Al-Irsyad dikenal sebagai kelompok pembaharu Islam di Nusantara, mulai membuka sekolah dan cabang-cabang organisasi di banyak kota di Pulau Jawa. Kemudian di ikuti dengan cabang-cabang Pekalongan, Cirebon, Bumiayu, Surabaya, dan kota-kota lainnya. Al-Irsyad juga merambah bidang kesehatan, dengan mendirikan beberapa rumah sakit yang terbesar saat ini adalah RSU Al-Irsyad di Surabaya dan RS Siti Khadijah di Pekalongan. Sedangkan di bidang dakwah dan penerangan, usaha dan pengembangan yang di lakukan Al-Irsyad antaranya adalah: membina anggota dan masyarakat menjadi khaira ummah dengan mengefektifkan peran mubaligh; melakukan pengkaderan ulama melalui pendidikan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri; penyelenggaraan dan pengembangan majelis taklim sebagai majelis ilmu dan dakwah; intensifikasi dakwah di daerah-daerah terpencil yang rawan karena masalah tekanan ekonomi dan keterbelakangan pendidikan, menghidupkan media massa (media tertulis) dengan misi dakwah sebagai sarana komunikasi dan penyuluh umat. Berdasarkan data yang ada, menurut K.H. Abdullah Mubarak al-Jaidi (Ketua Umum Al-Irsyad Periode 2007-2012), organisasi yang dipimpinnya saat ini telah memiliki 134 cabang seluruh Indonesia, 23 wilayah propinsi, 250 sekolah, 5 pesantren mandiri, ada sejumlah rumah sakit, dan dalam waktu dekat juga akan dibangun Sekolah Tinggi Dakwah Al-Irsyad. 51 Baca lebih lajut Hikmah mempelajari sejarah perkembangan Islam pada abad modern dapat disikapi dengan sejarah tersebut dapat memberikan ide dan kreatifitas tinggi untuk mengadakan perubahan-perubahan supaya lebih maju dengan cara yang efektif dan efisien, Problema- problema masa lalu dapat menjadi pelajaran dalam bidang yang sama pada masa yang selanjutnya, Pembaharuan dapat dilakukan dalam berbagai bidang baik ekonomi, pendidikan ,politik dan lain sebagainya. Baca lebih lajut menyiapkan kader-kader khalifah, sehingga secara fungsional keberadaanya menjadi pemeran utama terwujudnya tatanan dunia yang rahmatan lil-‘alamin. Namun, dalam lintasan sejarah yang panjang, disadari atau tidak, sebagai warisan dari sistem pendidikan priode klasik adalah persoalan sekarang sangat terkait dengan sistem pendidikan yang ditawarkan. Di satu sisi, sistem pendidikan hari ini masih terkesan dikotomi. Sedangkan di sisi lain, oreientasi pendidikan masih mengacu pada aspek verbalistik dengan titik tekan pada visi hafalan, bukan pengembangan makna dasar, serta perluasan wawasan intelektual dan moral. Akibatnya, seluruh sistem yang ada di dalamnya terimbas kepada kedangkalan makna dan kemudian kegagalan dalam misinya. Ahmad Syafii Maarif mengatakannya bahwa out put pendidikan Islam tak mampu memiliki komitmen spritual dan intelektualisme yang kokoh terhadap nilai esensi ajaran Islam. 33 Sistem pendidikan Islam yang diperlukan saat ini adalah rekonstruksi pendidikan Islam sebagai sebuah paradigma pembebasan, yaitu pendidikan yang mampu menempatkan peserta didik pada posisi sentral dalam setiap perubahan yang terjadi, serta mampu pula mengarahkan dan mengendalikan setiap perubahan itu. Dengan demikian usaha pembaharuan pendidikan Islam muncul sebagai reaksi bahwa pendidikan Islam tidak mampu menyesuaikan dengan kondisi perkembangan masyarakat, hal ini sebagai konsekuensi logis dari perkembangan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembaharuan pendidikan Islam dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satu aspeknya adalah aspek konsepsional. Untuk mengatasi problematika pendidikan Islam saat ini. Hal ini dapat dilihat agenda pendidikan warisan masa lalu. Akan tetapi bukan orang yang anti kemodernan, yang menolak begitu saja arus transformasi budaya dari luar. Baca lebih lajut Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan Dalam Pembangunan Ilmu dan Pembentukkan Karakter Bangsa.. Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan.[r] Baca lebih lajut Di negara-negara bekas jajahan Barat seperti Mesir, Tunisia, Maroko dan Asia Selatan, sikap umat Islam juga pro dan kontra soal pendirian sekolah model Barat. Karena pendirian sekolah semacam itu dianggap bukan warisan tradisi Islam. Melihat hal itu, sesungguhnya Barat dulu juga bersikap curiga terhadap ilmu pengetahuan yang datang dari Islam. Sejak abad ke-12, Negara Barat mulai mengenal ilmu pengetahuan Islam meskipun dengan stigma atau halangan psikologis yang luar biasa karena menganggap sebagai ilmunya orang- orang kafir. Perasaan serupa juga diendap oleh kaum Islam. Dalam hal ini, orang-orang Islam mengalami fobia anti-Barat. Selama hampir 200 tahun mereka menolak ilmu pengetahuan dari Islam. Karena bagi yang menerima akan mendapatkan kutukan dari gereja. Untuk dapat menerimanya, Barat perlu waktu masa 400 tahun, yaitu dari abad ke- 12 sampai abad ke-14 yang merupakan masa adaptasi Barat terhadap ilmu pengetahuan Islam. Dari abad ke-14 sampai ke-16, mereka mulai merasa aman dengan ilmu pengetahuan dari Islam. Baru pada abad ke- 16 ke depan mereka dengan sepenuhnya menerima ilmu pengetahuan dari Islam dan mengembangkannya sendiri sehingga pada saat itu Islam tertinggal sampai sekarang. Jadi Islam mulai ditinggal oleh Barat pada akhir abad 16 dan awal 17 dilambangkan dengan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, atau 400 tahun setelah al Ghazali wafat. Baca lebih lajut Beberapa fakta sejarah yang kita temukan tentang peranan wakaf dalam pendidikan adalah dokumen wakaf sultan Muayyid Syekh untuk guru mazhab Hanaf, Syaf’i, Maliki dan Hambali.Dalam dokumen itu dinyatakan bahwa tiap-tiap dari guru mazhab adalah orang yang ahli ilmu dan taqwa yang mahir dalam mazhab masing- masing. Dalam dokumen itu juga disebutkan gaji yang mereka dapatkan seperti guru mazhab Syaf’i misalnya mendapat gaji 150 potong perak putih setiap bulannya sedangkan para murid mendapat 40 potong perak putih dan mendapat 4 kati roti bulat setiap harinya. Guru mazhab Hambali mendapat 100 potong perak putih setiap bulan dan 40 potong perak putih untuk para murid setiap bulan dan mendapat 4 kati roti bulat setiap hari. Baca lebih lajut Azyumardi Azra dikenal sebagai Profesor yang ahli sejarah, sosial dan intelektual Islam. Ketika menjadi Rektor pada lnstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, ia melakukan terobosan besar terhadap institusi pendidikan tersebut. Pada Mei 2002, IAIN tersebut berubah nama menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini merupakan kelanjutan ide Rektor terdahulu, Prof. Dr. Harun Nasution, yang menginginkan lulusan IAIN haruslah orang yang berpikiran rasional, modern, demokratis, dan toleran. Pada awalnya, Azyumardi tidak berobsesi atau bercita-cita menggeluti studi keislaman. Sebab, ia lebih berniat memasuki bidang pendidikan umum di IKIP. Akan tetapi, atas desakan ayahnya, ia masuk ke IAIN sampai akhirnya ia dikenal sebagai tokoh intelektual Islam Indonesia. Ia lahir dari ayah Azikar dan Ibu Ramlah. Pada 2006, posisinya sebagai Rektor resmi digantikan oleh Prof. Dr. Komaruddin Hidayat. Dalam rapat senat yang ia pimpin sendiri, Komaruddin Hidayat terpilih meng-gantikannya dengan mengalahkan dua kandidat lainnya. Baca lebih lajut Islam, misalnya mau menyahuti seruan gagasan beberapa pembaharu Islam, khusunya, seperti Muhammad Abduh dari Mesir dan Sir Sayyid Ahmad Khan dari anak benua India-Pakistan, untuk