negara tersebut ​

HUT RI: Siapa Laksamana Maeda, perwira Jepang yang disebut berperan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia?

Penyusunan teks proklamasi dilakukan di rumah tentara jepang yang bernama brainly

Sumber gambar, Munasprok

Pada 16 dan 17 Agustus 1945, naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dirumuskan dan ditulis di rumah seorang perwira tinggi Angkatan Laut Jepang, Laksamana Muda Tadashi Maeda. Siapa dia?

Naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia menyimpan banyak kisah. Salah satunya adalah tempat dia dirumuskan, yaitu di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat—rumah yang dulunya dihuni oleh Laksamana Tadashi Maeda. Mengapa rumah Maeda dipilih? Dan siapa dia?

Pada 16 Agustus 1945, Sukarno dan Hatta diculik oleh Soekarni Kartodiwirjo dan beberapa pemuda ke Rengasdengklok, Jawa Barat.

Tanpa kemunculan dua sosok tersebut, sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan (PPKI) bentukan Jepang terpaksa harus ditunda.

Achmad Soebarjo, yang kala itu bekerja di kantor penasehat Angkatan Darat Jepang, kemudian mendapat informasi bahwa Sukarno-Hatta diculik ke Rengasdengklok.

Lewatkan Artikel-artikel yang direkomendasikan dan terus membaca

Artikel-artikel yang direkomendasikan

  • Skandal perdagangan anak berkedok adopsi: ‘Saya diculik dan dijual'

  • Onoda, tentara Jepang yang bersembunyi di hutan Filipina selama 30 tahun - pahlawan atau pelaku kekerasan nan keji?

  • Korea Utara: Rudal apa saja yang dimiliki Kim Jong-un?

  • HUT RI ke-77: Mengenang kisah para veteran perang di momen ulang tahun kemerdekaan

Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan

Dia segera ke sana dan bernegosiasi agar Sukarno dan Hatta bisa dibebaskan. Para pemuda bersedia membebaskan kedua tokoh itu dengan syarat proklamasi harus segera diumumkan tanpa bantuan Jepang.

  • Jepang peringati 75 tahun bom atom Hiroshima yang menewaskan 140.000 orang
  • Pahlawan atau pengkhianat, apa peran Sultan Hamid dan Amir Sjarifuddin dalam sejarah Indonesia?
  • Kuis: Seberapa banyak Anda tahu seputar kemerdekaan Indonesia?
  • Para penyintas perbudakan seks masa penjajahan Jepang yang terlupakan

Sumber gambar, BBC/Davies Surya

Keterangan gambar,

Pada 16 Agustus 1945, Sukarno dan Hatta diculik oleh beberapa pemuda ke Rengasdengklok, Jawa Barat.

Bonnie Triyana, seorang sejarawan sekaligus Pemimpin Redaksi majalah Historia, menilai peristiwa penculikan Rengasdengklok ini sebagai suatu kelokan dalam sejarah Indonesia.

"Kalau mereka tidak diculik mungkin mereka hadir di sidang PPKI dan membacakan kemerdekaan. Tapi akan sangat lain maknanya kalau kita lihat secara kontrafakta apa yang terjadi pada Sukarno Hatta dan apa yang terjadi pada bangsa Indonesia apabila mereka tidak diculik. Ya mereka tanggal 16 Agustus pagi memimpin sidang PPKI dan Bung Hatta sudah menyiapkan naskah pidato kemerdekaan yang akan dibagi-bagikan kepada anggota PPKI," paparnya.

'Jangan halang-halangi kami merdeka'

Malam harinya, Sukarno dan Hatta kembali ke Jakarta guna memverifikasi kekalahan Jepang di tangan sekutu.

Berkat koneksi Achmad Soebarjo, para tokoh meluncur ke rumah Laksamana Tadashi Maeda, perwira penghubung Angkatan Laut Jepang di Jakarta. Saat itu Jakarta dikuasai Angkatan Darat Jepang.

Maeda mengusulkan agar Sukarno, Hatta, dan Achmad Soebarjo menemui Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, kepala staf Tentara Angkatan Darat ke-16 yang menjadi kepala pemerintahan militer Jepang di Hindia Belanda atau yang disebut Gunseikan.

Yamamoto tidak menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Laksamana Maeda. Ia memerintahkan Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum Pemerintahan Militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut.

  • Raja Belanda minta maaf atas 'kekerasan berlebihan' di masa lalu tapi tak cakup seluruh masa penjajahan
  • Kisah Rasuna Said sang 'Singa Betina' dan Martha Christina Tiahahu sang remaja pemberani
  • Kuis seputar 75 tahun kemerdekaan Indonesia, seberapa banyak Anda tahu?

