Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

(Dan jika kamu mengadakan perjalanan) atau bepergian (di muka bumi, maka tak ada salahnya kamu) (apabila mengqasar salat) dengan membuat yang empat rakaat menjadi dua (jika kamu khawatir akan diperangi) atau mendapat cidera dari (orang-orang kafir) menyatakan peristiwa yang terjadi di kala itu, maka mafhumnya tidak berlaku. Menurut keterangan dari sunah, yang dimaksud dengan suatu perjalanan panjang ialah empat pos atau dua marhalah. Dan dari firman-Nya, "Maka tak ada salahnya kamu," ditarik kesimpulan bahwa mengqasar salat itu merupakan keringanan dan bukan kewajiban. Dan ini merupakan pendapat Imam Syafii. (Sesungguhnya orang-orang kafir itu bagi kamu musuh yang nyata) maksudnya jelas dan terang permusuhannya terhadap kamu.

Salat adalah suatu kewajiban yang kokoh dan tidak dapat gugur dengan alasan bepergian. Namun, meskipun tetap berkewajiban melaksanakan salat, seseorang yang sedang dalam perjalanan boleh memendekkan (mengqasar) salatnya. Maka, bila ada orang yang bepergian dan takut diserang oleh orang-orang kafir, ia boleh menyingkat salatnya, sehingga salat empat rakaat menjadi dua rakaat. Waspada terhadap orang-orang kafir adalah suatu keharusan, sebab mereka adalah musuh orang-orang Islam.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Kata-kata "tidak berdosa" untuk menyingkirkan rasa was-was atau keberatan mengqashar shalat karena tidak biasa dilakukan.

Qashar artinya meringkas, bisa meringkas 'adad (jumlah), yakni dengan mengerjakan shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat, dan bisa maksudnya qashrush sifat, yaitu meringankan rukun-rukun shalat yang 2 rakaat itu, ketika dalam perjalanan dan saat kondisi khauf (khawatir). Mengerjakan dua rakaat shalat yang empat rakaat tersebut dilakukan karena dalam perjalanan, dan meringankan sifat dilakukan karena kondisi khauf (mengkhawatirkan serangan musuh). Namun jika dalam perjalanan yang tidak mengkhawatirkan, maka hanya berlaku qashar jumlah, yakni mengerjakan shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat, sedangkan jika tidak dalam perjalanan (hadhar), tetapi kondisi mengkhawatirkan, maka berlaku qashrush sifat, yakni memberikan keringanan rukun-rukun shalat seperti pada shalat khauf yang disebutkan pada ayat selanjutnya.

Zhahir ayat ini adalah bahwa qashar shalat yang berjumlah empat menjadi dua tidak dilakukan kecuali ada dua sebab, yaitu safar dan kondisi mengkhawatirkan, oleh karena itu Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu sampai bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, mengapa kita mengqashar shalat, padahal kita dalam keadaan aman?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


Page 2

(Dan apabila kamu) hai Muhammad, hadir (di tengah-tengah mereka) sedangkan kamu khawatir terhadap musuh (lalu kamu hendak mendirikan salat bersama mereka) ini berlaku menurut kebiasaan Alquran dalam pola pembicaraan sehingga dengan demikian mafhumnya tidak berlaku (maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri, salat, bersamamu) sedangkan golongan lainnya mengundurkan diri (dan hendaklah mereka mengambil) artinya golongan yang berdiri salat bersamamu tadi (senjata-senjata mereka) bersama mereka. (Dan apabila mereka sujud) artinya telah menyelesaikan salat satu rakaat (maka hendaklah mereka) yakni rombongan yang pertama tadi (pergi ke belakangmu) untuk menjaga musuh sampai salat selesai (dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum salat lalu salat bersamamu dan hendaklah mereka bersikap waspada dan membawa senjata mereka) bersama mereka sampai mereka menyelesaikan salat itu. Dan hal ini pernah dilakukan Nabi saw. di lembah Nakhl, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. (Orang-orang kafir ingin agar kamu lengah) di waktu kamu mengerjakan salat (terhadap senjata dan harta bendamu lalu mereka menyerbu kamu sekaligus) yakni dengan menyerang dan menawan kamu. Inilah yang menjadi sebab kenapa kamu disuruh membawa senjata. (Dan tak ada salahnya bagimu meletakkan senjata-senjatamu kalau kamu mendapat gangguan dari hujan atau kamu dalam keadaan sakit) sehingga kamu tidak membawanya. Ini menunjukkan wajibnya membawa senjata di kala tak ada halangan, dan merupakan salah satu di antara kedua pendapat Syafii. Sedangkan pendapatnya yang kedua bahwa ini hanyalah sunah dan merupakan pendapat yang lebih kuat. (Dan hendaklah kamu bersikap waspada) terhadap musuh; artinya selalulah dalam keadaan siap siaga menghadapi serangannya. (Sesungguhnya Allah telah menyediakan bagi orang-orang kafir itu siksa yang menghinakan.)

Ketika kamu, Rasulullah, sedang berada di tengah-tengah mereka, kemudian datang waktu salat, kalian harus tetap berhati-hati dan waspada terhadap musuh dengan mengelompokkan umat Islam ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama melakukan salat bersamamu, sedang yang lain berada di belakang sambil memegang senjata untuk berjaga-jaga. Bila kamu telah menyelesaikan separuh salat, kelompok pertama yang salat di belakangmu tadi mundur menggantikan posisi kelompok kedua, dan kelompok kedua maju untuk melakukan salat bersamamu. Kemudian, masing-masing kelompok menyempurnakan sendiri- sendiri rakaat yang belum dikerjakan. Kelompok pertama yang belum mengerjakan rakaat kedua disebut lâhiqah dan kelompok kedua yang belum mengerjakan rakaat pertama disebut masbûqah. (1) Ketentuan ini diambil demi ketertiban agar salat kalian tidak terlewatkan, dan untuk berjaga-jaga terhadap orang-orang kafir yang selalu menginginkan kalian lengah dan tidak memperhatikan senjata dan perlengkapan, lalu menyerbu kalian secara serentak ketika kalian sedang melaksanakan salat. Selain itu, ketentuan ini ditetapkan untuk menegaskan bahwa memerangi orang-orang musyrik tetap diwajibkan, meskipun pada waktu salat. Tetapi, jika kalian sakit, luka akibat perang, atau jika turun hujan lebat, kalian boleh "beristirahat" perang, dengan tidak melupakan kewaspadaan dan kehati-hatian. Itulah hukuman Allah di dunia bagi orang-orang kafir. Sedang di akhirat kelak, Allah telah menyiapkan bagi mereka siksa yang menghinakan. (1) Kelompok lâhiqah adalah kelompok yang mengerjakan bagian awal salat bersama imam dan menunda bagian akhir dengan mengerjakannya sendiri. Sedang kelompok masbûqah adalah kelompok yang melakukan bagian akhir salat secara berjamaah bersama imam dan mengerjakan bagian awalnya sendiri.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Sedangkan segolongan lagi berjaga-jaga. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan menyandang senjata dan bersiap siaga dalam shalat khauf meskipun di sana terdapat gerakan dan menyibukkan diri dengan sesuatu yang mengalihkan dari sebagian keadaan shalat, namun di sana terdapat maslahat yang besar, yaitu menggabung antara shalat, jihad dan bersiap siaga terhadap musuh yang berusaha mencari saat di mana kaum muslimin lengah.

