Rasulan di wilayah Gunungkidul merupakan tradisi bersih dusun yang dilakukan para petani saat

Pertama kali saya mengetahui Tradisi Rasulan ini, ketika sedang liburan semester di tempat nenek di daerah Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Rasulan merupakan sebuah tradisi yang sudah berlangsung sangat lama di kabupaten Gunung Kidul dan sekitarnya serta diadakan sekali dalam setahun. Rasulan adalah sebuah ritual setelah musim panen tiba sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah diberikan dan juga sebagai ritual untuk terhindar dari segala musibah.

Biasanya, tradisi rasulan ini diselenggarakan per pedukuhan atau dusun dengan waktu pelaksanaan yang berbeda-beda. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pertama kali yaitu setiap dusun melakukan kerja bakti di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka. Di pedukuhan Selang, kegiatan kerja bakti tersebut diselenggarakan dalam rangka lomba “Bersih Desa” yang nantinya, akan ada desa yang dinobatkan sebagai desa terbersih.

Kegiatan puncak pada tradisi Rasulan ini sangat menarik dengan adanya berbagai pertunjukkan kesenian tradisional, seperti reog, jatilan (kuda lumping), ketoprak, wayang kulit semalam suntuk dan sebagainya. Selain itu, juga diadakan kirab budaya (karnaval mengelilingi pedukuhan) dari masing-masing dusun dengan aneka gunungan yang terdiri dari berbagai hasil panen, misalnya padi, jagung, kacang dan lain sebagainya. Seluruh peserta kirab budaya menggunakan berbagai macam kostum dan aksesoris yang tradisional dan unik. Misalnya, ada sekolompok remaja putri yang membawa sapu, para petani yang membawa cangkul dan memakai caping, ibu-ibu yang membawa nampah dan juga sekolompok pemuda yang mengenakan seragam tentara kerajaan beserta senjatanya.

Selain kegiatan puncak tersebut bagi anak-anak yang masih sekolah, biasanya orang tua mereka memasak masakan spesial untuk dihidangkan kepada teman-temannya. Jadi, anak-anak tersebut membawa teman-temannya untuk makan di rumah. Tradisi ini menjadi keunikan tersendiri dan kebanyakan dari masyarakat Kabupaten Gunung Kidul sangat menunggu moment ini dibandingkan lebaran. Bahkan untuk melaksanakan tradisi Rasulan ini, mereka lebih banyak mengeluarkan biaya dibandingkan saat lebaran.

Nilai-nilai yang dapat diambil dari tradisi Rasulan ini, yaitu pertama, bahwa adanya kesadaran rasa syukur masyarakat Kabupaten Gunung Kidul atas nikmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Yang kedua, nilai kegotong royongan dari seluruh masyarakat dalam melakukan kerja bakti “bersih desa” dan juga ketika akan membuat gunungan serta mempersiapkan kostum dan aksesoaris dalam rangka untuk memeriahkan acara tersebut bahkan ada warga desa yang berada di luar kota rela datang untuk mengikuti acara tersebut. Nilai Ketiga, yaitu melalui adanya berbagai pertunjukkan kesenian tradisional merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya Indonesia yang sudah mulai terkikis oleh kemajuan zaman dan informasi. Dan nilai terakhir yang dapat diambil yaitu ketika anak-anak mengajak teman-teman mereka untuk main ke rumah dan menikmati hidangan yang telah disiapkan, dapat dilihat bahwa bukan hanya makanan yang dicari melainkan juga rasa kebersamaan dan bagi tuan rumah dapat dikatakan sebagai sedekah atas hasil panen yang didapat.


Rasulan di wilayah Gunungkidul merupakan tradisi bersih dusun yang dilakukan para petani saat

Lihat Sosbud Selengkapnya

Rasulan di wilayah Gunungkidul merupakan tradisi bersih dusun yang dilakukan para petani saat

Jawaban:

Kegiatan rasulan atau bersih dusun ini dilakukan oleh para petani setelah masa panen. Waktu pelaksanaan tergantung kesepakatan warga setiap dusun, tetapi biasanya sekitar bulan Juni atau Juli.

Penjelasan:

yang digaris miring jawabanya

jadikan jawaban tercerdas!!!

  • Rasulan di wilayah Gunungkidul merupakan tradisi bersih dusun yang dilakukan para petani saat

  • Rasulan di wilayah Gunungkidul merupakan tradisi bersih dusun yang dilakukan para petani saat

  • Rasulan di wilayah Gunungkidul merupakan tradisi bersih dusun yang dilakukan para petani saat

    kk itu tradisi nya berasal dari

  • Rasulan di wilayah Gunungkidul merupakan tradisi bersih dusun yang dilakukan para petani saat

Rasulan di wilayah Gunungkidul merupakan tradisi bersih dusun yang dilakukan para petani saat

Warga mengambil hasil bumi yang dibagikan melalui gunungan dalam tradisi Rasulan.

