Salah satu ajaran Sunan Drajat adalah paring pangan marang kang kaliren yang artinya

Salah satu ajaran Sunan Drajat adalah paring pangan marang kang kaliren yang artinya

afrien3jun21 afrien3jun21

Ada empat pokok ajaran Sunan Drajat yaitu:

paringono taken marang kan kaluyon lan wuta. paringono pangan marang kang kaliren.

paringono sandang marang kang kawudan. paringono payung kang kodanan. Adapun maksud keempat ajaran tersebut, yakni memberikan tongkat kepada orang buta, memberikan makan kepada yang kelaparan. memberikan pakaian kepada yang telanjang, dan memberikan payung kepada yang kejujanan.

semoga membantu.

Sunan Drajat bernama Syarifudin yang seringkali juga disebut sebagai Raden Qasim merupakan putera dari Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila atau Dewi Chandrawati. Ia menyebarkan agama Islam di Desa Banjaranyar, Paciran, Lamongan. Dari Banjaranyar ia pindah ke Desa Jelak yang penduduknya menganut agama Hindu-Buddha Pada tahun 1481 M. Sunan Drajat mendirikan musholla untuk berjamaah dan mengajarkan agama Islam kepada santrinya. Setahun kemudian beliau membuka hutan dan diberi nama Desa Drajat. Dari sini beliau mendapat gelar Sunan Drajat. Pada tahun 1484 M Raden Patah dari Demak memberinya gelar Sunan Mayang Madu sekaligus memberi tanah perdikan. Dalam menyiarkan agama Islam, beliau memfokuskan pada pendidikan, dakwah dan sosial, serta sangat memperhatikan nasib para fakir miskin, yatim piatu dan orang-orang terlantar. Beliau mempelopori orang-orang kaya dan para bangsawan untuk mengeluarkan infak, shodaqoh, dan zakat sesuai ajaran agama Islam. Ajaran Sunan Drajat dikenal dengan nama Catur Piwulang, yaitu” “paring teken marang kang kalunyon lan wuto” “paring pangan marang kang kaliren” “paring sandang marang kang kawudan” paring payung marang kang kudanan” yang artinya: “berikan tongkat kepada orang yang berjalan dijalan yang licin dan orang buta” “berikan makan kepada orang yang kelaparan” “berikan pakaian kepada orang yang telanjang” “berikan payung kepada orang yang kehujanan” Sunan Drajat mengajarkan agama Islam menggunakan media kesenian yaitu menciptakan tembang Pangkur. Alat musik yang digunakan berupa gamelan bernama Singo Mengkok, yang sekarang disimpan di Museum Sunan Drajat.