Yakni apabila telah selesai satu rakaat, maka diselesaikan satu rakaat lagi sendiri-sendiri, sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam duduk menunggu golongan yang kedua.

Yaitu rakaat yang pertama, sedangkan rakaat yang kedua mereka selesaikan sendiri-sendiri dan mereka mengakhiri shalat bersama dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Cara di atas adalah salah di antara cara shalat khauf yang dipraktekkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam ayat ini juga terdapat dalil bahwa shalat berjama'ah hukumnya fardhu 'ain, karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan shalat berjama'ah dalam kondisi yang mengkhawatirkan ini. Jika dalam kondisi seperti ini masih diperintahkan shalat berjama'ah, maka dalam kondisi aman lebih diperintahkan lagi.

Cara shalat khauf seperti tersebut pada ayat 102 ini dilakukan dalam keadaan yang masih mungkin dikerjakan, apabila tidak memungkinkan untuk dikerjakan seperti peperangan berkecamuk dan sulit membagi dua pasukan, maka masing-masing mengerjakan shalat sesuai kemampuan, bisa sambil berjalan, naik kendaraan menghadap kiblat maupun tidak (berdasarkan surat Al Baqarah ayat 239).

Ketika shalat.

Inilah illat (sebab) mengapa diperintahkan menyandang senjata.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma tentang ayat, "In kaana bikum adzam mim matharin au kuntum mardhaa." Ia berkata, "Ketika itu Abdurrahman bin 'Auf terluka." Al Haafizh berkata, "Maka turunlah ayat tersebut."

Maka segala puji bagi Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang diberikan kepada kaum mukmin, dikuatkan-Nya mereka dan diajarkan-Nya mereka cara-cara yang jika mereka mengerjakannya secara sempurna, maka tidak ada jalan bagi musuh menguasai mereka kapan pun dan di mana pun.


Page 3

(Dan apabila kamu telah menyelesaikan salat, maka ingatlah Allah) dengan membaca tahlil dan tasbih (baik di waktu berdiri maupun di waktu duduk dan berbaring) tegasnya pada setiap saat. (Kemudian apabila kamu telah merasa tenteram) artinya aman dari bahaya (maka dirikanlah salat itu) sebagaimana mestinya. (Sesungguhnya salat itu atas orang-orang yang beriman adalah suatu kewajiban) artinya suatu fardu (yang ditetapkan waktunya) maka janganlah diundur atau ditangguhkan mengerjakannya. Ayat berikut turun tatkala Rasulullah saw. mengirim satu pasukan tentara untuk menyusul Abu Sofyan dan anak buahnya ketika mereka kembali dari perang Uhud. Mereka mengeluh karena menderita luka-luka:

Apabila kalian selesai melaksanakan salat khauf, yaitu salat dalam situasi perang seperti di atas, jangan lupa berzikir kepada Allah. Berzikirlah kepada-Nya dalam keadaan berdiri, berperang, duduk dan tidur. Karena, zikir dengan menyebut nama Allah akan dapat memantapkan dan menenangkan hati. Jika rasa takut telah hilang, laksanakanlah salat dengan sempurna. Sebab, pada dasarnya, salat merupakan kewajiban umat Islam yang mempunyai waktu-waktu tertentu.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Yakni dalam setiap keadaan. Hal itu, karena baiknya hati, beruntung dan bahagianya terletak pada kembalinya mereka kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, mencintai-Nya dan memenuhi hati dengan mengingat dan memuji-Nya. Yang demikian dapat dilakukan, salah satunya –bahkan yang paling besarnya- adalah dengan shalat secara sempurna, di mana shalat itu pada hakikatnya merupakan penghubung antara seorang hamba dengan Tuhannya.

Yakni secara sempurna, baik zhahir maupun batin, terpenuhi syarat, rukun, khusyu' dan segala yang menyempurnakannya.

Oleh karena itu tidak boleh dilewatkan waktunya.


Page 4

(Dan janganlah kamu merasa lemah) atau tidak mampu (dalam mengejar musuh) yakni orang-orang kafir yang kamu perangi (karena jika kamu menderita sakit) disebabkan karena luka misalnya (maka sesungguhnya mereka menderita sakit pula sebagaimana kamu menderitakannya) maksudnya nasib mereka sama dengan kamu, sedangkan mereka tidak merasa takut atau pesimis dalam menghadapimu (dan kamu mengharapkan dari Allah) kemenangan dan pahala (sesuatu yang tidak mereka harapkan) hingga sebetulnya kamu lebih unggul dan ada kelebihan dari mereka, maka seharusnya lebih berani dan bergairah. (Dan Allah Maha Mengetahui) segala sesuatu (lagi Maha Bijaksana) dalam perbuatan dan pengaturan-Nya. Suatu kali Thu'mah bin Ubairiq mencuri sebuah baju besi dan menyembunyikannya di rumah seorang Yahudi. Ketika baju besi itu ditemukan, Thu'mah menuduh si Yahudi dan si Yahudi bersumpah bahwa ia tidak mencurinya. Lalu kaum si Yahudi itu pun meminta kepada Nabi saw. agar membelanya dan membersihkan dirinya dari tuduhan tersebut, maka turunlah ayat:

Jangan berhati lemah mengejar orang-orang kafir yang telah menyatakan perang terhadap kalian dan selalu berusaha mengintai dari setiap penjuru. Perang, memang, sungguh menyakitkan. Maka, kalau kalian merasa sakit dengan luka-luka perang yang kalian alami, mereka juga merasakan hal yang sama. Bedanya, mereka melakukan itu semua bukan untuk mencari kebenaran dan mengharapkan sesuatu dari Allah. Sedangkan kalian, orang-orang Mukmin, mekakukan itu semua demi mencari kebenaran dan mengharapkan perkenan Allah dan kenikmatan abadi, surga. Allah Maha Mengetahui segala apa yang kalian dan mereka perbuat, Mahabijaksana yang memberi balasan setiap orang sesuai dengan perbuatannya.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir


Page 5

(Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu) yakni Alquran (dengan benar) kaitannya ialah kepada "menurunkan" (agar kamu mengadili di antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu). (Dan janganlah kamu menjadi pembela bagi orang yang berkhianat) seperti Thu`mah dan menjadi penentang mereka atau pihak lawannya.