Rasulan merupakan salah satu bentuk tradisi perayaan pasca-panen yang diselenggarakan oleh masyarakat Jawa di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tradisi ini biasa diselenggarakan masyarakat sebagai bentuk rasa syukur terhadap panen hasil bumi yang melimpah sekaligus untuk merti atau bersih desa mengharap keselamatan dan menolak mara-bahaya terhadap seluruh warga desa.[1]

Tradisi ini dapat ditemui di hampir seluruh desa di Gunungkidul bahkan beberapa desa juga menyelenggarakannya dalam level pedukuhan. Waktu pelaksanaannya tak selalu sama antar wilayah karena Rasulan diselenggarakan atas kesepakatan warga desa setelah mendapat rekomendasi waktu pelaksanaan dari tetua adat setempat,[2] biasanya diselenggarakan setelah panen raya atau menjelang musim kemarau.[3]

Rangkaian Kegiatan

Tradisi Rasulan diselenggarakan setahun sekali dengan rangkaian acara bisa berhari-hari lamanya tergantung kesepakatan warga desa. Rasulan biasanya diawali dengan kegiatan kerja bakti membersihkan dan memperindah desa, beberapa perlombaan juga diselenggarakan untuk menyemarakkan acara seperti lomba sepak bola, voli, dan olah raga lainnya.[4]

Rasulan di wilayah Gunungkidul merupakan tradisi bersih dusun yang dilakukan para petani saat

Wajah bahagia salah satu warga yang turut mengambil hasil bumi dari gunungan yang dibagikan.

Inti acara/puncak kegiatan Rasulan sebenarnya adalah acara kenduri yang diawali dengan pengumpulan hasil bumi dari tiap-tiap warga yang kemudian disusun dalam gunungan, warga desa juga memasak sajian khas ingkung ayam kampung, nasi putih, lauk pauk dan jajanan lainnya. Sajian tadi kemudian diarak diiringi pawai warga desa yang mengenakan baju adat dan kostum-kostum lain yang jadi sarana pengembangan ide kreatif pemuda desa, seperti memakai caping dan membawa cangkul yang melambangkan profesi petani, prajurit, drum band, seragam klub olahraga setempat, hingga kostum tokoh-tokoh pahlawan dan legenda ke balai desa atau balai pedukuhan.[4]

Sesampainya di balai desa/balai pedukuhan, tetua adat setempat kemudian membacakan riwayat atau sejarah desanya, melantunkan doa yang isinya adalah rasa syukur telah diberi hasil panen yang melimpah, mengharap kelancaran proses bertani di musim yang akan datang, dan mengharap keselamatan terhadap seluruh warga desa.[4]

Rangkaian kegiatan Rasulan biasanya diakhiri dengan pertunjukan seni baik hasil kreativitas kelompok seni setempat maupun mengundang dari daerah lain. Pertunjukan seni yang biasa ditampilkan adalah Jathilan, Reog, Kethoprak, dan tari-tarian khas daerah setempat lainnya, tak jarang pertunjukan wayang golek semalam suntuk jadi penutup segala rangkaian acara Rasulan ini.[4]

Nilai

Rasulan bagi masyarakat Kabupaten Gunungkidul tak ubahnya seperti lebaran ketiga setelah Idulfitri dan Iduladha. Selain sarana syukur dan permohonan pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Rasulan juga sering kali menjadi alasan utama untuk kerabat/sanak keluarga yang merantau atau berdomisili di luar daerah untuk berbondong-bondong kembali ke kampung halamannya, hal ini dinilai sebagai usaha mempererat hubungan kekeluargaan dan mengingatkan kembali akar budaya tanah kelahiran mereka.[5] Selama kegiatan Rasulan, semua rumah warga akan memasak beragam hidangan istimewa untuk menjamu tamu/kerabat yang datang, sehingga acara ini juga memiliki nilai sedekah.[2]

Di beberapa daerah juga masih melestarikan tradisi mujud dalam kegiatan Rasulan ini. Tradisi mujud adalah ketika saudara dari daerah lain datang berkunjung ke rumah dengan membawa beras dan ubarampe lainnya atau memberikan selipan amplop berisi uang tunai kepada tuan rumah, kemudian tuan rumah akan memberi nasi dan lauk pauk atau yang biasa disebut berkat. Tradisi ini akan bergantian dilakukan ketika wilayah kerabat yang mujud melaksanakan Rasulan.[5]

Referensi

  1. ^ "Wisata Unik Tradisi Rasulan Masyarakat Gunungkidul". iNews.ID. 2018-02-11. Diakses tanggal 2020-04-09. 
  2. ^ a b ivan (2016-08-04). "Rasulan Mempererat Hubungan Kepada Tuhan dan Manusia". KRJogja. Diakses tanggal 2020-04-09. 
  3. ^ infogunungkidul (2017-07-13). "Tiga Makna Tradisi Rasulan". infogunungkidul. Diakses tanggal 2020-04-09. 
  4. ^ a b c d "Pesta Rakyat Itu Bernama Rasulan | JalanJogja.Com – Destinasi Wisata Yogyakarta" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-19. Diakses tanggal 2020-04-09. 
  5. ^ a b Arwan. "Rasulan, Pesta Rakyat Paling Seru di Gunungkidul". detikTravel. Diakses tanggal 2020-04-09. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rasulan&oldid=19512591"