Perkembangan otak anak usia dini mengalami 3 fase

Pasalnya, menghitung tinggi badan ideal anak cukup sulit jika dihitung sendiri tanpa bantuan petugas kesehatan.

Dokter atau petugas kesehatan lainnya biasanya akan mengukur tinggi badan balita selain menimbang berat badannya.

Dari situlah, dokter akan memperhitungkan apakah pertumbuhan anak Anda sudah ideal sesuai usianya atau belum.

Biasanya perkembangan ini akan dicatat dalam kartu menuju sehat (KMS).

Dengan begitu, hal ini memudahkan dokter untuk melihat perkembangan anak Anda dari waktu.

Faktor yang memengaruhi tinggi badan ideal anak

Perkembangan otak anak usia dini mengalami 3 fase

Tinggi badan balita tidak bisa disamaratakan. Lalu, melihat kondisi tinggi badan yang berbeda-beda, apa faktor yang memengaruhinya?

Berikut beberapa hal yang berpengaruh pada tinggi badan anak, dilansir dari Healthy Children.

Faktor keluarga dan genetik

Faktor keluarga dan faktor genetik memengaruhi tinggi badan anak.

Ketika tinggi badan si kecil lebih pendek atau tinggi dibanding teman seusianya, dokter akan menanyakan rekam jejak di keluarga Anda.

Selain itu, kemungkinan dokter juga akan bertanya apakah Anda pernah mengalami masalah tumbuh kembang di waktu kecil atau tidak.

Anda juga akan ditanya mengenai usia berapa mengalami pubertas karena ini juga berpengaruh pada pertumbuhan tubuh anak.

Bila dilihat dari faktor genetik, anak-anak berkebutuhan khusus seperti Down syndrome, Noona syndrome, atau Turner syndrome cenderung memiliki postur tubuh yang lebih pendek.

Sementara itu, Marfan syndrome menyebabkan anak menjadi lebih tinggi.

Gizi dan nutrisi

Nutrisi dari makanan yang dikonsumsi bisa menentukan perkembangan tinggi badan si kecil.

Memang anak-anak yang kurus memiliki kecenderungan lebih pendek dibanding anak seusianya, bahkan sampai mengalami stunting.

Meski demikian, hal ini juga bisa terjadi pada anak-anak obesitas. Ini disebabkan oleh pemberian makanan dengan gizi yang kurang tercukupi meski porsinya besar.

Hormon

Ketidakseimbangan hormon, seperti kadar tiroid atau hormon pertumbuhan yang rendah, bisa menyebabkan pertumbuhan tinggi badan si kecil bergerak lebih lambat dibanding anak seusianya.

Efeknya, ada balita yang tubuhnya lebih pendek atau sangat tinggi.

Periksakan ke dokter bila tinggi badan si kecil terlalu pendek atau tinggi karena sangat mungkin ia mengalami masalah hormon pertumbuhan.

Kondisi kesehatan tertentu

Anak-anak yang mengidap beberapa penyakit kronis berisiko tinggi mengalami panjang badan yang lebih rendah.

Selain karena kondisi kesehatan, penggunaan obat kortikosteroid kronis bisa memperlambat pertumbuhan anak.

Cara menambah tinggi badan anak

Perkembangan otak anak usia dini mengalami 3 fase

Mengatasi tinggi badan balita yang kurang tergantung pada masalah yang dialami si kecil.

Bila anak Anda kurang tinggi bukan karena penyakit, tidak ada perawatan khusus yang perlu dilakukan.

Anda hanya perlu melakukan beberapa cara untuk menambah tinggi badan anak, seperti:

Memberikan makanan sehat

Makanan sehat tidak hanya baik untuk berat badan, tetapi juga tinggi badannya.

Untuk menambah tinggi badan anak, si kecil perlu dibiasakan mengonsumsi buah segar, sayuran, protein, lemak, dan makanan yang mengandung susu.

Sebaliknya, kurangi berbagai makanan yang hanya tinggi kalori saja tetapi kurang bergizi seperti makanan cepat saji.

Tidur yang cukup

Saat anak tidur, ia tidak hanya sekadar istirahat, tetapi juga mengalami fase penting dalam pertumbuhannya.

Ini karena hormon pertumbuhan anak bekerja maksimal ketika ia sedang tidur.

Anak usia 1-2 tahun membutuhkan waktu tidur 11-14 jam, sementara balita usia 2-5 tahun butuh tidur selama 10-13 jam.

Anda juga dapat membiasakan anak untuk tidur siang, setidaknya 1-3 jam agar perkembangan si kecil termasuk pertumbuhan tinggi badannya tetap berjalan dengan baik.

Bergerak aktif

Selalu ajak anak berolahraga setiap hari, baik itu di pagi atau sore hari.

Membiasakan anak untuk berolahraga sangat baik untuk kesehatan tulang dan pertumbuhan tinggi badan.

Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan agar tinggi badan balita bertambah yaitu berenang, melompat, dan senam.

Sebagai orangtua, penting bagi Anda untuk memantau tinggi badan dan berat badan si kecil.

