Pro dan Kontra banyak tayangan televisi yang merusak moral bangsa

Mosi adalah sebuah isu yang diangkat untuk dibahas dalam sebuah kegiatan debat. Meski terlihat sama atau mirip dengan tema, mosi merupakan hal yang sama sekali berbeda. Hal ini disebabkan mosi merupakan hasil penajaman dari sebuah tema. Dengan demian, cakupan pembahasan sebuah mosi akan selalu lebih mendetil dan spesifik dari sebuah tema.

Berangkat dari mosi inilah, tim-tim yang terlibat dalam debat dapat menyampaikan pendapat mereka mulai dari pendapat mendukung atau menyetujui yang diajukan oleh tim pro atau afirmasi, menolak atau menentang yang diajukan oleh tim kontra atau oposisi, hingga pendapat berimbang yang diajukan olelh tim netral.

Pembahasan

Pada kesempatan ini, soal menyajikan kita dengan sebuah mosi. Karena tidak ada informasi lebih lanjut perihal instruksi yang harus dilakukan, berikut kakak akan mencoba menyajikan pendapat pro dan kontra atas mosi tersebut.

MOSI: BANYAK TAYANGAN DI TELEVISI YANG MERUSAK MORAL BANGSA

PENDAPAT PRO

Saya setuju dengan pendapat yang menyatakan banyak tayangan di televisi yang merusak moral bangsa. Sinetron, terutama, kerap kali mengajarkan hal-hal yang tidak baik seperti membenci orang lain, mengucapkan kata-kata kotor, bertindak tidak sopan kepada orangtua, melakukan tindak kriminal, mengabaikan pelajaran, dan banyak hal lainnya. Hal-hal ini tidak bisa kita anggap wajar karena akan sangat berdampak pada masa depan bangsa ini serta para generasi muda.

PENDAPAT KONTRA

Saya tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa banyak tayangan di televisi yang merusak moral bangsa. Tayangan di televisi dibuat berdasarkan keinginan para penonton. Dengan kata lain, isi tayangan tersebut hanya disajikan sebagai jawaban atas kebutuhan. Pun jika terjadi kerusakan moral bangsa, tayangan televisi tidak dapat dijadikan sebagai kambing hitam fenomena ini.

Pelajari lebih lanjut

Pada materi ini, kamu dapat belajar tentang mosi debat:

brainly.co.id/tugas/10617981

Detil jawaban

Kelas: IX

Mata pelajaran: Bahasa Indonesia

Bab; Bab 3 - Fakta dan opini

Kode kategori: 9.1.3

Kata kunci: mosi, banyak tayangan di televisi yang merusak moral bangsa

Televisi saat ini merupakan media sarana massa yang sangat “populer” dan termudah di kalangan masyarakat dunia dan termasuk di Indonesia. Hampir 90% penduduk di Negara-negara berkembang mengenal dan memanfaatkan televisi sebagai media untuk mencari informasi, hiburan, edukasi dan lain sebagainya. 

Televisi pada zaman dahulu mungkin hanya menjadi konsumsi di kalangan umur tertentu saat ini televesi dapat dijangkau dari kalangan mana pun, mulai dari kalangan orang dewasa hingga anak-anak. Data yang terdapat dari Tribun Lampung di Indonesia, sebanyak 63 persen penonton televisi lebih menyukai program acara hiburan. 

Data tersebut dipaparkan Komisioner KPI Pusat Nuning Rodiyah. Ia memaparkan bahwa pengkonsumsi hiburan televisi bedasarkan delapan konten, yaitu acara entertainment, movie, information, children, news, sport dan religious. Bahkan dalam survei membuktikan bahwa si Amerika Serikat menemukan bahwa setengah dari ana -anak mempunyai televisi di kamar mereka. 