Kami telah menurunkan al-Qur'ân kepadamu, Muhammad, dengan benar: mengandung dan menjelaskan segala kebenaran sampai hari kiamat. Al-Qur'ân menjadi pedoman dalam memutuskan hukum di antara manusia. Tentukanlah hukum mereka--dengan berpedoman pada al-Qur'ân-dan jangan kamu membela orang-orang yang berkhianat.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Yakni ketika diturunkan, Al Qur'an terpelihara dari para setan yang hendak menyelipkan kebatilan, bahkan mereka tidak dapat mendekatinya. Al Qur'an turun dengan kebenaran, mengandung kebenaran, beritanya benar, perintah dan larangannya pun adil.

Tidak dengan hawa nafsumu. Oleh karena itu, Al Qur'an merupakan penyelesai masalah di tengah-tengah manusia, baik dalam masalah 'aqidah, hukum, masalah darah, kehormatan, harta dan hak-hak lainnya.

Ayat ini menunjukkan bahwa seorang hakim harus berilmu dan adil. Dalil berilmu berdasarkan firman Allah, "dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu" dan dalil adil berdasarkan firman Allah, "dan janganlah kamu menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang khianat", yakni janganlah kamu membela orang yang kamu ketahui khianatnya, orang yang mendakwakan sesuatu padahal bukan miliknya, orang yang mengingkari hak yang ditanggungnya, baik kamu mengetahuinya maupun berdasarkan perkiraanmu. Dalam ayat ini terdapat dalil haramnya membela kebatilan dan menjadi pengacara untuk orang yang batil. Dalam ayat tersebut juga terdapat dalil bolehnya menjadi pengacara bagi orang yang tidak diketahui berbuat zalim.


Page 6

(Dan mohonlah ampunlah kepada Allah) mengenai apa yang telah kamu rencanakan dan sedianya hendak kamu lakukan. (Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.)

Ketika kamu menentukan suatu putusan hukum, hadapkanlah dirimu kepada Allah, renungkan keagungan-Nya dan mintalah ampunan dan kasih sayang-Nya. Karena, sesungguhnya, ampunan dan kasih sayang adalah sifat-sifat Allah.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Terhadap kesalahan yang telah kamu lakukan, jika ada.

Bagi orang yang meminta ampun kepada-Nya, bertobat dan kembali kepada-Nya, dan Dia akan memberinya taufiq untuk beramal shalih setelahnya.


Page 7

(Dan janganlah kamu berdebat dengan orang-orang yang mengkhianati diri mereka) artinya berkhianat dengan jalan berbuat maksiat karena bencana pengkhianatan itu akan kembali kepada diri sendiri. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang gemar berkhianat) artinya suka berkhianat (dan bergelimang dosa) hingga pasti akan menyiksanya.

Janganlah kamu membela orang-orang yang berkhianat dan selalu menyembunyikan pengkhianatannya dalam diri mereka. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berbuat khianat dan dosa.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Dengan maksiat. Dalam ayat ini terdapat larangan berdebat untuk membela orang yang bersalah, atau orang yang terkena hukuman baik hukuman had maupun ta'zir.


Page 8

(Mereka bersembunyi) maksudnya Thu'mah dan kaumnya disebabkan malu (dari manusia dan tidak bersembunyi dari Allah padahal Dia bersama mereka) yakni dengan ilmu-Nya (ketika pada suatu malam mereka menetapkan) artinya memutuskan secara rahasia (suatu rencana yang tidak diridai-Nya) yaitu rencana mereka mengucapkan sumpah tidak mencuri dan menuding si Yahudi melakukannya. (Dan Allah Maha Meliputi apa yang kamu kerjakan) maksudnya ilmu-Nya.

Di hadapan manusia, mereka dapat menyembunyikan khianat itu, tapi di hadapan Allah tidak demikian. Pengkhianatan mereka tak akan luput dari pengetahuan Allah, sebab Dia selalu mengawasi mereka. Mereka bersepakat, di malam hari, melakukan penganiayaan terhadap orang yang tak bersalah, sesuatu yang tidak diperkenankan oleh Allah. Allah Mahatahu segala sesuatu yang mereka kerjakan.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Hal ini muncul karena kelemahan iman dan kurangnya keyakinan, sehingga rasa takut kepada manusia lebih besar daripada rasa takut kepada Allah, oleh karenanya mereka berusaha mencari cara, baik yang mubah atau yang haram agar tidak terbuka aibnya di tengah-tengah manusia, mereka tidak peduli bahwa Allah melihat dan menyaksikan mereka. Padahal Dia bersama mereka dengan ilmu-Nya, di mana Dia mengetahui seluk-beluk mereka, khususnya ketika mereka merencanakan makar jahat, yaitu rencana membersihkan orang yang bersalah dan melemparkan kesalahan kepada orang yang tidak bersalah serta berusaha agar Beliau melakukan apa yang mereka rencanakan.

Ilmu-Nya meliputi apa yang mereka kerjakan, namun demikian Dia tidak segera menghukum mereka, bahkan menundanya dan menawarkan tobat kepada mereka serta memperingatkan mereka untuk berhenti dari dosa, karena hal itu menyebabkan mereka mendapat hukuman yang berat.


Page 9

(Demikianlah, kamu ini) hai (kamu sekalian) diarahkan kepada kaum Thu'mah (berdebat untuk membela mereka) yakni membela Thu'mah dan keluarganya; ada pula yang membaca `anhu artinya Thu'mah saja (dalam kehidupan dunia. Maka siapakah yang akan berdebat dengan Allah untuk membela mereka di hari kiamat nanti) artinya ketika Dia menyiksa mereka (atau siapakah yang akan menjadi pelindung mereka kelak?) yakni yang akan mengurus persoalan mereka dan mempertahankan mereka? Tegasnya tidak seorang pun yang mampu berbuat demikian.

Kalau di dunia ini kalian dapat membela mereka, sehingga mereka dapat terhindar dari siksa dunia, di akhirat kelak tidak akan ada yang dapat membela mereka di hadapan Allah. Bahkan, tidak akan ada pula yang siap menjadi pelindung dan penolong mereka.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Siapakah yang berani menentang Allah ketika hujjah telah mengenai mereka? Siapakah yang berani menentang Allah; Tuhan yang mengetahui segala yang rahasia dan yang tersembunyi? Siapakah yang berani menentang Allah; Tuhan yang mengadakan saksi kuat yang tidak mungkin diingkari; lisan, tangan dan kaki dijadikan saksi?

Dalam ayat ini terdapat bimbingan agar seseorang membandingkan antara kepentingan dunia yang didapatkan dari meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan dengan hilangnya pahala di akhirat yang dan hukuman yang akan diperoleh. Oleh karena itu, ketika dirinya diperintahkan oleh hawa nafsunya meninggalkan perintah Allah, ia berkata kepada dirinya, "Mengapa anda meninggalkan perintah-Nya, padahal apa manfaat yang kamu dapatkan dari meninggalkan perintah?" Betapa banyak pahala di akhirat yang luput bagi anda?" Bahkan karena meninggalkan perintah itu, anda mendapatkan kesengsaraan, kerugian dan kekecewaan?" Demikian juga apabila dirinya diajak kepada kesenangan-kesenangan yang haram, dia berkata kepada dirinya, "Ya, anda memang mengerjakan perbuatan yang anda sukai, namun kesenangannya hanya sementara, dan setelahnya kesedihan, penderitaan dan penyesalan, tidak mendapatkan pahala dan malah mendapatkan siksa". Cukuplah sebagian dari akibat itu membuat orang yang berakal berhenti dari mengerjakannya. Memikirkan hal ini termasuk sesuatu yang paling bermanfaat bagi seorang hamba, dan seperti inilah orang yang berakal secara hakiki, berbeda dengan orang yang mengaku berakal, namun tidak seperti itu, sehingga ia mendahulukan kesenangan sementara daripada kesenangan yang kekal.