Jika tinggi badan si kecil tidak memenuhi kriteria sesuai usianya, sebaiknya konsultasikan ke dokter.

Indeks massa tubuh adalah ukuran yang menentukan apakah berat badan anak ideal sudah ideal atau belum.

Anda bisa menghitung IMT anak dengan rumus di bawah ini:

Perkembangan otak anak usia dini mengalami 3 fase

Perlu diketahui, normal berat badan menurut IMT dikisaran 18,5-25. Apabila hasil dari perhitungan IMT sekitar 25,1 hingga 27 maka anak mengalami kelebihan berat badan.

Apabila angka berada di atas dari kisaran tersebut dikategorikan sebagai obesitas.

Faktor yang memengaruhi pertumbuhan remaja

Adapun beberapa faktor yang memengaruhi tumbuh kembang remaja yaitu:

1. Faktor hormonal

Hormon yang tidak seimbang bisa berpengaruh pada berat dan tinggi badan anak, baik saat balita atau sudah beranjak remaja.

Ketidakseimbangan hormon seperti kadar tiroid atau hormon pertumbuhan yang rendah, menyebabkan perkembangan remaja lebih lambat.

2. Nutrisi yang kurang baik

Stunting dipengaruhi oleh pemberian nutrisi yang kurang baik saat kecil. Hal ini membuat berat badan anak kurang (underweight) yang kemudian berpengaruh pada pertumbuhan tinggi badannya.

3. Faktor genetik

Bila anak Anda lebih pendek atau tinggi dari teman-temannya, kemungkinan ada faktor genetik. Apabila Anda atau keluarga lainnya memiliki tinggi badan yang di bawah rata-rata, bisa jadi hal itu menurun pada anak.

Biasanya, ketika tinggi badan anak lebih pendek atau tinggi dari teman sebaya, dokter akan menanyakan rekam jejak di dalam keluarga.

Selain itu, dokter juga akan bertanya tentang tumbuh kembang anak waktu masih kecil. Pasalnya, aktivitas anak juga membantu tumbuh kembangnya.

4. Waktu istirahat

Durasi tidur yang pendek atau tidur kurang dapat menyebabkan tubuh gagal memproduksi hormon pertumbuhan dengan maksimal saat tidur.

Hal ini bisa menyebabkan pertumbuhan tinggi badan saat tidur tidak bekerja dengan maksimal. Itulah pentingnya waktu istirahat yang cukup bagi anak Anda.

Berbagai perubahan yang muncul di usia remaja

Perkembangan otak anak usia dini mengalami 3 fase

Tanpa disadari oleh orangtua, perubahan pada anak remaja bukan hanya soal fisik tetapi juga kematangan sosial emosionalnya,.

Maka dari itu, fase remaja merupakan fase di mana peran orangtua sangat penting agar anak tetap di jalur yang tepat.

Di fase ini, orangtua bertugas untuk mengarahkan dan memantau anak agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang menyesatkannya.

Berikut beberapa perubahan yang terjadi pada fase perkembangan remaja:

1. Perubahan fisik

Peerubahan yang sangat terlihat dan menjadi tanda bahwa anak memasuki fase remaja adalah pubertas. Pubertas terjadi karena adanya peningkatan hormon di dalam tubuh.

Ketika sudah mencapai usia tertentu, otak akan melepaskan hormon khusus sebagai tanda dimulainya masa puber.

Di fase inilah sebagai orangtua mulai menyadari bahwa buah hati Anda bukanlah anak kecil lagi.

Perubahan ini dapat terjadi dengan sangat cepat karena perubahan hormonal di fase ini sangatlah tinggi.

Terdapat tiga fase perubahan fisik yang terjadi pada masa perkembangan remaja, baik untuk laki-laki maupun perempuan, seperti:

  • Growth spurt atau lonjakan pertumbuhan. Hal ini merupakan tanda atau awal anak Anda berproses menjadi dewasa.
  • Karakteristik seks primer. Organ reproduksi mulai bekerja memproduksi sperma pada pria dan sel telur pada wanita.
  • Karakteristik seks sekunder. Organ seksual yang mulai matang dan ditunjukkan dengan perubahan pada tubuh.

Perubahan fisik remaja laki-laki

Di usia 9 tahun, biasanya testis dan skrotum remaja laki-laki mengalami perkembangan. Maka dari itu, biasanya ukuran penis mulai memanjang

Biasanya pertumbuhan ini akan berhenti di usia 17 atau 18 tahun sehingga ukuran juga bentuknya cenderung sudah matang.

Sejalan dengan pertumbuhan penis, suara anak laki-laki juga akan berubah. Hal ini sejalan dengan terjadinya awal masa puber yaitu ketika mengalami mimpi basah.

Mimpi basah biasanya dimulai di perkembangan anak usia 13 hingga 17 tahun.

Tidak hanya itu saja, ada pula pertumbuhan rambut di kemaluan, ketiak, kaki, dada, serta wajah. Hal ini bisa dimulai ketika masuk usia 12 tahun.

Selain itu, pertumbuhan seperti tinggi anak laki-laki dimulai sejak usia 13,5 tahun dan melambat sekitar usia 18 tahun.

Perubahan fisik remaja perempuan

Pertumbuhan payudara pada remaja khususnya anak perempuan, akan mulai tumbuh di usia 8 tahun. Namun, hal ini tentunya menyesuaikan dengan tingkat hormon dari masing-masing anak.

Biasanya, payudara akan tumbuh sepenuhnya pada perkembangan anak usia 12 hingga 18 tahun.

Lalu, pada pada perkembangan anak usia 9 tahun, rambut di area kemaluan, ketiak, juga kaki mulai muncul.

Sekitar dua tahun setelah pertumbuhan payudara remaja dan rambut halus, menarche atau menstruasi pertama akan muncul.

Rentang waktu datangnya menstruasi adalah sekitar usia 9 hingga 16 tahun.

Pertumbuhan atau perubahan fisik pada anak perempuan akan mencapai masa puncak di usia 11,5 tahun hingga 16 tahun.

3. Perkembangan kognitif remaja

Perkembangan kognitif merupakan kemampuan anak dalam berpikir dan menalar sesuatu.

Tentunya, ada perbedaan apabila dibandingkan dengan fase bayi, balita, serta anak-anak, yaitu terjadinya perkembangan cara berpikir di masa remaja.

Perkembangan kognitif di masa remaja bisa dikatakan lebih kompleks, meliputi:

  • Melakukan pemikiran yang abstrak. Biasanya, para remaja memikirkan apa saja kemungkinan yang bisa terjadi dari hal yang belum atau akan dilakukan.
  • Sudah memahami mengapa ia berpandangan A atau menginginkan A.
  • Mulai bisa mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Pada masa ini pula remaja akan membandingkan sampai memperdebatkan hal yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Perlu diketahui pula bahwa perkembangan kognitif pada masa remaja mengacu pada perubahan di dalam otak.

Hal inilah yang membantu anak Anda dapat berpikir serta belajar sehingga ia juga mampu untuk membuat keputusan tertentu.

Ukuran dan berat otak remaja tidak berbeda jauh dengan orang dewasa, tapi belum sepenuhnya berkembang matang.

Pada usia ini, myelin yang ada sejak ia dilahirkan memiliki rangkaian yang lebih kompleks.

Myelin atau zat lemak di dalam otak bertugas untuk mengatur fungsi-fungsi dasar, seperti bernapas, makan, dan mengendalikan detak jantung.

Rangkaian akhir myelin tersebut berada di bagian lobus frontal, tepatnya di belakang dahi. Myelin berfungsi untuk mengambil keputusan, mengontrol impuls, dan empati.

Namun, fungsi tersebut belum begitu mantap layaknya orang dewasa. Oleh karena itu, banyak remaja yang sering mengalami galau atau emosi yang labil.

Di fase ini peran orangtua sangat diperlukan dalam membimbing anak remajanya dalam mengambil keputusan supaya terhindar dari pilihan yang buruk.

4. Perkembangan emosional dan sosial remaja

Perubahan pada hormon maupun perkembangan kognitif juga berkaitan dengan sisi emosional dan sosial yang akan dialami oleh remaja.

Bisa dibilang, pada fase ini merupakan pencarian identitas yang akan menemani proses belajarnya menuju dewasa kelak.

Umumnya saat usia anak menginjak usia 12 tahunt, perubahan suasana hatinya terlihat semakin menjadi-jadi.

Namun di sisi lain, anak mulai memiliki sikap kepemimpinan yang akan semakin terasah ketika ia berada di sekolah dan lingkungan mainnya.

Adapun beberapa perkembangan emosional yang umumnya muncul pada usia remaja, yaitu:

  • Memperlihatkan perasaan serta emosi yang kuat dan tidak terduga. Anak Anda akan terus belajar bagaimana mengendalikan dan mengekspresikan berbagai emosi.
  • Menyadari perubahan fisik yang terjadi. Maka dari itu mereka juga memikirkan bagaimana tanggapan orang lain mengenai fisiknya.
  • Mulai muncul perasaan minder karena berbagai hal.
  • Berproses dalam pengambilan keputusan sekaligus belajar apa saja konsekuensi dari setiap tindakan.

Sementara itu dari segi perkembangan sosial, berikut beberapa hal yang umumnya muncul:

  • Mencari identitas yang sesuai dengan keyakinan dirinya. Hal ini juga dapat dipengaruhi hal lainnya seperti jenis kelamin, latar belakang budaya, kelompok teman sebaya, kesukaan terhadap sesuatu, dan lain-lain.
  • Berusaha untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.
  • Mencari pengalaman baru serta penasaran dengan hal yang berisiko. Bisa dikatakan tindakan masih impulsif.
  • Sikapnya masih dipengaruhi oleh teman-teman terdekatnya.
  • Mulai tertarik pada lawan jenis.

Satu hal yang perlu diingat orangtua bahwa tumbuh kembang tiap anak berbeda.

Namun, jika Anda merasa perkembangan dan pertumbuhan anak remaja Anda tidak sesuai usianya, silakan periksakan ke dokter.