Karena siaran televisi biasanya dicari untuk menghilangkan rasa lelah setelah pulang bekerja atau sekolah. Program televisi yang bervariatif menyebabkan beberapa masyarakat melupakan kebutuhan, kewajiban dan pendidikan mereka. Penyebaran pesan yang terkandung dalam tayangan televisi akan lebih cepat diterima oleh masyarakat Indonesia dibandingkan dengan media cetak seperti koran. 

Baca Juga: Antara Televisi dan Kekerasan

Isi dari tayangan tayangan televisi banyak yang menghilangkan nilai moral atau bahkan mengandung unsur-unsur kebencian, kejahatan, gaya rambut yang radikal, kekerasan yang tidak pantas dan lain sebagainya. Karena hal itu banyak masyarakat Indonesia yang menangkap pesan itu tanpa dipikirkan dahulu, apakah hal itu pantas dijadikan contoh atau tidak. 

Tanpa disadari muncul perubahan dalam diri mereka. Mereka kadang tidak sadar akan perubahan itu tetapi orang di sekitarnya akan sadar. Perubahan ini bisa dalam bentuk negatif dan positif, tergantung bagaimana seseorang itu menangkap pesan yang terkandung dalam televisi. Tayangan tayangan dalam televisi menyebabkan budaya massa baru. 

Bahkan iklan pun membuat masyarakat menciptakan lifestyle baru. Kita bisa lihat contoh-contoh di sekitar kita, Pada zaman sekarang banyak anak-anak yang menonton tv series atau sering disebut “sinetron”. Menurut saya itu bukan tontonan yang pantas untuk anak-anak atau bahkan remaja. 

Terkadang mereka hanya menonton tanpa memfilternya terlebih dahulu. Lalu anak-anak biasanya mengikuti apa yang mereka lihat. Jika dalam tontonan mereka mengandung unsur kriminalitas atau adegan bertengkar atau bahkan melawan orangtua, apa mereka akan mengikuti itu semua? Bagaimana jika terdapat unsur pornografi di dalamnya? 

Saat ini dari pengamatan saya “sinetron” sangat berdampak buruk bagi anak-anak dan remaja. Banyak anak-anak yang melakukkan adegan-adegan di dalam film seperti gaya berpacaran dalam sinetron yang diikuti oleh anak-anak SMP bahkan SD. Padahal menurut saya gaya pacaran seperti di sinetron itu hanya pantas dilakukan oleh orang dewasa. 

Contoh lain, banyak adegan dalam sinetron menunjukan gaya pakaian yang terlihat seksi dan tidak sopan, entah itu gaya berkomunikasi dengan orang lain atau orangtua.

Mereka secara sadar atau tidak mengikutinya dan menjadi anak bangsa yang tidak sopan kepada orang yang lebih tua atau tidak menghargai sesuatu dan masih banyak contoh lainnya. Hal itu semua akan menyebabkan pergeseran budaya dalam berprilaku dan berkomunikasi. 

Pada zaman dahulu lelucon verbal dan kasar seperti meledek nama orang lain dengan mengumpamakan sesuatu itu sebuah hal yang tidak pantas. Tetapi di zaman sekarang itu menjadi hal yang biasa saja bahkan sebagai bahan tertawa. Karena adegan-adegan kekerasan yang terjadi di dalam film anak-anak muda Indonesia menjadi anarkis. Dan hal itu semua merusak mental dan moral anak bangsa dan mengganggu perkembangan kehidupan remaja. 

Baca Juga: Televisi dan Misi Pembodohan

Karena masa remaja itu masa pencarian jati diri, jadi sangat mungkin remaja atau anak-anak mengikuti adegan-adegan dalam sinetron, apalagi jika seorang remaja mengidolakan seorang artis dan artis itu berperan negatif, kemungkinan remaja itu akan mengikutinya. 

Jangan sampai masyarakat kita tidak berkembang atau maju cara berpikirnya hanya karena program televisi yang lebih mengedepankan program televisi yang tidak berkualitas. Seharusnya produser dan sutradara itu memikirkan kemajuan bangsa apalagi anak-anak dan remaja, bukan hanya memikirkan rating televisi mereka dengan memperbanyak episodenya dan ditambah dengan adegan-adegan yang tidak masuk akal.