Page 10

(Dan siapa yang mengerjakan kejahatan) atau dosa yang mengenai orang lain seperti Thu'mah yang menuduh si Yahudi (atau menganiaya dirinya) artinya berbuat dosa yang hanya menimpa dan terbatas pada dirinya sendiri (kemudian ia memohon ampun kepada Allah) atas perbuatannya itu atau ia bertobat (maka akan didapatinya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) kepadanya.

Pintu tobat itu selalu terbuka lebar. Barangsiapa melakukan kejahatan atau menganiaya diri sendiri dengan melakukan maksiat, kemudian memohon ampun kepada Allah, Allah pasti akan menerima pertobatan itu dan akan mengampuni dosanya. Sebab, pengampunan dan kasih sayang merupakan sifat- sifat Allah.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Kepada orang lain, baik terkait dengan darah, harta atau kehormatan mereka.

Dengan berbuat maksiat antara dirinya dengan Allah.

Yakni beristighfar secara sempurna dengan mengakui dosa dan menyesalinya, berhenti dari melakukannya dan berniat keras untuk tidak mengulanginya, maka Allah berjanji –sebagaimana dalam ayat di atas- akan mengampuni dan merahmati. Dia akan mengampuni dosa yang dilakukannya, menghilangkan cacat dan kekurangan yang diakibatkan dari maksiat itu, mengembalikan amal shalihnya dan memberinya taufiq di masa mendatang, dan dosanya tidak dijadikan-Nya sebagai penghalang taufiq-Nya.


Page 11

(Siapa yang berbuat dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk kerugian dirinya sendiri) karena bencananya akan menimpa dirinya dan bukan diri orang lain. (Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana) dalam segala perbuatan-Nya.

Akibat buruk perbuatan dosa hanya akan kembali kepada pelakunya sendiri. Maka, barangsiapa berbuat dosa, berarti telah merugikan diri sendiri dan akan merasakan sendiri akibatnya. Allah Maha Mengetahui apa yang diperbuat orang itu dan akan memperlakukannya sesuai kebijakan-Nya. Allah bebas memberi siksa atau ampunan, sesuai kemahabijaksanaan-Nya.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Mencakup dosa kecil maupun dosa besar.

Hukumannya baik hukuman dunia maupun akhirat ditanggung oleh dirinya, tidak ditanggung oleh yang lain sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain," (Terj. An Najm: 38). Akan tetapi, jika kemaksiatan nampak dan tidak diingkari, maka hukuman dan dosanya bisa menimpa secara merata, dan yang demikian masih termasuk ke dalam surat An Najm ayat 38 tersebut, karena orang yang tidak mengingkari hal yang wajib diingkari padahal dirinya mampu, maka sama saja ia telah mengerjakan kesalahan. Dalam ayat di atas terdapat bukti keadilan Allah dan kebijaksanaan-Nya, di mana Dia tidak menghukum orang lain karena kesalahan yang dilakukan oleh seseorang dan tidak menghukum lebih dari dosa yang dilakukan.

Yakni Maha sempurna ilmu dan kebijaksanaan-Nya. Di antara ilmu-Nya dan kebijaksanaan-Nya adalah Dia mengetahui dosa dan apa saja yang timbul daripadanya, sebab yang mendorong untuk melakukannya, hukuman dari perbuatan yang dilakukan. Dia juga mengetahui keadaan orang yang berdosa, jika seseorang melakukannya karena hawa nafsu dalam hatinya yang memerintahkan kepada keburukan, namun ia senantiasa kembali kepada Tuhannya di setiap waktunya, maka Dia akan mengampuni dan memberinya taufiq untuk bertobat. Sebaliknya, jika kemaksiatan dilakukan karena meremehkan perhatian Allah kepadanya dan meremehkan siksa-Nya, maka orang seperti ini nampaknya jauh dari ampunan dan taufiq-Nya untuk bertobat.


Page 12

(Dan siapa yang mengerjakan suatu kesalahan) atau satu dosa kecil (atau suatu dosa) besar (kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah) membuatnya (maka sesungguhnya ia telah memikul suatu kebohongan) dan tuduhannya (dan dosa yang nyata) disebabkan kerja dan usahanya itu.

Barangsiapa yang melakukan dosa lalu menuduh orang tak bersalah telah melakukannya, bagaikan orang yang mencuri sesuatu lalu menuduh orang lain yang melakukannya. Dengan begitu, orang itu telah melakukan dua dosa sekaligus: pertama, dosa karena bohong dan menuduh orang lain, dan, kedua, dosa karena perbuatan yang dilakukannya.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Dosa kecil.

Dosa besar.

Ayat ini menunjukkan bahwa yang demikian termasuk dosa besar dan hal yang membinasakan seseorang, karena dia sama saja telah melakukan banyak kerusakan, di antaranya yaitu: telah mengerjakan dosa atau kesalahan, menuduhkan kesalahan kepada orang yang tidak berdosa, berbuat dusta dengan menyatakan dirinya bersih dan menuduh orang yang tidak berdosa, mengakibatkan adanya hukuman duniawi yang tidak benar, orang yang salah tidak terkena, bahkan orang yang tidak bersalah malah diberi hukuman. Demikian juga, orang yang tidak bersalah menjadi bahan pembicaraan orang lain dan mafsadat lainnya. Kita meminta kepada Allah agar dilindungi daripadanya dan dari setiap keburukan, Allahumma aamin.


Page 13

(Dan kalau bukanlah karena karunia dan rahmat Allah kepadamu) hai Muhammad (tentulah segolongan mereka bertekad) yakni kaum Thu`mah (akan menyesatkanmu) sehingga dengan penipuan mereka kamu menyimpang dari pengadilan yang benar. (Tetapi yang mereka sesatkan hanyalah diri mereka sendiri sedangkan mereka tidak dapat memberi mudarat kepadamu) min merupakan tambahan (sedikit pun juga) karena bencana perbuatan mereka yang menyesatkan itu kembali pada diri mereka sendiri (Allah telah menurunkan kepadamu kitab) Alquran (dan hikmah) maksudnya hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya (dan mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui) berupa hukum-hukum dan berita-berita gaib. (Dan karunia Allah padamu) disebabkan demikian dan karena lain-lainnya (amat besar).