Nishimura mengatakan kondisi sudah berubah, janji kemerdekaan sudah tidak bisa lagi diwujudkan.

Jaka Perbawa, kurator koleksi Museum Perumusan Naskah Proklamasi, mengatakan bahwa dalam kesempatan itu Sukarno meminta Nishimura agar tidak menghalangi kemerdekaan Indonesia.

"Kecewa dengan jawaban Nishimura, Bung Karno dan Bung Hatta akhirnya meminta kepada Nishimura: Kalau janji kemerdekaan sudah tidak bisa lagi diwujudkan, jangan halang-halangi kami merdeka dengan cara kami sendiri," jelas Jaka.

Sumber gambar, BBC/Davies Surya

Keterangan gambar,

Achmad Soebardjo, Bung Karno, dan Bung Hatta meminta izin kepada Laksamana Maeda, apakah bersedia rumahnya dipakai sebagai tempat persiapan kemerdekaan. Peristiwa itu terjadi 16 Agustus, sekitar pukul 10 malam.

Dari sini, menurut Jaka, terbetik ide untuk menggunakan rumah Laksamana Maeda sebagai tempat persiapan kemerdekaan Indonesia.

"Pertimbangan wilayah Menteng, pertimbangan rumah Maeda sebagai wilayahnya Angkatan Laut Jepang yang tidak bisa sembarangan dimasuki kempetai Jepang. Di sinilah peran Soebardjo ketika memilihkan tempat yang aman agar tidak ada gangguan dari Angkatan Darat Jepang maupun kempetai.

"Terjadilah proses meminta izin. Achmad Soebardjo, Bung Karno, dan Bung Hatta meminta izin kepada Laksamana Maeda 16 Agustus waktu itu pukul 10 malam. Apakah bersedia rumahnya dipakai sebagai tempat persiapan kemerdekaan atau tidak," papar Jaka.

Setelah Maeda mengizinkan, para pemuda berinisiatif menjemput anggota PPKI. Beberapa anggota PPKI yang berasal dari luar Jakarta seperti dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi ditempatkan di Hotel Des Indes.

  • 75 Tahun Bom Hiroshima dan Nagasaki dalam rangkaian foto
  • Cerita tiga perempuan yang selamat dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki - 'Saya belum pernah ke neraka, tapi neraka mungkin seperti yang kami alami'
  • Kisah empat perempuan Belanda yang memilih membela Indonesia

Sumber gambar, Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Keterangan gambar,

Bangunan yang menjadi rumah Laksamana Maeda di Jakarta, pada 1931. Bangunan itu kini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Dalam beberapa versi sejarah disebutkan bahwa setibanya di rumah, Maeda beristirahat di lantai atas namun meminta ke ajudannya, yaitu Shigetada Nishijima, untuk mengawal peristiwa tersebut serta memerintahkan kepala rumah tangga menyiapkan makanan dan minuman untuk para tokoh di lantai bawah.

Menurut Bonnie Triyana, keterlibatan Maeda di rumahnya dengan para tokoh kemerdekaan sempat disembunyikan selama beberapa tahun setelah proklamasi 1945.

"Anda bisa bayangkan apabila rapat perumusan proklamasi ini tersiar luas di rumah seorang Jepang dihadiri oleh orang Jepang, apa yang akan dibuat oleh propagandanya Belanda yang waktu itu ingin balik lagi?

"Wah, Indonesia ini bentukan fasisme Jepang, Indonesia ini boneka Jepang. Itu kampanye yang dilakukan Belanda meyakinkan pada sekutu bahwa ini harus dikembalikan keadaannya sebelum perang karena pemerintah sekarang tidak legitimate, dia disokong Jepang" papar Bonnie.

Siapa Maeda?

Keterangan video,

HUT RI: Laksamana Maeda dalam lintasan sejarah kemerdekaan Indonesia - BBC News Indonesia

Sebelum menjadi tuan rumah bagi Sukarno, Hatta, dan para tokoh kemerdekaan, Maeda sudah tinggal di Jakarta sejak 1930-an, menurut Jaka Perbawa.

"Laksamana Maeda di periode 1930-an itu sudah tinggal di Indonesia dan beberapa orang Jepang lainnya, mereka ditempatkan sebagai mata-mata. Tindakan infiltrasi dinas intelijen Jepang untuk merangkul, mendata kira-kira baik itu tokoh-tokoh golongan muda ataupun tua yang bisa diajak bekerja sama untuk mewujudkan Persemakmuran Asia Timur Raya.