mempu menangkap kembali ajaran Islam yang lebih kreatif, dinamis dan logis sekaligus lebih otentik serta mampu menangkap “api Islam” dan meninggkalkan “abunya” sebagaimana yang pernah diperagakan dalam sejarah Islam klasik selama berabad-abad. Namun, kenyataan faktualnya tidaklah demikian, jangankan menangkap sprit Islam, umat Islam justru meninggalkan ajaran Islam. Karenanya, Muhammad Abduh benar ketika mengatakan, “ Ummat Kristen maju karena meninggalkan agamanya; dan umat Islam mundur kerena meninggalkan agamanya.” Jika direnungkan lebih mendalam ungkapan Muhammad Abduh ini, maka akan menghasilkan argumen bahwa menjadi rasional dalam Islam adalah bagian dari agama itu sendiri, sedangkan pada orang Barat adalah tantangan terhadap agamanya. Jika alur logika ini diteruskan, maka argumen berikutnya bahwa menjadi modern dan ilmiah dalam Islam adalah konsisten dengan ajaran agama Islam sendiri, sedangkan pada orang Barat berarti penyimpangan dari agama. Karenanya, sangat logis dan relevan kalau Sayyid Amier Ali mengungkapkan bahwa Islam bukanlah agama yang membawa kepada kemunduran, tetapi sebaliknya, Islam adalah yang membawa kepada kemajuan. Dan untuk membuktikan hal tersebut, dia kembali merujuk ke dalam sejarah kegemilangan umat Islam klasik. Maksud Sayyid Amier Ali mengungkapkan kejayaan Islam klasik bukanlah untuk “onanisme” (pemuasan diri) ummat Islam, tetapi yang perlu diambil dari pengalaman historis itu adalah apa yang menyebabkan ummat Islam klasik maju dan apa pula yang menyebabkan setelah itu ummat Islam mundur? Menurut Sayyid Amir Ali, jawabnya adalah menghidupkan ulang sifat liberalisme dan sikap rasionalisme dalam Islam. Ia mengingatkan bahwa umat Islam memampu mencapai puncak peradabannya pada masa khalibah Abbasiah, khususnya pada masa pemerintahan al-Ma’mun dikaraenakan penghargaan kepada kebebasan berpikir dan sifat rasional yang di agungkan. Lihat, Nurcholis Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 21-22 dan 165; lihat juga, Sayyid Amier Ali, The Spirit of Islam, (Delhi: Idarah-i Adabiyat-i Delli, tt.), hlm. 414; bandingkan dengan Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang), hlm. 120-121 Baca lebih lajut kata tarikh juga dipakai dalam arti perhitungan tahun. Seperti keterangan mengenai tahun sebelum atau sesudah Masehi dipakai sebutan sebelum atau sesudah disebut dengan tarikh Masehi. Dalam bahasa inggris sejarah disebut history yang berarti pengalaman masa lamapau dari pada umat manusia. Pengertian selanjutnya yaitu sebagai catatan yang berhubungan dengan kejadian- kejadian masa silam yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam ruang lingkup yang luas. Sebagai cabang ilmu sejarah, maka mengungkap masa silam baik peristiwa sosial, politik, ekonomi maupun agama dan budaya dari suat bangsa, Negara aatu bahkan dunia. Baca lebih lajut Peneliti menggunakan metode sejarah dengan pendekatan sosial. Dilihat dari sudut temporal, penelitian ini adalah penelitian sejarah, maka digunakan metode sejarah yang didasarkan pada empat tahap: heuristik, kritik sumber atau verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Proses heuristik yang dilakukan antara lain dengan; Wawancara dengan seluruh Kepala Kurikulum Unit Pendidikan PPMI Assalaam, Studi Dokumen dengan menggunakan arsip kurikulum PPMI Assalaam dari tahun 1985- 2010, dan Studi Pustaka meggunakan buku-buku yang relevan. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif. Baca lebih lajut Abstrak: Semua orang tahu tentang perpustakaan, minimal definisi lahiriyahnya, akan tetapi apabila diajukan sebuah pertanyaan, apakah ia mengetahui tentang perpustakaan klasik? Hal tersebut menjadi soal dan bahkan para sarjana pun belum tentu dapat menjawabnya. Oleh karenanya tulisan ini akan berusaha mengungkap eksistensi Perpustakaan Islam Klasik. Tentunya kajian ini merupakan telaah pustaka dengan memakai kaca mata historis deskriptif, dengan harapan dapat menumbuhkembangkan al-wa’yu at- tarikhi (kesadaran sejarah) untuk dapat membangun peradaban masa depan yang lebih gemilang. Baca lebih lajut Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa berdirinya Madasah Nizhamiyah pada abad ke-11 M tidak hanya melanjutkan tradisi madrasah, melainkan lebih dan itu telah menimbulkan pembaharuan-pembaharuan (innovations) baik dalam segi kelembagaan baik dalam sistem pendidikannya. Dalam pada itu masih dijumpai perbedaan pendapat para penulis sejarah Islam klasik tentang Madrasah Nizhamiyah pertama dan mengenai hal itu ada dua pendapat. 15 Pertama, bahwa Madrasah Nizhamiyah pertama yang didirikan Menteri Nizham al-Mulk adalah Madrasah Nizhamiyah Naysabur (450 H/1058 M) yaitu ketika Alp Arslan menjabat gubernur Khurasan. Pendapat ini yang dikemukakan oleh Edward G. Broune dan Naji Ma’ruf. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa madrasah pertama yang didirikan Nizham al-Mulk adalah Madrasah Nizhamiyah Bagdad (459 H/ 1067 H) dan bukan Madrasah Nizhamiyah Naysabur. Pendapat ini dikemukakan oleh Ibn Khallikan (w. 681 H/ 1282 M), dan diikuti pula oleh al-Dzdzahabiy (w. 784 H/1347). Pendapat kedua sejarawan ini kemudian diikuti para penulis dewasa ini seperti Jurji Zaydan, Ahmad Syalabiy, Ahmad Amin dan Muhammad Ghanimat, sebagaimana mereka berpendapat bahwa madrasah pertama didunia Islam adalah Madrasah Nizhamiyah Baghdad. Baca lebih lajut 3) Perenialisme lebih cendrung pada subjek centered dalam kurikulum maupun dalam metode dan pendekatan yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Dalam kurikulum akan terlihat materi-materi yang mengarahkan pada kepentingan dan kebutuhan subjek didiknya dalam menumbuhkembangkan potensi berpikir, kreatif yang dimilikinya, sedangkan dalam metode yang selalu memberikan kebebasan berpikir peserta didik baik melalui metode diskusi, problem solving, penelitian dan penemuan. Pendidik sebagai orang yang memiliki otoritas keilmuan tertentu yang siap membimbing dan mengarahkan kemampuan intelektual dan spiritual peserta didik. Program pendidikan yang ideal menurut perenialisme adalah berorientasi pada potensi dasar agar kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat dapat terpenuhi. Manusia pada hakikatnya adalah sama meskipun tempat dan lingkungannya berbeda. Oleh karena itu pola dan corak pendidikan yang sama dapat diterapkan kepada setiap manusia dimanapun dan kapanpun. Pandangan aliran di atas, ada kesamaan dengan pendidikan Islam karena Islam mengakui adanya potensi dasar yang dimiliki manusia semenjak dilahirkan yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan. Perbedaannya terletak pada nilai-nilai yang mendasarinya. Islam menghendaki agar perkembangan pribadi manusia melalui proses pendidikan itu dijiwai oleh nilai ketuhanan, yang sifatnya absolut sedangkan perenialisme dijiwai oleh nilai-nilai yang berkembang dalam sejarah kemanusiaan yang kebenarannya tidak seabsolut nilai-nilai lahiriah (kebutuhan). 