Kompleks Makam Sunan Drajat terletak di sebuah bukit di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Kompleks makam ini dibuat berteras kebelakang sebanyak tujuh teras, yang makin kebelakang makin tinggi. Tujuh teras ini melambangkan tujuh tanazul atau penciptaan manusia sampai tingkatan sempurna (insan kamil). Tujuh tingkatan tersebut adalah (1) Ahadiya, (2) Wahda- Wahdiya, (3) A’yam Kharija, (4) Alam Arwah, (5) Alam Mitsal, (6) Alam Ajsam, (7) Alam Insan. Secara keseluruhan kompleks makam tersebut menghadap ke arah selatan dengan pintu (gapura) masuk di teras pertama, yang merupakan teras paling bawah. gapura ini berada pada satu garis lurus dengan gapura di teras lainnya, dan dihubungkan dengan satu jalan lurus berkoridor dan berundak- undak. Antara teras satu dengan teras yang lainnya selalu dibatasi dengan pagar keliling, baik dari kayu maupun bata. Pada setiap teras (kecuali teras pertama) terdapat makam-makam keturunan Sunan Drajat. Pada teras ketujuh yang merupakan teras teratas, terdapat makam Sunan Drajat dan istrinya yang bernama Retno Ayu Condro Sekar. Selain itu juga terdapat makam putri dab menantu Sunan Drajat. Makam-makam tersebut berada dalam satu cungkup, yang merupakan cungkup utama makam Sunan Drajat. Teras I teras I merupakan teras paling depan atau paling bawah. Pada teras pertama terdapat gapura kori agung atau regol yang terbuat dari kayu dengan menggunakan 2 tiang, gapura ini mempunyai bentuk atap jurai dan penutup atap terbuat dari bahan sirap. Gapura dengan lebar 1,25 meter dan tinggi 3,29 meter ini dilengkapi dua daun pintu berbentuk kerawang dengan hiasan panil bermotif bunga di bagian tengahnya. Di kanan-kiri gapura terdapat pagar kayu, yang menjadi pembatas antara halaman pertama dengan jalan desa yang ada di depan kompleks makam Sunan Drajat. Pagar kayu berbentuk jeruji dengan hiasan kuba (kemuncak) pada bagian atasnya, sedang pondasi pagar terbuat dari pasangan batu kali. Pada dinding pagar di kanan dan kiri gapura terdapat masing-masing lima pilar (pilaster). Teras II Sama dengan teras pertama, teras kedua makam ini juga dilengkapi dengan gapura kori agung atau regol yang terbuat dari kayu dengan dua daun pintu bentuk kerawang berhias motif bunga pada bagian tengah. Atap gapura berbentuk jurai dengan penutup atap terbuat dari bahan sirap. Di sebelah kanan-kiri gapura terdapat pagar kayu yang menjadi pembatas antara teras I dan teras II. Pagar berbentuk jeruji dengan hiasan bentuk kuba atau kemuncak pada bagian atas. bagian bawah pagar berupa pondasi dari batu kali. Pagar ini dilengkapi dengan pilaster pada ujung barat dan ujung timur, pilaster terbuat dari pasangan batu kali. Teras kedua berukuran panjang 31 m dan lebar 30 m. Di teras kedua ini terdapat makam-makam keturunan Sunan Drajat yang berjumlah ± 250 buah makam, namun sudah banyak yang rusak karena tidak terawat. pada bagian tengah teras kedua, terdapat sebuah bagunan baru berbentuk pendopo, terbuat dari bahan cor beton dan atap terbuat dari bahan sirap. Teras III Di teras ketiga ini tidak terdapat gapura, akan tetapi dibagian sisi selatan (depan) terdapat trap tangga, sebanyak empat buah anak tanggayang terbuat dari bahan batu putih. Di sebelah kanan-kiri anak tangga terdapat pagar yang terbuat dari batu putih setinggi 54 cm di atas permukaan tanah. Bentuk polos seperti pondasi. Teras ketiga ini berukuran panjang 11 m dan lebar 30 m. Di atas teras ini terdapat makam-makam keturunan Sunan Drajat yang berjumlah sekitar 130 buah. Makam-makam ini mempunyai jirat yang sangat sederhana tanpa hiasan dan tidak bersusun Teras IV Pada teras keempat, terdapat pagar pembatas (dengan teras ketiga) yang terbuat dari bahan batu putih yang disusun dengan cara digosok tanpa menggunakan spesi semen. Pagar ini dilengkapi dengan gapura bentar dan trap tangga untuk menuju ke teras empat. Dikanan-kiri tangga terdapat pipi tangga berhias tumpal pada bagian depan. Sama seperti pagar-pagar di teras lain, pagar teras keempat ini juga dihias dengan pilaster atau miniatur bangunan, yang bentuknya mirip bangunan candi denga tinggi 2, 75 m. Pilaster-pilaster ini selain terdapat pada sudut antara pipi tangga dan pagar, juga terdapat pada bagian tengah pagar dengan jarak masing-masing pilaster 3,5 m. Selain pilaster, hiasan pada pagar teras keempat berupa motif hias geometris, berbentuk segiempat tegak dengan ujung-ujungnya berbentuk segitiga kecil. Hiasan tersebut berjajar sepanjang pagar teras keempat. Teras keempat berukuran panjang 29,3 meter dan lebar 13,1 meter. Di teras ini terdapat makam-makam keturunan Sunan Drajat yang berjumlah kurang lebih 100 buah makam, di antaranya terdapat 20 buah makam yang berjirat dan di bagian bawah nisan terdapat hiasan ceplok bunga bersusun lima. Selain terdapat makam keturunan Sunan Drajat, di teras keempat ini juga terdapat sebuah bangunan yang disebut Bale