Peristiwa yang mendorong penjelajahan samudra untuk mencapai tujuan tersebut adalah

tirto.id - Penjelajahan samudera yang dilakukan bangsa-bangsa Eropa sejak abad ke-15 Masehi mengusung misi gold, glory, dan gospel atau 3G yang kemudian memunculkan praktek kolonialisme dan imperialisme. Lantas, apa pengertian 3G, latar belakang sejarah, dan tujuannya?

Spanyol dan Portugis merupakan perintis penjelajahan samudera bangsa Barat ke seluruh penjuru dunia dengan tujuan menemukan tempat-tempat baru yang nantinya menjadi awal dimulainya era kolonialisme dan imperialisme.

Tanggal 3 Agustus 1492, misalnya, pelaut Spanyol bernama Kristoforus Kolumbus ditugaskan memimpin armada untuk berlayar menjelajahi samudera demi menemukan dunia baru.

Lokasi pertama yang ditemukan dan disambangi armada Kolombus adalah San Salvador (Bahama), di benua Amerika. Warga lokal pulau tersebut menyambut tamunya. Akan tetapi, perlakuan Kolumbus malah sebaliknya.

Berdasarkan catatan Patrick Murphy dan Ray Coye dalam Mutiny and Its Bounty (2013) terungkap sikap arogan Kolumbus dan rombongannya terhadap rakyat di kepulauan itu.

Bahkan, mereka menyandera salah satu penduduk setelah melihat anting emas yang dikenakannya. Kolumbus ingin tahu di mana lokasi penambangan emas di pulau tersebut.

Baca juga:

  • Perjanjian Zaragoza: Ketika Dunia Hanya Milik Spanyol & Portugis
  • Sejarah Proses Masuknya Agama Kristen Katolik ke Indonesia
  • Sejarah Awal Kerajaan Gowa-Tallo Pra Islam & Daftar Raja-Raja

Sejarah dan Latar Belakang

Dalam buku Principles of Political Geography (1957) yang ditulis oleh Weigert dan W. Hans, disebutkan bahwa pada 7 Juni 1494 disepakati Perjanjian Tordesilas oleh Portugis dan Spanyol.

Perjanjian ini merupakan kesepakatan pembagian dunia antara dua kerajaan Katolik di Eropa paling berpengaruh saat itu, yakni Portugis dan Spanyol. Kerajaan Portugis menguasai dunia timur, sedangkan Kerajaan Spanyol menguasai dunia barat, yang ditentukan lewat perhitungan khusus.

Perjanjian Tordesilas sebenarnya merupakan gagasan Paus Alexander VI dari Vatikan sebagai solusi atas persaingan dua kerajaan Katolik itu. Ia mengeluarkan kebijakan atau fatwa gold, glory, dan gospel alias 3G.

Dengan demikian, tujuan Portugis dan Spanyol melakukan penjelajahan samudera, selain untuk memperoleh kekayaan (gold) dan kejayaan (glory), juga mengusung misi menyebarkan agama (gospel).

Aksi eksplorasi yang dilakukan bangsa Portugis dan Spanyol itu mencakup hampir seluruh bagian dunia, termasuk Kepulauan Nusantara atau yang kemudian menjadi wilayah negara Indonesia.

Kedatangan pertama bangsa Portugis di Nusantara adalah pada awal abad ke-16 M. Spanyol sempat ikut campur di kawasan ini namun kemudian harus pergi setelah disepakatinya Perjanjian Zaragoza pada 22 April 1529.

Peristiwa yang mendorong penjelajahan samudra untuk mencapai tujuan tersebut adalah

Infografik Gold Glory dan Gospel. tirto.id/Fuad

Baca juga:

  • Kesultanan Gowa-Tallo Masa Islam: Sejarah, Peninggalan, Raja
  • Sejarah Perang Paregreg: Awal Runtuhnya Kerajaan Majapahit
  • Sejarah Majapahit: Penyebab Runtuhnya Kerajaan & Daftar Raja-Raja

Arti dan Tujuan Gold, Glory, Gospel

Gold

Gold berarti keinginan memperoleh kekayaan di wilayah-wilayah baru yang ditemukan. Kekayaan yang dieksploitasi dari wilayah-wilayah baru itu kemudian digunakan untuk kepentingan kerajaan/negara imperialis seperti Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, Perancis dan lainnya.

Glory

Glory diartikan sebagai kejayaan atau lebih rinci lagi memperoleh wilayah jajahan untuk dikuasai melalui penjelajahan samudera. Maka, negara-negara imperialis Barat pernah memiliki banyak wilayah koloni di berbagai belahan dunia.

Gospel

Misi Jesuit mewajibkan tugas suci pengabaran injil perlu dilakukan di mana pun, demikian yang ditulis Usman Nomay melalui artikel berjudul "Portugis dan Misi Kristenisasi di Ternate" dalam jurnal Fikrah (Volume 2, Juni 2014).

Dengan demikian, gospel adalah misi agama atau misionaris. Selain untuk mendapatkan kekayaan dan kejayaan di tempat-tempat baru yang ditemukan, bangsa-bangsa imperialis juga menyebarkan agamanya di wilayah-wilayah anyar tersebut.