Seandainya Allah tidak mengaruniakan wahyu kepadamu dan tidak menyayangimu dengan ketepatan daya pikirmu, tentu segolongan dari mereka bermaksud untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka itu tidak akan dapat menyesatkan siapa pun selain diri mereka sendiri, karena Allah selalu mengawasimu, dan akal pikiranmu selalu tertuju kepada kebenaran. Kesesatan dan rencana mereka tidak dapat mendatangkan mudarat sedikit pun kepadamu, karena Allah telah menurunkan al-Qur'ân sebagai ukuran kebenaran, menanamkan sifat bijak di dalam hatimu, dan mengajarkanmu syariat dan ketentuan-ketentuan yang hanya dapat kamu ketahui melalui wahyu. Sungguh, karunia Allah kepadamu selamanya sangat besar.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir


Page 14

(Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka) artinya bisikan-bisikan manusia dan apa yang mereka percakapkan (kecuali) bisikan (orang yang menyuruh mengeluarkan sedekah atau melakukan perbuatan baik) atau kebaikan (atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa yang melakukan demikian) yakni yang telah disebutkan tadi (demi menuntut) mencari (keridaan Allah) dan bukan karena hal-hal lainnya berupa urusan dunia (maka akan Kami beri dia) memakai nun dan ya maksudnya Allah (pahala yang besar).

Sesungguhnya omongan-omongan yang akan mereka bisikkan kepada diri mereka sendiri, atau kepada sesama mereka, kebanyakannya tidak baik. Sebab, kejahatan biasanya lahir dari bisikan-bisikan seperti itu. Tetapi, jika pembicaraan itu mengenai perintah mengeluarkan sedekah, mengenai rencana melakukan suatu perbuatan yang tidak dilarang, atau mengenai rencana perbaikan di antara sesama manusia, itu baik-baik saja. Barangsiapa melakukan hal itu demi mencari perkenan Allah, Dia pasti akan memberinya pahala yang besar atas perbuatannya itu, di dunia dan di akhirat.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Yakni tidak ada faedahnya, seperti yang terjadi dalam pembicaraan secara berlebihan, bahkan bisa berupa keburukan atau madharrat semata, sebagaimana dalam pembicaraan haram dengan segala macamnya.

Baik sedekah harta, sedekah ilmu maupun menyedekahkan sesuatu yang bermanfaat lainnya, bahkan bisa termasuk pula ibadah yang manfaatnya bagi diri sendiri, seperti tasbih, tahmid dsb. hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

Yakni berbuat ihsan dan ketaatan. Demikian pula segala sesuatu yang dipandang baik oleh syara' dan akal, inilah yang disebut sebagai ma'ruf. Memerintahkan yang ma'ruf, jika disebutkan secara terpisah tanpa disebutkan nahi munkar, maka termasuk pula ke dalamnya nahi munkar, hal itu karena meninggalkan yang munkar termasuk perkara ma'ruf, di samping itu mengerjakan kebaikan tidaklah sempurna kecuali dengan meninggalkan yang munkar atau keburukan. Adapun ketika disebutkan secara bersamaan, maka amar ma'ruf adalah mengerjakan perkara yang diperintahkan, sedangkan nahi munkar adalah meninggalkan yang dilarang.

Mengadakan perdamaian biasanya tidak dilakukan kecuali antara dua pihak yang bersengketa dan bermusuhan, di mana hal itu jika dibiarkan akan menimbulkan keburukan dan perpecahan yang besar. Oleh karena itu, syari' mendorong untuk mendamaikan antara manusia, baik dalam hal darah, harta maupun kehormatan, bahkan dalam menjalankan agama sebagaimana firman Allah Ta'ala:

Bukan karena kepentingan dunia atau lainnya.


Page 15

(Dan siapa yang menyalahi) atau menentang (Rasul) mengenai kebenaran yang dibawanya (setelah nyata baginya petunjuk) artinya setelah jelas baginya kebenaran dengan adanya mukjizat-mukjizat (dan ia mengikuti) jalan (yang bukan jalan orang-orang mukmin) artinya jalan keagamaan yang biasa mereka lalui dengan cara menyimpang dan mengingkarinya (maka Kami jadikan ia menguasai apa yang telah dikuasainya berupa kesesatan) artinya Kami jadikan ia membina hubungan di antaranya dengan kesesatan itu di atas dunia, lalu (Kami masukkan ia) di akhirat (ke dalam neraka Jahanam) hingga ia terbakar hangus di dalamnya (dan itulah seburuk-buruk tempat kembali).

Barangsiapa menentang rasul sesudah melihat jelas jalan kebenaran dan petunjuk, mengikuti selain jalan yang ditempuh orang-orang Muslim dan masuk ke dalam perwalian musuh orang-orang Muslim, maka ia termasuk golongan mereka karena lebih memilih dan menjadikan mereka sebagai penolong. Allah akan memasukkannya ke dalam api nereka di hari kiamat.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Yakni jalannya para sahabat dalam beragama baik dalam 'aqidah, manhaj maupun amal. Berdasarkan ayat ini, ijma' umat ini (ulamanya) adalah hujjah dan terpelihara dari kesalahan.

Allah membiarkan mereka bergelimang dalam kesesatan. Hal itu, karena dia setelah mengetahui kebenaran, namun malah meninggalkannya, oleh karena itu Allah membalasnya dengan adil, yaitu dengan membiarkannya di atas kesesatan dan kebingungan, dan kesesatannya akan semakin bertambah. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka...dst." (Terj. Ash Shaff: 5) dan firman Allah, "Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka sebagaimana mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat."(Terj. Al An'aam: 110)

Ancaman akibat menyelisihi rasul dan jalannya kaum mukmin ada beberapa tingkatan yang hanya diketahui tingkatan-tingakatan tersebut oleh Allah, tergantung keadaan dosa; besar atau kecil. Di antara dosa itu ada yang mengekalkan di neraka, yaitu syirk dan ada pula yang tidak. Nampaknya ayat selanjutnya merupakan perincian kemutlakan ini.


Page 16

(Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan-Nya, dan Dia akan mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan siapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sungguh ia telah tersesat sejauh-jauhnya) dari kebenaran.

Tempat kembali yang menyakitkan itu diperuntukkan bagi orang-orang seperti itu, karena mereka telah memusuhi Islam. Sikap memusuhi Islam sama dengan sikap menyekutukan Allah. Setiap dosa dapat diampuni kecuali dosa syirik, menyembah selain Allah dan menentang Rasulullah saw. Sebab, Allah memang bersifat pengampun kecuali terhadap dosa syirik. Dia akan mengampuni dosa selain syirik. Barangsiapa yang menyekutukan Allah dalam beribadah dan perwalian, berarti telah sesat dan jauh dari kebenaran, karena merusak akal dan jiwanya.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Dosa syirk tidak diampuni Allah karena di dalamnya mengandung pencacatan Rabul 'alamin dan keesaan-Nya, demikian juga karena di dalam menyamakan antara makhluk yang tidak berkuasa memberi manfaat dan madharrat dengan Al Khaliq yang berkuasa memberi manfaat dan madharrat, di mana tidak ada satu pun nikmat kecuali dari-Nya dan tidak ada yang dapat menolak bahaya selain Dia. Dia memiliki kesempurnaan secara mutlak dari berbagai segi dan Maha Kaya dari segala sisi. Oleh karena itu, kezaliman yang paling besar dan kesesatan yang paling jauh adalah mengalihkan ibadah kepada makhluk yang memiliki kelemahan dan kekurangan.

Dosa-dosa di bawah syirk tahta masyii'atillah (di bawah kehendak Allah); jika Allah menghendaki, maka Dia mengampuninya dengan rahmat dan kebijaksanaan-Nya, dan jika Dia menghendaki, maka Dia akan mengazabnya dengan keadilan dan kebijaksanaan-Nya.


Page 17

(Tidaklah) apa (yang mereka seru) atau yang disembah oleh orang-orang musyrik (selain daripada-Nya) maksudnya selain dari Allah swt. (hanyalah berhala-berhala) yakni berhala-berhala betina seperti Lata, Uzza dan Manat (dan tidaklah) apa (yang mereka seru) yang mereka sembah dengan beribadah kepadanya itu (kecuali setan yang durhaka) disebabkan ketaatan mereka dalam hal beribadah kepada setan atau iblis itu.

Tanda kesesatan paling jelas yang membuat seorang musyrik jauh dari kebenaran adalah bahwa ia beribadah kepada sesuatu yang tidak dapat mendengar dan melihat, serta tidak dapat mendatangkan manfaat dan mudarat. Tanda lain adalah menamakan tuhan-tuhan palsu dengan nama perempuan seperti Lâta, 'Uzzâ, Manâh dan sebagainya. Dengan ibadah seperti itu, ia berarti telah mengikuti jejak langkah setan.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Asal arti Inaatsan dalam ayat di atas adalah perempuan-perempuan. Patung-patung berhala yang disembah oleh orang-orang Arab Jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan nama-nama perempuan seperti Laata, Uzza dan Manah. Sudah menjadi maklum, bahwa nama menunjukkan orang yang dinamai. Jika namanya adalah nama-nama perempuan yang memang memiliki kekurangan, maka yang demikian menunjukkan kelemahan berhala-berhala itu. Hal ini sebagaimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menerangan di beberapa tempat dalam Al Qur'an tentang kelemahan berhala, yakni bahwa berhala-berhala itu tidak dapat menciptakan, memberi rezki, menolak musibah yang menimpa penyembahnya, bahkan berhala itu tidak dapat menolak bahaya yang datang menimpa dirinya. Berhala juga tidak mempunyai pendengaran, penglihatan dan hati. Jika demikian, mengapa makhluk yang begitu lemah ini disembah, sedangkan Allah yang memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi malah tidak disembah; padahal Dia Tuhan yang berhak mendapat pujian, Tuhan yang memiliki kesempurnaan, kemuliaan, keagungan, keperkasaan, keindahan, kasih sayang, kebaikan, ihsan, sendiri dalam mencipta dan mengatur serta memiliki hikmah yang besar dalam syari'at dan qadar-Nya. Di samping itu, ibadah yang mereka arahkan kepada berhala, pada hakikatnya adalah menyembah setan; makhluk yang menjadi musuh mereka, makhluk yang menginginkan mereka binasa, dan berusaha mencari jalan untuk itu.


Page 18

(Dia dikutuk oleh Allah) artinya dijauhkan dari rahmat-Nya (dan katanya) setan itu ("Akan saya ambil) untuk saya (dari hamba-hamba-Mu bagian yang telah ditetapkan) yang saya ajak untuk menaati saya!

Setan itu sendiri telah diusir Allah dari naungan kasih sayang-Nya dan berada di jalan kesesatan. Setan telah bersumpah kepada dirinya sendiri untuk menggoda dan mengganggu sejumlah manusia.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Pada setiap manusia ada potensi untuk baik dan ada potensi untuk jahat, setan akan mempergunakan potensi untuk jahat dalam mencelakakan manusia. Ada pula yang mengatakan bahwa maksudnya, setan yang terlaknat ini mengetahui bahwa dirinya tidak mampu menyesatkan semua hamba Allah, dan bahwa mereka tidak berkuasa apa-apa terhadap hamba-hamba Allah yang ikhlas, dia hanyalah berkuasa terhadap orang-orang yang menjadikannya sebagai kawannya, menaatinya dan meninggalkan ketaatan Ar Rahman. Setan mengambil bagian mereka, dia akan menyesatkan mereka dari jalan yang lurus; baik sesat dalam hal ilmu maupun amal.


Page 19

Yakni menaruh dalam hati mereka rasa lamanya hidup di dunia dan tidak adanya kebangkitan serta hisab. Ada pula yang menafsirkan, bahwa di samping menyesatkan manusia, dia juga akan menghias kesesatan itu, sehingga manusia mengira bahwa yang demikian merupakan kebaikan. Hal ini merupakan keburukan ditambah keburukan, mereka mengerjakan amalan penghuni neraka, namun mereka mengira bahwa amalan itu memasukkan ke surga sebagaimana yang menimpa orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Yang demikian (hanyalah) angan-angan mereka yang kosong belaka. " (Terj. Al Baqarah: 111) Demikian pula seperti yang menimpa orang-orang munafik, "Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) sambil berkata, "Bukankah Kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" Mereka menjawab, "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu- ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu." (Terj. Al Hadiid: 14)

Menurut kepercayaan Arab jahiliyah, binatang-binatang yang akan dipersembahkan kepada patung-patung berhala, harus dipotong telinganya lebih dahulu, dan binatang yang seperti ini tidak boleh dikendarai dan tidak dipergunakan lagi, serta harus dilepaskan saja. Termasuk pula dalam hal ini unta Bahirah, Sa'ibad, Washilah dan Haam seperti yang disebutkan dalam Al Ma'idah ayat 103. Semua ini termasuk penyesatan setan, di mana yang demikian menghendaki mengharamkan apa yang Allah halalkan atau menghalalkan apa yang Allah haramkan. Termasuk pula kepercayaan-kepercayaan lain dan adat istiadat yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti pada adat-adat yang biasa dilakukan di daerah Jawa dan lainnya, mereka melakukan berbagai acara dengan adanya keyakinan-keyakinan tertentu. Misalnya memandikan keris, melempar sesaji ke tengah laut, dsb. di mana di dalamnya banyak kemusyrikan, wallahul musta'aan.

Imam Thabari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abbas, bahwa ia membenci melakukan pengebirian, ia berkata, "Tentang hal ini turunlah ayat, "dan akan kusuruh mereka mengubah ciptaan Allah." (Hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

Mengubah ciptaan Allah dapat berarti mengubah agama Allah dan menggantinya dengan kekafiran, menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya. Ada pula yang menafsirkan dengan "mengubah penampilan fisik" untuk kecantikan, seperti melakukan tato, menipiskan gigi, mencabut alis, merenggangkan gigi dsb. hal itu, karena di dalamnya terdapat sikap tidak suka dengan ciptaan Allah, mengkritik kebijaksanaan-Nya, menganggap bahwa apa yang mereka buat dengan tangan mereka lebih baik daripada ciptaan Allah. Ada pula yang menafsirkan dengan "Mengubah fitrah yang tertanam dalam jiwa manusia", yakni karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan hamba-hamba-Nya dalam keadaan hanif (lurus), diciptakan dalam keadaan mau menerima yang hak dan lebih mengutamakannya, lalu setan pun datang dan menarik mereka dari akhlak yang mulia ini serta menghias keburukan, kesyrikkan, kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan kepada mereka. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan manusia di atas fitrah Islam, namun kedua orang tuanya yang mengubahnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan manusia di atas tauhid, rasa cinta dan mengenal-Nya, namun setan menyerang mereka bagaikan serigala yang yang menyerang kambing yang sedang sendiri. Kalau bukan karena kelembutan Allah dan kepemurahan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas, tentu akan menimpa mereka sebagaimana yang menimpa orang-orang yang terfitnah lainnya karena berpaling dari Ar Rahman beralih mendekati setan yang terkutuk, dan barang siapa yang menjadikan setan sebagai walinya, maka sungguh ia telah menderita kerugian yang nyata. Kerugian manakah yang melebihi kerugian agama dan dunia serta dibinasakan hidupnya oleh maksiat dan dosa-dosa, di mana ia akan memperoleh kesengsaraan yang kekal dan hilangnya kenikmatan. Sebaliknya, barang siapa yang menjadikan Allah sebagai walinya dan lebih mengutamakan ridha-Nya, maka ia akan mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.


Page 20

(Setan itu menjanjikan pada mereka) panjang umur (dan meniupkan angan-angan kosong) tercapainya cita-cita di dunia dan bahwa tak ada hari kebangkitan dan pembalasan (dan tidaklah apa yang dijanjikan setan itu) seperti yang disebutkan tadi (kecuali tipu daya belaka) atau kosong semata.

Bagi mereka, kejahatan menjadi tampak indah akibat tipuan setan. Mereka dijanjikan keuntungan kalau mau melakukan kejahatan itu. Mereka diberikan harapan-harapan kosong. Semua janji itu hanyalah tipu daya belaka.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Seperti janji akan berumur panjang dan sebagainya. Janji atau wa'd bisa juga berarti wa'id (ancaman) sebagaimana setan menjanjikan kemiskinan jika manusia bersedekah dan berinfak, yakni mengancam akan mendapatkan kemiskinan. Setan juga menakut-nakuti manusia, jika mereka berjihad akan terbunuh. Demikian juga setan menakut-nakuti manusia ketika mereka mencari keridhaan Allah dengan was-was yang dimasukkan ke dalam pikiran mereka sehingga mereka menjadi malas mengerjakan ibadah, dan menggantinya dengan angan-angan kosong, seperti akan hidup lama di dunia sehingga mengalihkan pandangan manusia yang sebelumnya tertuju kepada akhirat menjadi tertuju kepada dunia.

Yang mereka kira akan memperolehnya serta disingkirkan keyakinan terhadap kebangkitan dan pembalasan.

Seperti fatamorgana yang dari kejauhan nampak seperti ada air, namun ketika didekati ternyata tidak ada.


Page 21

(Mereka itu tempatnya ialah neraka Jahanam dan mereka tak dapat menghindarkan diri daripadanya.)

Orang-orang yang tidak menggunakan akal pikiran mereka dan mengikuti bisikan setan itu, tempat kembalinya adalah neraka Jahanam. Mereka tidak akan dapat menyelamatkan diri dari siksa itu.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Yakni orang-orang yang tunduk kepada setan, berpaling dari Ar Rahman dan menjadi pengikut Iblis dan rombongannya.


Page 22

(Orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai, kekal mereka di dalamnya buat selama-lamanya. Itu adalah janji yang benar dari Allah) artinya Allah telah menjanjikan demikian kepada mereka dan Allah pastilah akan menepati janji-Nya. (Dan siapakah lagi) maksudnya tak ada lagi (yang lebih benar dari Allah ucapannya) perkataan dan janjinya. Ayat berikut turun tatkala kaum Muslimin dan golongan Ahli kitab membangga-banggakan diri mereka:

Neraka Jahanam itu adalah tempat kembali orang yang mengikuti jejak langkah setan. Sedangkan tempat kembali orang yang mengikuti jalan Allah adalah kebaikan. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan melakukan amal saleh, dan tidak tertipu oleh angan-angan kosong. Di hari kiamat kelak, mereka akan dimasukkan ke dalam surga yang dialiri bermacam-macam sungai. Surga itu jauh lebih besar dari taman-taman yang ada di dunia. Hal itu pasti akan terbukti, karena merupakan janji Allah. Dan janji Allah selalu benar, karena Dialah yang memiliki segala sesuatu. Tidak ada seorang pun yang perkataan dan janjinya melebihi ketepatan perkataan dan janji Allah.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir


Page 23

(Tidaklah) masalahnya tergantung kepada (angan-anganmu dan tidak pula angan-angan Ahli kitab) tetapi kepada amal saleh. (Siapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi pembalasan) adakalanya di akhirat dan adakalanya di dunia dengan cobaan dan bala bencana sebagaimana tersebut dalam sebuah hadis (dan tidaklah akan dijumpainya selain dari Allah pelindung) yang akan melindunginya (dan tidak pula pembela) yang akan membelanya.

Pahala tidak mungkin diperoleh dengan impian dan angan-angan manusia tanpa melakukan perbuatan baik. Pahala juga tidak akan kalian peroleh, wahai umat Islam, hanya dengan angan-angan kosong. Begitu juga, tidak dapat diperoleh dengan angan-angan kosong Ahl al-Kitâb: Yahudi dan Nasrani. Pahala dan keselamatan dari siksa hanya dapat diperoleh melalui iman dan amal saleh. Maka, barangsiapa melakukan kejahatan, niscaya akan mendapat balasannya dan ia tidak akan mendapat pelindung dan penolong selain Allah.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Ada pula yang menafsirkan "keselamatan" atau "pernyataan bersih (rekomendasi)". Yakni pahala di akhirat, keselamatan atau pernyataan bersih bukanlah menurut angan-angan, cita-cita dan bisikan dalam diri mereka, tetapi menurut ketentuan-ketentuan agama.

"Angan-anganmu" di sini ada yang mengartikan dengan angan-angan kaum muslimin dan ada pula yang mengartikan angan-angan kaum musyrik. Jika angan-angan di sini ditujukan kepada kaum muslimin, maka maksudnya bahwa mengaku di lisan saja tidaklah cukup, bahkan harus ada bukti terhadap pengakuannya, yaitu amal. Amal itulah yang membenarkan pengakuan itu atau mendustakannya.

