Riya dan sumah merupakan kebalikan dari sikap ikhlas sebagaimana firman allah swt dalam surah

Riya termasuk syirik kecil.

Foto : MgRol_93

Ilustrasi

Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Ustaz Abuya Masnur mengatakan riya artinya memperlihatkan sekaligus memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain. Ustaz Abuya mengatakan riya merupakan perbuatan tercela."Dalam bahasa Arab, riya adalah 'arriya, berasal dari kata kerja 'raa' yang bermakna memperlihatkan. Dengan memperlihatkan amalan kita pada orang lain, amal akan menjadi sia-sia," kata Abuya dalam keterangannya di Kampar, beberapa waktu lalu.Abuya yang juga Penyuluh Agama Islam (PAI) Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kampar Utara itu mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya. Sesungguhnya amalan seseorang itu akan dibalas sesuai dengan apa yang ia niatkan.Ia mengatakan, amal perbuatan yang diridhai Allah SWT ialah yang diniatkan kepada Allah semata, dikerjakan dengan ikhlas sesuai dengan kemampuan, tidak pilih kasih, dan merupakan rahmat bagi seluruh alam."Namun ibadah yang tidak akan diterima oleh Allah SWT merupakan amal ibadah yang dikerjakan dengan niat bukan kepada Allah SWT, tidak ikhlas karena ingin mendapat imbalan, bisa berupa pujian atau penghargaan, serta mengada-ada," katanya.Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia (Q.S. Al-Baqarah: 264).Bersamaan dengan sumah, riya, merupakan perbuatan tercela dan masuk ke dalam syirik kecil. Allah SWT berfirman, sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah SWT dan Allah SWT akan membalas tipuan mereka.Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya dengan shalat itu di hadapan manusia, dan tidaklah mereka zikir kepada Allah kecuali sedikit sekali (Q. S. An-Nisa: 142).

Selain itu, dari Mahmud bin Labid, Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil). Maka, para sahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau menjawab: "Ar riya," katanya.

Baca Juga

  • riya
  • syirik kecil
  • perbuatan tercela

sumber : Antara

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Riya dan sumah merupakan kebalikan dari sikap ikhlas sebagaimana firman allah swt dalam surah

Dalam beribadah ada penyakit hati yang perlu kita waspadai. Karena penyakit ini akan merusak nilai dari amal itu sendiri. Penyakit hati itu adalah riyaâ dan sum'ah. Terus apa sih perbedaan antara riy'a dan sum'ah?

Berikut perbedaan secara sederhana antara riyaâ dengan sumâ ah. Dikatakan riyaâ karena melakukan amal perbuatan yang kelihatannya dilakukan karena Allah Shubhanahu wa Taala namun sejatinya bathinnya berniat supaya diperhatikan orang, seperti halnya orang yang sedang melakukan sholat atau bersedekah namun ingin mendapatkan pujian manusia.

Sedangkan sumâ ah merupakan perbuatan memperdengarkan perkataannya yang secara dhohir untuk Allah Shubhanahu wa Taala akan tetapi mempunyai tujuan untuk selain untuk Allah. Contohnya orang yang sedang membaca al-Qurâ an atau berdzikir, berceramah, serta lainnya dari amalan lisan namun mempunyai tujuan supaya dipuji manusia bahwa dia mempunyai suara indah.

Jadi cukuplah jelas perbedaan antara riyaâ dan sumâ ah.

Terhadap penyakit hati ini kita perlu hatihati, karena akan merusak nilai amalan kita. Hal ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad Shalallahu â alaihi wa sallam:

Riya dan sumah merupakan kebalikan dari sikap ikhlas sebagaimana firman allah swt dalam surah

Artinya : â Barangsiapa yang berdiri karena riyaâ dan sumâ ah, maka Allah akan membuka serta memperlihatkan aibnya kelak pada hari kiamatâ . [HR Ahmad 37/7 no: 22322].

Penyakit riyaâ ini bisa terjadi bukan hanya ketika seseorang menginginkan supaya dipuji dan disanjung sama orang lain, akan tetapi juga bisa terjadi manakala seseorang berusaha menghindar dari celaan manusia. Seperti halnya, seseorang yang memperbagusi sholatnya supaya tidak dikatakan sholatnya ngebut, cepat sekali.

Hal ini sesuai dengan hadist berikut ini

Rasulallah Shalallahu â alaihi wa sallam pernah keluar dari rumahnya, lalu bersabda:

Riya dan sumah merupakan kebalikan dari sikap ikhlas sebagaimana firman allah swt dalam surah

Artinya : â Wahai manusia, hati-hatilah kalian dari kesyirikan yang tersembunyiâ . Maka para sahabat bertanya: â Wahai Rasulallah, apa kesyirikan yang tersembunyi itu? Beliau menjawab: â Seseorang yang berdiri mengerjakan sholat, lalu dirinya memperbagusi sholat dengan sungguh-sungguh tatkala ada manusia yang melihat kepadanya. Itulah yang dinamakan syirik yang tersembunyiâ . [HR Ibnu Khuzaimah 2/67 no: 937. Dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam shahih Targhib wa Tarhib 1/119 no: 31].