"Mereka sudah tahu siapa saja tokoh-tokoh yang bisa direkrut dan Achmad Soebardjo salah satunya," kata Jaka.

Sumber gambar, Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Keterangan gambar,

Laksamana Maeda berpakaian dinas Angkatan Laut Jepang atau disebut Kaigun.

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca

Podcast

Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Dalam catatan Shigetada Nishijima yang dihimpun Universitas Waseda di Tokyo, Laksamana Maeda membentuk Jakarta Kaigun Bukanfu, yang beranggotakan kurang lebih 77 orang dari kalangan militer dan sipil, 13 orang di antaranya adalah perempuan.

WP Suhartono dalam buku terbitan 2007 berjudul Kaigun Angkatan Laut Jepang: Penentu Krisis Proklamasi, menyebut pembentukan Jakarta Kaigun Bukanfu untuk memperoleh dukungan massa melalui tokoh-tokoh nasionalis demi kemenangan Perang Asia Timur Raya.

Organisasasi Jakarta Kaigun Bukanfu bermarkas di bekas bangunan gedung Volkscreditbank (Bank Kredit Rakyat) pada masa Hindia Belanda. Bangunan berlantai dua tersebut sampai saat ini masih berdiri kokoh dan menjadi Markas Besar Angkatan Darat di jalan Medan Merdeka Utara Jakarta Pusat.

Jalinan Laksamana Maeda dengan Achmad Soebardjo dan tokoh-tokoh nasionalis lainnya membuahkan pembentukan Asrama Indonesia Merdeka di kawasan Kebon Sirih, Jakarta.

"Acmad Soebardjo lah yang menjadi kepercayaannya Maeda dengan membentuk Asrama Indonesia Merdeka di Kebon Sirih. Bung Karno pun mengajar di sana, Iwa Kusumasumantri mengajar di sana," kata Jaka Perbawa.

Sumber gambar, Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Keterangan gambar,

Pasukan Inggris mengambil alih rumah Laksamana Maeda di Jakarta, pada September 1945.

Laksamana Maeda harus menanggung konsekuensi berat setelah mengizinkan rumahnya sebagai tempat perumusan naskah proklamasi. Saat Inggris datang pada September 1945, Maeda dan stafnya, Shigetada Nishijima, ditangkap dan dimasukkan ke penjara Glodok dan rutan Salemba.

Dalam wawancara dengan Basyral Hamidy Harahap yang dituangkan dalam buku berjudul, Kisah Istimewa Bung Karno, Nishijima membeberkan kisahnya di dalam penjara dengan Maeda.

Dia dipaksa mengaku oleh Belanda untuk mencap Republik Indonesia merupakan bikinan Jepang. Sebab dalam tanggal naskah proklamasi tertulis '05 berdasarkan tahun Jepang, bukan '45.

Nishijima mengatakan, walau dirinya disiksa sampai buang air kecil berdarah, dia tetap tidak mengaku.

Sumber gambar, Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Keterangan gambar,

Laksamana Maeda berbaju adat Jawa. Maeda membentuk Jakarta Kaigun Bukanfu untuk memperoleh dukungan massa melalui tokoh-tokoh nasionalis di Indonesia demi kemenangan Perang Asia Timur Raya.

Setelah dipulangkan ke Jepang, Maeda mengundurkan diri dari angkatan laut Jepang menjadi rakyat biasa, tidak memiliki tunjangan pensiun.

Namun, Jaka Perbawa dari Museum Perumusan Naskah Proklamasi menengarai bahwa generasi ketiga tahun 2000-an kemungkinan memposisikan Maeda sebagai sosok yang layak diperhitungkan dalam percaturan pasca Perang Dunia II.

"Ini dibuktikan dengan beberapa kali kurang lebih dua sampai tiga kali taruna-taruna angkatan laut Jepang merapat dengan kapal di Tanjung Priuk dan datang ke museum ini khusus untuk mencari tahu di mana Maeda tinggal," tutur Jaka.

Pada 17 Agustus 1977, Maeda diundang pemerintah Indonesia untuk menerima tanda kehormatan Bintang Jasa Nararya.

Perumusan naskah proklamasi

Memasuki 17 Agustus 1945 tengah malam, puluhan tokoh pemuda serta anggota PPKI telah berkumpul di rumah Laksamana Maeda.

Proses perumusan naskah proklamasi dilakukan oleh Sukarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo di ruang makan, sedangkan yang lainnya menanti di ruang besar.

"Bung Karno ingin Bung Hatta yang mendikte karena Bung Hatta yang paling tertib bahasanya. "You diktein, saya tulis" kata Bung Karno. Makanya ada corat-coret. Ada Soebardjo juga bertiga mereka merumuskan," kata Bonnie.