Baca juga:

  • Kematian Ferdinand Magellan Membuka Jalan Kolonialisme Eropa
  • Sejarah Kerajaan Kanjuruhan dan Isi Prasasti Peninggalannya
  • Sejarah Kerajaan Kahuripan, Lokasi, & Peninggalan Raja Airlangga

Baca juga artikel terkait KOLONIALISME atau tulisan menarik lainnya Yuda Prinada
(tirto.id - prd/isw)


Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya
Kontributor: Yuda Prinada

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Ada faktor-faktor pendorong penjelajahan samudra dilakukan oleh bangsa Eropa, salah satunya jatuhnya Konstantinopel ke kekuasaan Islam. Sumber: Pixabay.com

Bangsa Eropa pada abad ke-15 hingga ke-18 melakukan ekspedisi mengarungi samudra. Zaman ini dikenal sebagai era penjelajahan samudra atau the age of discovery.

Dua negara Eropa yang menjadi pelopor penjelajahan samudra ini adalah Portugis dan Spanyol. Langkah yang diambil oleh kedua negara ini pun diikuti oleh bangsa Eropa seperti Italia, Belanda, Prancis, Inggris, dan Denmark.

Awalnya, ekspedisi mengelilingi dunia dimulai untuk menemukan tempat asal rempah-rempah. Namun akhirnya, bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra disebabkan oleh beberapa faktor.

Lantas, apa faktor-faktor pendorong penjelajahan samudera? Simak penjelasan berikut ini.

Faktor-Faktor Pendorong Penjelajahan Samudra

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang mendorong bangsa-bangsa di Eropa melakukan penjelajahan samudra.

Menurut Drs. Hermawan dalam Sejarah Indonesia Kelas XI, faktor-faktor yang melatarbelakangi penjelajahan samudra dilakukan adalah:

1. Jatuhnya Konstantinopel

Peristiwa jatuhnya Konstantinopel merupakan faktor utama yang mendorong bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra.

Seperti yang diketahui, Konstantinopel merupakan wilayah yang diperebutkan karena memiliki kekayaan alam yang melimpah serta menjadi 'pintu masuk' atau gerbang perdagangan antara negara-negara di Asia dan Eropa.

Wilayah ini kemudian jatuh ke bangsa Turki Usmani, bangsa yang mengakhiri kekuasaan Kerajaan Romawi Timur.

Turki Usmani melarang bangsa-bangsa Eropa melewati wilayah Konstantinopel (Byzantium) hingga akhirnya bangsa Eropa harus mencari wilayah baru untuk berdagang.

2. Semangat Reconguesta Dores

Semangat Reconguesta Dores yang diartikan sebagai semangat yang dimiliki oleh bangsa-bangsa Eropa untuk menaklukkan wilayah-wilayah kekuasaan Islam.

Semangat ini muncul akibat kekalahan bangsa Eropa pada perang yang bernama Perang Salib yang melawan kekuasaan Islam pada abad pertengahan.

Kekalahan bangsa Eropa melawan kekuasaan Islam di Perang Salib merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya penjelajahan samudra.7

Semboyan 3G (gold, glory, gospel) adalah semboyan yang menjadi cikal bakal atau pemantik dari bangsa-bangsa Eropa seperti Portugis melakukan penjelajahan samudra. Arti dari semboyan 3G ini, yaitu:

  • Gold, yaitu mencari kekayaan dengan berdagang

  • Glory, yaitu mencari kejayaan dengan meluaskan daerah jajahan

  • Gospel, yaitu menyebarkan agama dan kepercayaan Nasrani.

4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Adanya perkembangan ilmu pengetahuan seperti astronomi, geografi, dan lain-lain membuat bangsa Eropa memiliki kemampuan untuk melakukan penjelajahan samudra.

Selain itu, perkembangan teknologi khususnya teknologi di bidang kemaritiman juga membuat bangsa Eropa mampu untuk melakukan ekspedisi untuk mencapai tujuan. Perkembangan teknologi itu meliputi kapal-kapal besar yang kuat serta alat-alat pendukung, seperti teropong dan kompas .

5. Terpengaruh buku Marco Polo

Marco Polo membuat buku yang bertajuk Imago Mundi atau keajaiban dunia yang menceritakan tentang kemakmuran serta kesuburan yang dimiliki oleh negara-negara di Asia, seperti Indonesia.

6. Penemuan Teori Heliosentris

Penemuan teori heliosentris juga menjadi pendorong penjelajahan samudra dilakukan oleh bangsa Eropa. Sumber: Pixabay.com

Teori Heliosentris merupakan teori yang menyatakan bahwa matahari merupakan pusat tata surya dan planet-planet mengelilingi mata hari.

Teori ini dikatakan oleh Copernicus yang kemudian didukung oleh Galileo. Adanya penemuan terkait teori ini membuat bangsa Eropa mempercayai bahwa bumi berbentuk bulat, sehingga jika terus berlayar satu arah ke barat atau terus ke timur maka akan kembali ke tempat semula.