32 Baca lebih lajut Aspek pendidikan ketuhanan adalah penanaman jiwa beragama yang kokoh meliputi akidah Islam dalam arti yang sesungguhnya, mampu melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya. Pendidikan moral (akhlak) mewujudkan sifat dan tingkah laku terpuji serta menjauhi tingkah laku tercela. Pendidikan akal, ilmu pengetahuan dan keterampilan, berkaitan dengan pencerdasan akal, membekali peserta didik dengan berbagai ilmu pengetahuan dari perennial knowledge maupun acquired knowledge. Sedangkan pendidikan keterampilan adalah memberikan kecakapan-kecakapan khusus kepada peserta didik. Pendidikan fisik, berkaitan dengan organ-organ jasmaniah, mengembangkan dan memeliharanya sebagai amanah yang diberikan Allah, agar manusia hidup dalam keadaan sehat untuk dapat dipergunakan sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Aspek pendidikan kejiwaan berintikan agar setiap peserta didik memilki jiwa yang sehat dan terhindar dari segala macam penyakit kejiwaan. Berkenaan dengan itu, agar seseorang dapat menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan masyarakatnya, maka mengkedepankan akhlak sebagai salah satu tujuan pendidikan adalah kemestian. Baca lebih lajut adalah kuttab yang dijadikan sebagai tempat belajar menulis dan membaca huruf Arab, belajar puisi dan sastra. Mengajar menulis dan membaca ini dikerjakan oleh guru-guru di rumahnya masing-masing. Boleh jadi mereka menyediakan dalam rumahnya sebuah kamar untuk menerima pelajar-pelajar yang hendak belajar menulis dan membaca. Kuttab dari jenis ini kebanyakan berdiri sendiri dan terpisah dari kuttab jenis lain. Kuttab jenis pertama ini telah lahir pada masa permulaan Islam dan sebagian gurunya dari kalangan orang non-muslim. Jenis kedua adalah kuttab yang disediakan untuk mengajarkan al-Qur’an al- Karim dan pokok-pokok agama Islam. 13 Kuttab jenis kedua ini belum Baca lebih lajut Selanjutnya Kuntowijoyo yang mewacanakan pentingnya ilmuisasi Islam. Dalam konteks ini, Kuntowijoyo (2005: 57-58) berpendapat bahwa agama dapat diintegrasikan dengan ilmu manakala ilmuan dan cendekiawan muslim segera melakukan perumusan teori ilmu pengetahuan yang didasarkan kepada Alquran dan menjadikan Alquran sebagai suatu paradigma. Upaya yang dilakukan adalah objektiikasi. Agama Islam dijadikan sebagai ilmu yang objektif, sehingga ajaran agama yang terkandung dalam Alquran dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh alam atau menjadi rahmatan lil ‘alamin , dalam arti tidak hanya untuk umat Islam tapi juga non Islam dapat merasakan manfaat dari objektiikasi ajaran agama Islam. Kuntowijoyo menyatakan bahwa inti dari integrasi adalah upaya menyatukan bukan sekedar menggabungkan wahyu Tuhan dengan temuan pikiran manusia (ilmu-ilmu integralistik), tidak mengucilkan Tuhan (sekularisme) atau sebaliknya mengucilkan manusia (other worldly asceticism). Baca lebih lajut Nama lengkapnya Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd, lahir di Cordova (Spanyol) pada tahun 520 H. dan wafat di Marakesy (Maroko) pada tahun 595 H. Beliau menguasai ilmu iqh, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, isika astronomi, kedokteran, dan ilsafat. Karya-karya beliau antara lain: Kitab Bidayat Al- Mujtahid (kitab yang membahas tentang iqh), Kuliyat Fi At-Tib (buku tentang kedokteran yang dijadikan pegangan bagi para mahasiswa kedokteran di Eropa), Fasl al-Magal i Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat . Ibnu Rusyd berpendapat antara ilsafat dan agama Islam tidak bertentangan, bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk mempelajari ilmu Filsafat. Baca lebih lajut Rasionalitas juga ditunjukkan pada pembagian kerja, ada yang punya keahlian memasak, ada yang membuat adonan, ada yang belanja, memasarkan dan ada yang berfungsi sebagai bendahara.. Wala[r] Baca lebih lajut Perkembangan Geografi - geografi klasik - geografi pada masa kejayaan Islam - penjelajahan mencari daerah baru - landasan geografi modern - geografi modern dalam perkembangan - perkemb[r] Baca lebih lajut |