Sumber gambar, BBC /Davies Surya

Keterangan gambar,

Proses perumusan naskah proklamasi dilakukan Sukarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo di ruang makan rumah Laksamana Maeda.

Seusai merumuskan naskah proklamasi, Sukarno melangkah ke ruang besar di rumah Laksamana Maeda, tempat berkumpul 40 sampai 50-an orang.

Hatta mengusulkan agar mengikuti deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat yang founding fathers-nya meneken semua.

"Kemudian Sukarni datang dengan usul dua orang saja yang tandatangan, Sukarno dan Hatta, tapi atas nama rakyat Indonesia. Ya sudah disetujui," kata Bonnie.

Setelah disepakati siapa yang harus menandatangani apa saja yang harus diubah dan sudah sepakat, Sukarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi dengan didampingi wartawan BM Diah.

Namun, masalah muncul. Laksamana Maeda tidak memiliki mesin ketik dengan huruf Latin, tapi huruf kanji.

Sumber gambar, BBC /Davies Surya

Keterangan gambar,

Seusai merumuskan naskah proklamasi, Sukarno melangkah ke ruang besar di rumah Laksamana Maeda, tempat berkumpul 40 sampai 50-an orang. Dia membacakan hasil rumusan naskah proklamasi.

Berdasarkan kesaksian Satsuki Mishima, selaku asisten rumah tangga di kediaman resmi Maeda, bahwa atas perintah Maeda, dia berusaha untuk mencari dan meminjam sebuah mesin ketik dari Konsulat Jerman.

"Di sana ada Mayor Kandelar. Akhirnya mesin ketik Angkatan Laut Jerman itulah yang digunakan untuk mengetik naskah Proklamasi," tutur Jaka Perbawa, kurator koleksi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Saat mengetik, Sayuti Melik mengubah tiga kata dari tulisan tangan Sukarno, seperti kata 'tempoh' menjadi hanya 'tempo'. Kemudian 'wakil-wakil bangsa Indonesia' menjadi 'atas nama bangsa Indonesia.'

Lalu penulisan tahun. Pada naskah tulisan bung Karno tertulis: 'Jakarta, 17-8-05', oleh Sayuti Melik ditambah menjadi 'hari 17 bulan 8 dan tahun 05'.

"Tahun 05 merupakan penanggalan kalender Jepang 2605 itu setara dengan 1945, karena di jaman Jepang, mereka tidak menggunakan tahun Masehi di semua terbitan harus menggunakan tahun Jepang," kata Jaka.

Sumber gambar, BBC/Davies Surya

Keterangan gambar,

Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi dengan didampingi wartawan BM Diah.

Setelah naskah proklamasi rampung diketik pukul 02.00 dini hari, Sukarno dan Hatta membubuhkan tanda tangan di atas grand piano yang ada di rumah Maeda.

Berbekal naskah yang telah ditandanganinya, Sukarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia beberapa jam kemudian di kediamannya yang terpaut hampir dua kilometer dari rumah Laksamana Maeda.

Secara keseluruhan rumah Maeda hanya digunakan selama empat jam. Namun, empat jam itu lah yang turut menentukan nasib Indonesia sebagai sebuah negara.

"Semuanya seperti seperti belokan di sejarah. Rumah ini seperti sebuah halte yang dilewati dalam rangkaian sejarah kita. Jadi sebelum halte-halte lain kita lewati ini salah satu halte di mana kemerdekaan kita dirumuskan," pungkas Bonnie.

Sumber gambar, BBC/Davies Surya

Keterangan gambar,

Naskah proklamasi ditandatangani Sukarno dan Hatta di atas grand piano yang ada di rumah Laksamana Maeda.

LIPUTAN KHUSUS 75 TAHUN KEMERDEKAAN INDONESIA

  • Pahlawan atau pengkhianat, apa peran Sultan Hamid dan Amir Sjarifuddin dalam sejarah Indonesia?
  • Kuis: Seberapa banyak Anda tahu seputar kemerdekaan Indonesia?
  • Trivia kemerdekaan: Benarkah Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun?
  • Lahir dan besar dalam konflik, bagaimana anak-anak kandung tertuduh separatis memandang keIndonesiaan?
  • Rekam jejak negara dalam menjamin kebebasan berpendapat masyarakat setelah era reformasi
  • Perputaran Rp3 miliar di pasar perbatasan Indonesia - Papua Nugini, geliat ekonomi di Skouw
  • Waria pejabat publik pertama di Indonesia, 'dulu berjubah biarawan sekarang berdaster'