Mereka seharusnya memikirkan pengaruh yang akan terjadi di dalam masyarakat karena merekalah yang membentuk pribadi bangsa.

Jika masalah ini dibiarkan terus-menerus, maka bagaimanakah generasi bangsa Indonesia di masa yang akan datang? Hanya menonton sinetron yang tidak mendidik? Sebagai generasi muda, kita sebaiknya jangan menelan mentah-mentah informasi yang diberikan oleh televisi; kita harus pintar memilah-milah informasi dari televisi.

Kita harus menjadi remaja yang cerdas untuk mencerdaskan bangsa. Sebagai remaja yang cerdas, jika kita melihat suatu acara televisi yang tidak mendidik, kita dapat melaporkannya kepada KPI.

Baca Juga: Matikan Televisimu, Nyalakan Jendelamu!

Usamah bin Zaid saat usia muda 18 tahun mampu menjadi pemimpin pasukan besar

Ahad , 12 Jul 2020, 19:36 WIB

Google

Mengganti Channel Televisi (ilustrasi)

Rep: Retizen Red: Elba Damhuri

RETIZEN -- Pengirim: Sulastri*

Televisi merupakan media yang banyak digandrungi masyarakat, mulai dari orang tua, remaja hingga anak-anak, merupakan penikmat tayangan televisi.

Namun penayangan sejumlah acara di tv justru banyak yang tak layak dikonsumsi oleh anak-anak. 

Seperti penayangan sinetron terbaru "Dari Jendela SMP" yang diadaptasi dari cerita novel karya Mira W disebuah stasiun tv swasta nasional masih menjadi perdebatan publik. 

Sejumlah warganet menilai cerita novel terlalu vulgar dan tidak pantas diangkat ke layar kaca lantaran terdapat kisah kehamilan diluar pernikahan pada seorang gadis belia.

Sinetron tersebut membawa kekhawatiran tersendiri bagi para orang tua. Pasalnya, film "Dari Jendela SMP" dapat merusak moral generasi bangsa hari ini. Di mana, sekolah yang harusnya menjadi tempat menimba ilmu, justru banyak diwarnai dengan percintaan. 

Miris, tayangan film hari ini dibalut dan dikemas begitu apik membuat terlena para penikmatnya. 

Lebih parah lagi karena terlalu larut dalam penghayatan tayangan, banyak diantara masyarakat yang diaplikasikan adegan tersebut dalam kehidupan mereka. 

Fakta di lapangan tidak sedikit anak usia SD telah mengenal pacaran, berdua-duaan, bahkan lebih dari itu.

Ini sangat disayangkan. Padahal generasi muda kita adalah penerus estafet perjuangan masa depan bangsa. 

Ditangan generasi mudalah ditentukan perjalanan suatu bangsa. Apa jadinya kalau generasi muda kita telah bobrok moralnya dan miskin dari prestasi, akibat tontonan yang tidak mendidik. 

Generasi ini memang sudah sangat jauh berbeda dengan generasi sebelumnya. Bagaimana Sultan Alfatih remaja belia berusia 21 tahun yang merupakan penakluk kota Konstatinopel, kiprahnya mengharumkan seantero negeri Islam silam. 

Kemudian ada juga Usamah bin Zaid, saat usia 18 telah mampu menjadi pemimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat. Prestasi ini tak lepas dari didikan, peran dan edukasi yang mempuni.

Oleh karena itu, seyogianya negara harus lebih memperhatikan para generasi saat ini. Melindungi mereka dari berbagai tontonan yang merusak perilaku dan pikiran. Sehingga para generasi bisa tumbuh menjadi generasi yang cerdas dan berdaya saing tinggi. 

*Pengirim: Sulastri, Konda, Sulawesi Tenggara

  • televisi
  • acara tv
  • sinteron tv
  • sinetron
  • generasi muda

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke .

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA