Tari Gantar berasal dari Suku Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Kesenian ini merupakan jenis tarian pergaulan antara muda mudi yang dipentaskan dalam upacara selamatan untuk memohon berkah kepada Dewi Sri atau Dewi Padi. Hal tersebut dijelaskan oleh Drs. Ida Bagus Sudirga dalam buku Agama Hindu SMA. Pada zaman dahulu, setelah selesai menampilkan Tari Gantar, seekor kerbau disembelih sebagai korban. Menurut kepercayaan masyarakat, jika darah kerbau yang disembelih menyembur dengan sangat deras, berarti hasil panen akan berlimpah. Mengutip Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tari Gantar melambangkan kegembiraan dan juga keramahan Suku Dayak dalam menyambut tamu yang datang berkunjung, baik sebagai wisatawan, investor, atau para tamu yang dihormati. Bahkan, mereka diajak menari bersama para penari. Properti Tari GantarProperti tari adalah adalah perlengkapan yang tidak termasuk kostum, tidak termasuk pula perlengkapan panggung, tetapi merupakan perlengkapan penari. Misalnya kipas, pedang, tombak, panah, topeng, dan piring. Secara umum, fungsi atau tujuan penggunaan properti tari yaitu sebagai penambah nilai estetika tarian yang ditampilkan serta sebagai media dalam penyampaian pesan dan makna dari tarian yang dipentaskan. Busana yang digunakan untuk Tari Gantar adalah tenun ulap doyo, yaitu kain tenun yang terbuat dari serat daun doyo, tanaman sejenis pandan yang berserat kuat. Sedangkan properti Tari Gantar terdiri dari:
Baca JugaTari Gantar menggambarkan gerakan orang yang tengah menanam padi. Penari menggunakan properti senak sebagai kayu penumbuk untuk melubangi tanah. Sedangkan kusak berisi padi-padian yang melambangkan benih padi dan wadahnya. Jenis Tari GantarBersumber dari Ensiklopedia Musik dan Tari Daerah di Kalimantan Timur, ada beberapa jenis Tari Gantar, yaitu: 1. Gantar RayatanTari Gantar Rayatan hanya menggunakan satu alat, yaitu kayu yang panjang. Pada ujung kayu diikatkan tengkorak manusia yang dibungkus dengan kain merah dan dihiasi dengan gebang, yaitu sejenis pohon palem. Para penari berkeliling sambil bernyanyi. Pada pinggang penari terikat mandau, yaitu senjata tradisional khas Kalimantan berbentuk parang, bersarung khas atau kumpang, berujung runcing, bagian punggung biasanya berukir, gagangnya terbuat dari tanduk rusa yang diberi hiasan bulu kambing atau ekor kuda. Penari berkeliling sambil menyanyi (bergurindam). Apabila tidak memegang tongkat, mereka mengelewai (melambaikan tangan sesuai irama). Baca JugaJenis Tari Gantar Busai menggunakan properti bambu yang diisi dengan biji-bijian. Para penari memegangnya di tangan sebelah kanan, sedangkan tangan kiri tidak memegang apa pun. Saat menari, tangan kiri melambai-lambai sesuai irama. Tangan kanan yang memegang bambu digerakkan sehingga keluar bunyi gemerincing. Jumlah bambu atau gantar sesuai dengan jumlah penarinya. Penari berkelompok untuk menampilkan tarian. 3. Gantar KusakJenis Tari Gantar Kusak membutuhkan dua properti, yaitu senak atau tongkat yang dipegang pada tangan kiri dan kusak (bambu) berisi biji-bijian di tangan kanan. Kusak dipegang dengan telapak tangan telentang dan siku ditekuk. Senak biasanya berukuran satu sampai seperempat meter, sedangkan kusak dengan 30cm yang diisi dengan biji-bijian dan ujungnya diberi penutup yang disebut dengan ibus, yaitu sejenis pohon palem. Baca JugaGerakan yang ditampilkan saat menari Tari Gantar adalah sebagai berikut.