Akhirnya saya tutup tulisan ini dengan mengucapkan segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa Taala Rabb seluruh makhluk. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu â alaihi wa sallam , kepada keluarga beliau serta para sahabatnya. Dan semoga kita terhindar dari penyakit riyaâ dan sumâ ah. Dan kita semoga selalu mempunyai hati yang ikhlash karena Allah Taâ ala . Aamiin

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini

Riya dan sumah merupakan kebalikan dari sikap ikhlas sebagaimana firman allah swt dalam surah

Muhammad Bambang

Monday, 10 May 2021, 16:53 WIB

Tuesday, 11 May 2021, 14:22 WIB

  Silakan Login untuk Berkomentar

Riya dan sumah merupakan kebalikan dari sikap ikhlas sebagaimana firman allah swt dalam surah

Riya dan sumah merupakan kebalikan dari sikap ikhlas sebagaimana firman allah swt dalam surah

Riya dan sumah merupakan kebalikan dari sikap ikhlas sebagaimana firman allah swt dalam surah

Riya dan sumah merupakan kebalikan dari sikap ikhlas sebagaimana firman allah swt dalam surah

Riya dan sumah merupakan kebalikan dari sikap ikhlas sebagaimana firman allah swt dalam surah

Riya dan sumah merupakan kebalikan dari sikap ikhlas sebagaimana firman allah swt dalam surah

Jakarta -

Riya adalah penyakit hati yang harus dihindari karena dapat merusak amal kebaikan. Dalam Al Quran disebutkan bahwa orang yang berbuat riya termasuk golongan orang yang celaka.

Riya termasuk salah satu sifat orang munafik. Sifat ini bertentangan dengan sifat orang beriman yang senantiasa ikhlas dalam melakukan segala sesuatu. Orang yang berbuat riya tidak akan mendapat apapun atas kebaikan yang mereka kerjakan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 264 berikut ini:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ - ٢٦٤

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (QS. Al Baqarah: 264)

Berikut pengertian, ciri-ciri, dan cara menghindari riya,

A. Pengertian riya

Riya berasal dari bahasa Arab ra'a-yara-ruyan-wa ru'yatan yang artinya melihat. Menurut istilah riya adalah memperlihatkan diri kepada orang lain agar keberadaannya baik ucapan, tulisan, sikap, maupun amal perbuatannya diketahui.

Riya juga dapat diartikan sebagai sikap ingin dipuji atau disanjung orang lain atas perbuatan yang telah dilakukan. Orang yang berbuat riya termasuk golongan orang yang celaka. Allah SWT berfirman dalam surat Al Maun:

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ - ١ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ - ٢ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ - ٣ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ - ٤ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ - ٥ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ - ٦ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ - ٧

Artinya: "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya, dan enggan (memberikan) bantuan." (QS. Al Maun: 1-7)

B. Ciri-ciri orang riya

Menurut Ali bin Abi Thalib, ciri-ciri orang riya terdapat dalam jiwa seseorang. Di antara ciri-ciri orang riya adalah malas jika seorang diri, giat jika di tengah-tengah orang banyak, tambah semangat beramal jika mendapatkan pujian, dan berkurang frekuensi amalannya jika mendapat celaan.

Dikutip dari buku Akidah Akhlak untuk Madrasah Aliyah Kelas X oleh Aminudin dan Harjan Syuhada, ada enam jenis riya di dunia ini. Antara lain riya dengan perkataan, riya dengan amal perbuatan, riya dengan badan, riya dengan tingkah laku dan pakaian, riya dengan kepandaian, dan riya dengan banyak teman dan pergaulan.

C. Cara menghindari riya

Perbuatan riya sebagai salah satu penyakit hati dapat dihindari dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT atau muraqabah. Dalam buku Quran Hadits yang ditulis oleh Muhaemin dikatakan bahwa mendekatkan diri kepada Allah dan mengingat nama-Nya setiap saat akan menjadikan hati menjadi bersih.

Riya juga dapat dihindari dengan meluruskan niat melakukan segala sesuatu karena Allah SWT. Selain itu, berbuat sewajarnya dan tidak membicarakan perbuatan yang telah dilakukan juga dapat menjadi cara untuk menghindari munculnya penyakit hati ini.

Perbuatan riya dilarang dalam Islam. Bahkan, riya disebut termasuk dosa dari jenis syirik. Semoga Allah SWT melindungi kita semua dari perbuatan riya dan penyakit hati lainnya. Aamiin ya rabbal alamin.

Simak Video "Akhlak Dalam Bertutur Santun"



(kri/row)