Pernyataan yang benar tentang kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada diantara

Jakarta -

Proses sosial disosiatif adalah interaksi sosial yang mengarah pada perpecahan dan pertentangan. Namun pada dasarnya, proses sosial disosiatif merujuk pada berbagai upaya manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

Menurut para ahli, manusia memiliki tiga perjuangan pokok dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Tiga hal tersebut mencakup perjuangan melawan sesama, melawan makhluk lain dan melawan alam. Dalam perjuangan tersebut, proses sosial yang dilakukan meliputi persaingan, kontravensi, dan pertentangan.

Berikut bentuk-bentuk proses disosiatif seperti dilansir dari buku IPS Terpadu karya Nana Supriatna, dkk.

Persaingan adalah proses sosial ketika individu atau kelompok berusaha mengalahkan pihak lain untuk meraih keuntungan tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.

Persaingan dapat terjadi di lingkup sekolah hingga pekerjaan. Contoh, siswa bersaing dengan teman-teman sekolah untuk meraih prestasi.

Dalam kasus yang lebih luas, persaingan dapat muncul dalam aspek yang lebih jauh, seperti persaingan ekonomi, persaingan budaya, persaingan kedudukan dan peran, bahkan juga ras.

2. Kontravensi

Kontravensi adalah bentuk interaksi sosial berupa perasaan tidak suka yang disembunyikan, seperti keraguan bahkan kebencian terhadap pribadi seseorang. Kontravensi dapat dikatakan sebuah proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan.

Namun, kontravensi juga diartikan ahli sebagai sikap mental yang tersembunyi kepada orang lain. Dalam konteks ini, sikap mental hanya sampai tahap kebencian dan belum di tahap terjadi pertentangan.

Contoh, seseorang menyadari adanya perbedaan dengan pihak lain seperti budaya, pendapat, kepintaran, dan pola perilaku. Jika perbedaan tersebut tidak disertai dengan hati yang lapang, maka akan jadi pemicu pertentangan atau konflik.

Beberapa macam bentuk kontravensi seperti dikutip dari Pengenalan Sosiologi karya Taufiq Rohman Dhohiri yaitu:

a. Kontravensi bersifat umum seperti penolakan, protes, dan menghalangi.

b. Kontravensi sederhana seperti memaki, memfitnah,dan mencerca.

c. Kontravensi intensif seperti penghasutan dan penyebaran desas-desus.

d. Kontravensi bersifat rahasia, seperti berkhianat dan mengumumkan rahasia orang lain.

e. Kontravensi bersifat taktis seperti intimidasi, provokasi, dan mengganggu lawan.

3. Pertentangan atau Konflik

Pertentangan atau konflik adalah bentuk proses sosial antarperorangan atau kelompok tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan. Pertentangan menimbulkan jurang pemisah yang dapat mengganggu interaksi sosial.

Umumnya, sebuah upaya dilakukan oleh masing-masing pihak dengan cara yang tidak wajar, sehingga menimbulkan pertikaian baik benturan fisik dan maupun kepentingan yang saling menjatuhkan.

Sebagai salah satu bentuk interaksi sosial, pertentangan lebih mengarah pada kekerasan. Sebab, tujuan pertentangan yaitu untuk menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan.

Penyebab terjadinya pertentangan di masyarakat di antaranya:

a. Adanya perbedaan antar individu.

b. Adanya perbedaan kebudayaan.

c. Adanya perbedaan kepentingan.

d. Adanya perubahan sosial.

Beberapa bentuk pertentangan yang sering dijumpai di kehidupan masyarakat seperti dikutip dari buku IPS SMP karya Sugiharsono, dkk, yaitu:

a. Pertentangan pribadi

b. Pertentangan rasial

c. Pertentangan antara kelas-kelas sosial

d. Pertentangan politik

Perlu digarisbawahi, pertentangan tidak selalu berbentuk dan berdampak negatif. Contoh, pada sebuah diskusi, pertentangan diharapkan membawa tiap pihak mencapai titik temu mengenai suatu fenomena sosial. Selama pertentangan itu tidak berlawanan dengan pola hubungan sosial yang sudah baku dalam struktur sosial tertentu, maka pertentangan dapat bermakna positif.

Nah, jadi ada tiga bentuk interaksi sosial disosiatif beserta contohnya yang bisa detikers identifikasi di kehidupan sehari-hari. Semoga menambah pengetahuan, detikers.

Simak Video "Bantah Berafiliasi dengan Ormas, JNE Duga Ada Persaingan Bisnis"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/twu)

KOMPAS.com - Bentuk interaksi sosial dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu proses sosial asosiatif dan disasosiatif.

Sosiolog Jerman George Simmel-lah yang pertama kali membahas tentang dua proses ini.

Ada proses asosiatif yang meliputi kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.

Kemudian ada proses disosiatif mencakup persaingan, kontravensi, pertikaian, dan konflik sosial.

Proses asosiatif

Proses asosiatif juga disebut proses sosial integratif atau konjungtif. Proses ini penting untuk integrasi dan kemajuan masyarakat. Dalam proses sosial ini anggota-anggota masyarakat berada dalam keadaan harmoni yang mengarah pada pola-pola kerja sama.