Baca JugaMenurut artikel oleh Euis Yuniastuti dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 15, No. 3, makna Tari Gantar awalnya hanya ditarikan pada saat upacara adat saja. Tari Gantar merupakan tarian yang dilaksanakan pada saat upacara pesta tanam padi. Properti tari menggunakan sebuah tongkat panjang melambangkan kayu yang digunakan untuk melubangi tanah pertanian dan bambu pendek adalah tabung benih padi yang siap ditaburkan pada lubang tersebut. Gerakan kaki dalam Tari Gantar menggambarkan cara menutup lubang tanah untuk menanam padi. Para pemuda dan pemudi dengan suka cita menarikan tari tersebut dengan harapan panen kelak akan berlimpah ruah hasilnya.
Tari kecak merupakan tarian yang populer yang kerap dipertunjukkan di kawasan wisata Bali. Disebut tari kecak karena tarian unik yang satu ini tidak diiringi dengan lantunan alat musik, melainkan paduan seni dari suara-suara mulut atau teriakan-teriakan seperti “cak cak ke cak cak ke” disepanjang pertunjukan. Melansir jurnal berjudul Konstruksi Pesan Tari 'Kecak' pada Masyarakat Badung, Bali, secara ringkas, tarian yang dipentaskan lebih dari 50 orang penari laki-laki atau perempuan yang duduk berbaris melingkar dengan irama tertentu dan sambil menyerukan “cak” serta mengangkat kedua tangannya. Para penari yang duduk melingkar mengenakan kain kotak-kotak (disebut kain poleng). Dengan latar belakang kisah Ramayana melawan Rahwana (raksasa) yang menculik Dewi Shinta (istri dari Ramayana) yang akhirnya berhasil diselamatkan Rahwana. Baca JugaSebenarnya, tari ‘Kecak’ berangkat dari ritual Sang Hyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada dalam kondisi tidak sadar ketika melakukan komunikasi dengan para dewa atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Tari Kecak biasanya disebut sebagai tari “Cak” atau tari Api (Fire Dance) merupakan tari pertunjukan massal atau hiburan dan cenderung sebagai sendratari yaitu seni drama, karena seluruhnya menggambarkan seni peran yang tidak secara khusus digunakan dalam ritual agama seperti pemujaan, odalan atau upacara lainnya. Bentuk-bentuk sakral dalam tari Kecak ini biasanya ditujukan dalam hal kerauhan atau masolah yaitu kekebalan secara gaib sehingga tidak terbakar oleh api. Tari Kecak adalah salah satu pertunjukan budaya paling menonjol yang berasal dari Bali, tetapi tarian ini bukan tradisi “kuno”. Tari ini diciptakan pada tahun 1930 oleh seorang penari Bali bernama I Wayan Limbak dan seorang pelukis dari jerman yang bernama Walter Spies. Tari Kecak sendiri terinspirasi dari ritual Bali yang disebut “Tari Sanghyang” di mana penari jatuh ke dalam kesurupan karena dirasuki oleh roh suci. Sementara itu, asal usul nama dari tarian ini berasal dari para penari pria yang selalu meneriakan kata ‘Cak Cak Cak Cak’. Dari bunyi itulah yang membuat nama tarian ini disebut sebagai Tari Kecak. Selain itu, musik dari tarian khas Bali ini juga berasal dari suara kerincingan yang diikatkan pada kaki penari yang berperan sebagai salah satu tokoh Ramayana. Para penari membuat lingkaran yang mengelilingi api unggun, sementara penari lain memainkan perannya masing-masing. Mereka memainkan tarian yang terinspirasi dari kisah Ramayana yang menyelamatkan Shinta dari kejahatan Rahwana. Baca JugaPertunjukan Ramayana yang diiringi tarian kecak ini mengisahkan perjuangan Rama ketika membebaskan Shinta, sang permaisuri tercinta dari Rahwana. Ia dibantu oleh Hanoman si kera putih yang memporakporandakan tempat penyekapan Shinta, sampai nyaris terbakar. Selain itu, Rama juga memohon pertolongan kepada Dewata. Kisah ini menunjukan kepercayaan Rama kepada Tuhan, kerja kerasnya, dan kesetiaan Shinta kepada sang suami yang tentu patut untuk diteladani. Gerakan Tari KecakBerdasarkan buku Pembelajaran Tari dalam Kurikulum PAUD, tari kecak merupakan jenis tarian ritual yang menggunakan pola lantai lengkung yang membentuk lingkaran. Di dalam ritual sanghyang untuk menolak bala ini, para penari tidak perlu mengikuti setiap tari yang diiringi oleh gamelan, melainkan bisa lebih santai, karena jalan cerita dan perpaduan suara lebih diutamakan. Seperti tari tradisional lainnya, ada properti khusus yang digunakan di dalam tari kecak, yaitu: bara api, gelang kerincing, bunga kamboja, topeng, selendang hitam-putih, dan tempat sesaji yang membuatnya semakin sakral dan mistis. Gerakan utama dari tarian ini adalah mengangkat kedua tangan sambil berteriak “cak cak cak”. Sedangkan adegan dalam tari kecak dibagi menjadi 4 bagian.