Ahli Kitab berkata, "Tidak akan masuk surga kecuali orang-orang Yahudi atau Nasrani", kata-kata mereka hanyalah angan-angan kosong dari mereka; tidak bersandar kepada kitab maupun bersandar kepada perkataan rasul.

Yakni dosa kecil atau dosa besar.

Bisa dibalas di akhirat dan bisa di dunia dengan adanya musibah dan cobaan. Manusia dalam hal mengerjakan dosa berbeda-beda, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah. Di antara mereka ada yang sedikit dosanya dan di antara mereka ada yang banyak. Jika amalannya buruk semua, dan hal ini hanya ada pada diri orang kafir, maka apabila dia meninggal tanpa bertobat dan memeluk Islam, maka ia akan dibalas dengan azab yang kekal. Namun jika amalnya baik, ia istiqamah pada sebagian besar keadaannya meskipun terkadang muncul dosa-dosa kecil, maka dengan ditimpakan rasa sedih, sakit, kelelahan dan penderitaan atau musibah yang menimpa badannya, hatinya, kekasihnya atau hartanya, maka semua itu akan menghapuskan dosa-dosanya, termasuk pula duri yang mengenainya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Hal ini untuk menghilangkan anggapan yang mungkin timbul, yakni bahwa orang yang diberi balasan itu mungkin memiliki pelindung atau penolong atau pemberi syafaat yang menghindarkan dirinya dari menerima balasan itu, maka dalam ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan bahwa tidak ada lagi pelindung dan penolong yang dapat melindungi atau menolongnya dari sesuatu yang dikhawatirkan selain Allah Tuhannya.


Page 24

(Dan siapa yang mengerjakan) sesuatu (dari amal saleh, baik laki-laki atau wanita dan dia beriman, maka mereka itu akan masuk) ada yang membaca dalam bentuk aktif dan ada yang dalam bentuk pasif (ke dalam surga dan tidak akan dianiaya walau sedikit pun) walau sebesar lubang kecil sekalipun.

Barangsiapa mengerjakan amal saleh sesuai dengan kemampuannya dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka mereka akan masuk surga dan tidak akan dikurangi derajatnya walau sedikit pun. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, karena perempuan juga dibebankan tugas-tugas keagamaan (mukallafah), yang berhak mendapat pahala kebaikan dan siksa kejahatan.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Inilah syarat bagi semua amal, yakni amal tidaklah menjadi shalih, diterima dan membuahkan pahala serta menghindarkan siksa kecuali dengan iman. Oleh karena itu, amal tanpa iman seperti ranting pohon yang bagian bawahnya ditebang atau membuat bangunan di atas air yang bergelombang. Iman merupakan asas dan pondasi yang di atasnya dibangun segala sesuatu.

Bahkan mereka akan mendapatkan pahalanya secara sempurna dan dilipatgandakan.


Page 25

(Dan siapakah) maksudnya tidak seorang pun (yang lebih baik agamanya daripada orang yang menyerahkan dirinya) artinya ia tunduk dan ikhlas dalam beramal (karena Allah, sedangkan dia berbuat kebaikan) bertauhid (serta mengikuti agama Ibrahim) yang sesuai dengan agama Islam (yang lurus) menjadi hal, arti asalnya jalan condong, maksudnya condong kepada agama yang lurus dan meninggalkan agama lainnya. (Dan Allah mengambil Ibrahim sebagai kesayangan-Nya) yang disayangi-Nya secara tulus dan murni.

Sesungguhnya dasar berbuat baik adalah keyakinan yang benar. Sikap beragama yang paling baik adalah ikhlas bribadah hanya kepada Allah. Wajah, pikiran dan jiwa hanya diarahkan kepada Allah semata. Tidak ada yang diharapkan selain perkenan-Nya. Orang yang berbuat demikian, pikirannya akan benar hingga dapat mengetahui misi para rasul. Selain itu, termasuk sikap beragama yang baik juga, adalah mengerjakan perbuatan-perbuatan baik secara terus menerus, dengan mengikuti ajaran Nabi Ibrâhîm a. s., bapak para nabi. Agama yang dibawanya adalah agama yang berasal dari Allah, yaitu agama yang memiliki semangat pencarian kebenaran. Pada diri Ibrâhîm terdapat titik temu agama antara umat Islam, Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu, ikutilah agamanya. Sesungguhnya Allah telah memuliakan Ibrâhîm dengan menamakannya sebagai khalîl (kesayangan).

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Yakni mengikuti syari'at rasul-Nya.

Yang sesuai dengan agama Islam, meninggalkan syirk menuju tauhid dan meninggalkan berharap kepada makhluk beralih kepada Allah.

Khullah (kesayangan) merupakan tingkatan tertinggi dalam hal cinta. Tingkatan khullah ini diraih oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihima wa sallam, adapun mahabbah (cinta di bawah khullah), maka hal itu diberikan kepada kaum muslimin secara umum. Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengangkat Nabi Ibrahim sebagai kesayangan-Nya karena ia mampu memenuhi semua yang diperintahkan-Nya kepadanya dan semua ujian dapat dihadapinya, oleh karena itu, Allah menjadikannya sebagai imam bagi manusia, mengangkatnya sebagai kesayangan-Nya dan meninggikan namanya di alam semesta.


Page 26

(Dan milik Allahlah apa yang terdapat di langit dan apa yang terdapat di bumi) baik sebagai kepunyaan, maupun sebagai makhluk dan sebagai hamba. (Dan Allah Maha Meliputi segala sesuatu) maksudnya ilmu dan kekuasaan-Nya yang tetap melekat dan tidak terpisah-pisah daripada-Nya.

Sikap ikhlas berserah diri kepada Allah berarti ikhlas kepada Pencipta dan Pemilik alam semesta. Semua apa yang ada di langit dan di bumi, bintang, planet, matahari, bulan, gunung, jurang, padang pasir dan sawah ladang adalah milik Allah. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang diperbuat manusia dan Dialah yang akan memberi balasannya sesuai dengan baik dan buruknya perbuatan itu. Perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan dan perbuatan buruk akan dibalas dengan keburukan pula.

Anda harus
Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya
untuk dapat menambahkan tafsir

Quran surat an-nisa ayat 101 berisi penjelasan tentang diperbolehkannya

Yakni milik-Nya, ciptaan-Nya dan hamba-Nya.

Ayat ini menerangkan bahwa Allah meliputi segala sesuatu, milik-Nya dan hamba-Nya segala yang ada di langit dan di bumi. Dia-lah yang memilikinya dan Dia sendiri yang mengatur mereka. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, penglihatan-Nya meliputi segala sesuatu yang terlihat dan pendengaran-Nya meliputi segala sesuatu yang terdengar. Kehendak dan kekuasaan-Nya berlaku kepada semua yang ada di alam semesta. Rahmat-Nya yang luas mengena kepada penduduk langit dan bumi, dan dengan kemuliaan dan keperkasaan-Nya semua makhluk tunduk.