Proses sosial asosiatif dibedakan menjadi empat, meliputi:

Kerja sama

Kerja sama adalah usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama biasanya berawal dari kesamaan orientasi.

Bentuk kerja sama dibagi menjadi 4 yaitu:

  • Kerja sama spontan, yang terjadi secara serta merta.
  • Kerja sama langsung, sebagai hasil perintah atasan kepada bawahan atau penguasa terhadap rakyatnya.
  • Kerja sama kontrak, dilakukan atas dasar syarat-syarat atau ketetapan tertentu yang disepakati bersama.
  • Kerja sama tradisional, yaitu kerja sama sebagian atau unsur-unsur tertentu dari sistem sosial.

Baca juga: Interaksi Sosial: Pengertian, Syarat, Ciri, Jenis, dan Faktornya

Akomodasi

Akomodasi adalah proses penyesuaian diri orang perorang atau kelompok-kelompok manusia yang semula saling bertentangan.

Akomodasi dilakukan sebagai upaya mengatasi ketegangan-ketegangan antara pihak yang bertentangan. Tujuan akomodasi tercipta keseimbangan interaksi sosial terkait norma dan nilai dalam masyarakat.

Terdapat delapan bentuk akomodasi yaitu:

  • Coersion: terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain terutama terhadap pihak yang lebih lemah.
  • Kompromi: terjadi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai penyelesaian, semua pihak bersedia memahami keadaan pihak lain.
  • Arbitrasi: terjadi bila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai kompromi dihadirkan pihak ketiga yang netral untuk mengusahakan penyelesaian pertentangan.
  • Mediasi: hampir sama arbitrasi namun dalam mediasi pihak ketiga bertindak sebagai penengah, tidak punya wewenang memberi keputusan penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak.
  • Konsiliasi: bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya persetujuan bersama.
  • Toleransi: bentuk akomodasi tanpa persetujuan resmi. Ada keinginan menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak.
  • Stalemate: terjadi ketika kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan seimbang.
  • Ajudikasi: penyelesaian masalah atau sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum.

Baca juga: Pengertian Lembaga Sosial

Asimilasi

Soerjono Soekanto menerangkan, asimilasi adalah proses sosial yang ditandai usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia.

Proses ini meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan tujuan dan kepentingan bersama.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi antara lain:

  • Sikap toleransi terhadap kebudayaan lain.
  • Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
  • Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
  • Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
  • Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
  • Perkawinan campuran (amalgamation).
  • Adanya musuh bersama dari luar dari luar.

Baca juga: Pengaruh Interaksi Sosial Dengan Berbagai Lembaga

Sedangkan faktor-faktor penghambat asimilasi adalah:

  • Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.
  • Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
  • Perasaan takut terhadap kekuatan kebudayaan yang dihadapi.
  • Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
  • Perbedaan ciri-ciri badaniah seperti warna kulit.
  • In-group feeling (perasaan yang kuat terhadap budaya kelompoknya).
  • Bila golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa.

Akulturasi

Koentjaraningrat mengartikan akulturasi sebagai proses sosial yang timbul bila kelompok manusia kebudayaan tertentu berhadapan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing.

Unsur-unsurnya kebudayaan asing itu lambat laun diterima tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Baca juga: Konflik Sosial: Arti dan Faktor Penyebabnya

Proses Disosiatif

Proses sosial disosiatif adalah keadaan sosial dalam keadaan disharmoni akibat adanya pertentangan antar-anggota masyarakat.

Ketidaktertiban sosial (social disorder) memunculkan disintegrasi sosial akibat pertentangan antar-anggota masyarakat tersebut. Maka dari itu, proses sosial disosiatif juga disebut proses sosial disintegratif atau disjungtif.

Meski proses ini menghambat pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, ketidakhadiran disasosiatif berakibat stagnasi masyarakat.

Proses sosial disosiatif meliputi :

Persaingan

Persaingan adalah suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu.

Persaingan terjadi bila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum.

Ada beberapa fungsi persaingan yaitu :

  • Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
  • Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama kepentingan dan nilai yang menimbulkan konflik.
  • Menyeleksi individu yang pantas memperoleh kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.

Baca juga: Jenis-Jenis Lembaga Sosial

Kontravensi

Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka.

Penyebabnya adanya perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangan lain dalam masyarakat, atau dengan pendirian masyarakat.

Menurut Leopold von Wise dan Howard Becker, bentuk kontravensi adalah:

  • Kontravensi umum, misal penolakan, mengancam pihak lain, perlawanan.
  • Kontravensi sederhana, misal menyangkal pernyataan orang di depan umum.
  • Kontravensi intensif, misal penghasutan atau penyebaran isu.
  • Kontravensi rahasia, misal pembocoran rahasia.
  • Kontravensi taktis, mengejutkan pihak lain, provokasi, dan intimidasi.

Baca juga: Manusia sebagai Makhluk Sosial dan Cirinya

Pertikaian

Pertikaian merupakan bentuk lanjut kontravensi artinya perselisihan sudah bersifat terbuka. Terjadi karena perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat semakin tajam.

Pertikaian dapat muncul bila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain dengan cara ancaman atau kekerasan.

Konflik

Konflik secara umum sering terjadi di dalam masyarakat sebagai gejala sosial yang alami.

Menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah proses sosial di mana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.