Fungsi Tari KecakSeperti yang sudah disampaikan sebelumnya, bahwa tari ini terinspirasi dari upacara Sanghyang atau upacara tolak bala. Karena tari ini terinspirasi dari upacara Sanghyang maka tari ini memiliki fungsi yang sama, yakni bertujuan untuk mengusir roh jahat dan menolak bala maupun marabahaya. Saat menari, salah seorang penari akan kerasukan roh, pada saat itulah terjadi sebuah komunikasi dengan leluhur maupun para dewa, penari akan di beri sebuah pesan ataupun petunjuk. Tarian kecak juga berfungsi sebagai sarana pertunjukan bagi para wisatawan. Sudah terbukti dengan membludaknya para penonton wisatawan lokal maupun mancanegara yang menyaksikan secara langsung setiap hari, khusunya di Uluwatu dan Tanah Lot. Terakhir dan yang paling penting tarian ini berfungsi sebagai sarana untuk melestarikan dan mengenalkan budaya Bali. Baca JugaPara lelaki yang duduk melingkari api unggun memakai busana adat khas Bali. Penari tersebut akan memaki sarung dengan motif kotak-kotak yang berwarna hitam dan putih, dilengkapi juga dengan kerincingan yang diikat pada pergelangan kaki. Sedangkan untuk para penari yang memerankan tokoh dalam kisah ramayana akan mengenakan properti dan riasa yang menyerupai karakter yang diperankan. 1. Bara Api Tari kecak juga dikenal sebagai tari api karena salah satu properti yang digunakan dalam tari ini adalah bara api. Dalam tari ini terdapat atraksi sakral dimana penari menginjak bara api dengan kaki telanjang. Sehingga atraksi ini terasa mistis, para penari-pun tak merasakan sakit saat menginjak api. 2. Bunga Kamboja Bunga kamboja sudah menjadi bagian dari masyarakat bali, karena bunga ini dianggap sebagai pembawa pencerahan dan kebaikan. Masyarakat bali percaya bahwa bunga adalah penghubung antara mereka dan alam. Bunga kamboja juga digunakan menjadi properti dalam tari kecak sebagai pelengkap ritual. Biasanya bunga kamboja di selipkan pada telinga. 3. Gelang Kerincingan Selain suara “Cak”, gelang kerincingan yang diikatkan pada pergelangan tangan atau kaki penari tokoh ramayana menjadi sebuah iringan alat musik, karena menghasilkan suara yang indah dan cukup keras. 4. Selendang Para penari yang duduk melingkar atau pengiring tari akan mengenaikan sarung atau selendang warna hitam putih berbentuk kotak-kotan, layaknya papan catur. Tentu saja selendang tersebut dipakai bukan tidak punya arti, selendang khas Bali itu melambangkan konsep Rwa Bhineda yang telah diyakini masyarakat Bali. 5. Topeng Propeti ini hanya digunakan oleh penari utama yang berperan sebagai Rahwana, Sugriwa dan Hanoman. 6. Tempat Sesaji Tentu kita sudah tidak asing lagi jika bali terkenal dengan sesajennya, kita bisa menemui sesaji dimana saja. Termasuk pada tari kecak, sesaji digunakan sebagai properti yang membuat tari ini semakin sakral dan mistis. Sesaji sendiri dipercaya bisa mendatangkan keberuntungan dan menangkal kesialan. Tari kecak merupakan satu dari sekian banyak tari tradisional khas Bali yang mampu menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun asing yang datang ke Bali. Tari Kecak sendiri dapat disaksikan di area wisata Uluwatu pada setiap hari jam 18.00 WITA. |