Rante, yang letaknya di sebelah timur gapura. Bangunan Bale Rante ini terbuat dari konstruksi kayu berbentuk panggung tanpa dinding, dengan 6 buah tiang yang semuanya berhiaskan ukiran motif rantai dipadu dengan sulur-suluran. Atap bangunan berbentuk jurai dan terbuat dari bahan sirap. Bale Rante ini berukuran panjang 3,82 m dan lebar 1,37 m. Teras V Teras kelima dikelilingi oleh pagar batu putih yang terpasang tanpa spesi atau dengan sistem gosok. Pagar ini selain sebagai pagar batas antara teras kelima dan keempat juga berfungsi sebagai pagar penahan tanah yang ada di belakangnya atau talut. Pada pagar teras kelima tiap 3 meter terdapat pilaster dengan bagian atas terdapat miniatur menyerupai bentuk candi. selain itu pagar juga diselipi pasangan batu karang yang terpasang pada pertengahan pagar di antara pertengahan pilaster. Pada bagian depan (sisi selatan) terdapat tangga naik yang dilengkapi dengan gapura bentuk bentar yang berhias motif gunungan. Gapura ini terbuat dari pasangan batu putih yang dipasang tanpa spesi dengan sistem gosok dengan diselipi batu karang di pertengahan kaki gapura. Gapura ini terpisah dengan pagar, terletak di luar trap tangga. Teras kelima berukuran panjang 29,10 meter dan lebar 8,3 meter, berlantaikan plester (semen). Pada teras ini terdapat makam keturunan Sunan Drajat ± 60 buah makam dengan nisan yang berbeda-beda dengan hiasan bulan sabit, tiga garis sudut dengan garis tengah lebih tinggi dan lengkung kurawal. Makam pada teras kelima memiliki ukuran yang lebih besar dibanding dengan makam yang ada di teras sebelumnya. Teras VI Teras keenam dikelilingi oleh pagar yang terbuat dari batu putih, yang dipasang dengan sistem gosok tanpa menggunakan spesi. Pagar ini selain menjadi pembatas antara teras keenam dan kelima, juga menjadi pagar penahan tanah atau talud pada teras keenam yang posisi tanahnya lebih tinggi dari teras sebelumnya. Pagar tersebut dilengkapi dengan pilaster berjumlah delapan, yang selain terdapat pada ujung pagar juga terdapat pada dinding pagar dengan jarak masing-masing pilaster 4,85 m. Bagian atas pilaster dihias dengan miniatur bangunan menyerupai candi. Pada bagian tengah pagar terdapat trap tangga yang dilengkapi dengan pipi tangga berhias tumpal di bagian depan. Pada teras keenam kompleks makam Sunan Drajat ini pada mulanya terdapat sebuah cungkup yang melingkupi makam-makam cucu Sunan Drajat, akan tetapi sekarang cungkup tersebut telah dibongkar tinggal menyisakan kerangka kayu. Kondisi sekarang, dibangun sebuah cungkup baru yang besar dan terbuat dari konstruksi baja, yang melingkupi makam-makam di teras keenam dan ketujuh. Teras VII Teras ketujuh, saat ini telah dilingkupi sebuah cukup besar yang menaungi teras keenam dan ketujuh sekaligus. Di teras ketujuh ini terdapat cungkup utama makam Sunan Drajat, berupa cungkup tertutup dengan atap tumpang dua. Penutup atap sirap, terbuat dari bahan kayu jati dengan bentuk kurawal pada bagian bawah. Cungkup utama ini berukuran 8,64 m x 8,62 m, berdinding tembok pasangan batu putih pada sisi barat, utara dan timur, sedang pada bagian depan atau sisi selatan berdinding kayu (jawa= gebyok) yang dihiasi ukiran dengan motif bunga. Bagian dalam cungkup terbagi menjadi 2 buah ruangan yang berjajar utara-selatan. Ruang 1 (sebelah selatan), bagian dalamnya terdapat sebuah cungkup, di dalam ruangan ini terdapat 6 buah makam anak Sunan Drajat, serta seperangkat gamelan yang tinggal kerangkanya saja, yang sekarang telah dipindahkan ke Museum Sunan Drajat. Pintu masuk ruang 1 ini berukuran kecil, penuh dengan motif bunga teratai, demikian juga dinding cungkup, penuh dengan relief bunga teratai. Pada sisi luar dinding cungkup ini terdapat candra sengkala yang berbunyi segoro umub pinanah tunggal yang menunjukkan angka tahun 1544 Saka atau 1622 Masehi. Candra sengkala kedua terdapat pada bagian atas pintu masuk lorong yang terletak di antara ruang 1 dan ruang 2. Candra sengkala tersebut berbunyi mulyo guno ponco waktu yang menunjukkan angka tahun 1531 Saka atau 1609 Masehi. Candra sengkala ini diapit oleh relief sepasang sayap burung. Dinding di kanan-kiri pintu dihias dengan lukisan bunga teratai dan sepasang burung garuda yang sudah distilir dengan flora, serta arca kepala kala kayu yang diapit oleh empat gunung bersayap.

Ruangan 2 terletak di sebelah utara ruangan 1, berlantai lebih tinggi dari ruang 1. Di dalam ruang 2 ini terdapat 2 buah makam, yaitu makam Sunan Drajat di sebelah barat dan makam istrinya Retno Ayu Condro Sekar di sebelah timurnya. Jirat makam Sunan Drajat berbentuk persegiempat panjang, bertingkat makin ke atas makin kecil, dan pada masing-masing sudut dan sisinya terdapat hiasan medalion dan antefik. Nisan makam berbentuk lengkung dengan puncak datar. Jirat dan nisan makam istri Sunan Drajat mempunyai bentuk dan hiasan yang hampir sama dengan jirat makam Sunan Drajat.