Salah satu contoh sikap rendah hati yang tuhan yesus ajarkan kepada murid muridnya adalah

Orang Samaria yang murah hati adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridnya. Kisah ini tercantum di dalam Lukas 10:25-37. Perumpamaan ini menggambarkan cinta kasih yang tidak terbatas, bahkan cinta kasih kepada orang yang membenci sekalipun. Cerita ini penting, sebab ini adalah salah satu asas atau dasar agama Kristen yaitu: cinta kasih sesama.

Salah satu contoh sikap rendah hati yang tuhan yesus ajarkan kepada murid muridnya adalah

"Orang Samaria yang murah hati", karya Domenico Fetti, ca. 1618–22

Yesus mengisahkan cerita ini kepada seorang ahli Taurat yang menanyakan kepadanya, apa yang harus diperbuatnya untuk mendapatkan hidup kekal.

Maka ujar Yesus sambil kata-Nya, "Bahwa adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; maka jatuhlah ia ke tangan penyamun, yang merampas pakaiannya serta memukul dia, lalu pergi meninggalkan dia hampir mati. Kebetulan turunlah dengan jalan itu juga seorang imam; apabila dilihatnya dia, maka menyimpanglah ia melintas dia.

Sedemikianpun seorang suku bangsa Lewi, apabila sampai ke tempat itu serta terpandang akan dia, maka menyimpanglah ia melintas dia. Tetapi seorang Samaria, yang sedang berjalan datang ke tempat ia terhantar; apabila terpandang akan dia, maka jatuhlah kasihannya, lalu ia menghampiri dia serta membebatkan lukanya, sambil menuang minyak dan air anggur ke atasnya; setelah itu ia pun menaikkan dia ke atas keledainya sendiri, lalu membawa dia ke rumah tumpangan, serta membela dia. Pada keesokan harinya dikeluarkannya dua dinar, diberikannya kepada tuan rumah tumpangan itu sambil katanya: Belakanlah dia, dan barang apa yang engkau belanjakan lebih daripada itu aku ganti, apabila aku datang kembali."

Orang Samaria adalah orang yang dimusuhi dan dibenci oleh orang Yahudi. Karena itu, si korban dalam kisah Yesus ini sama sekali tidak mengharapkan pertolongannya, tetapi dari ketiga orang yang melihatnya, justru orang inilah yang turun tangan dan bersedia menolongnya.

Frase "orang Samaria yang murah hati" menjadi ungkapan sehari-hari bagi seseorang yang bersedia menolong orang lain - bahkan yang tidak dikenal sekalipun - tanpa pamrih.

  • Samaria
  • Bagian Alkitab yang berkaitan: Lukas 10
  • SarapanPagi: Perumpamaan tentang Orang Samaria yang Murah Hati
 

Artikel bertopik Kristen ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Perumpamaan_orang_Samaria_yang_murah_hati&oldid=15170331"

”Aku menetapkan pola bagimu, agar, sebagaimana yang telah kulakukan kepadamu, kamu harus melakukannya juga.”​—YOH. 13:15.

APA JAWABAN SAUDARA?

  • Bagaimana Putra Allah memperlihatkan kerendahan hati sebelum datang ke bumi?

  • Sebagai manusia, bagaimana Yesus memperlihatkan kerendahan hati?

  • Hal baik apa saja yang dihasilkan dari kerendahan hati Yesus?

1,2. Pada malam terakhir kehidupannya di bumi, apa yang Yesus ajarkan kepada para rasulnya?

MALAM itu adalah malam terakhir kehidupan Yesus di bumi. Ia berada di ruang atas sebuah rumah di Yerusalem bersama rasul-rasulnya. Sewaktu mereka sedang makan, Yesus berdiri dan menanggalkan pakaian luarnya. Ia mengikatkan handuk di pinggangnya, lalu menuangkan air ke dalam baskom. Ia pun mulai mencuci kaki murid-murid itu dan mengeringkannya dengan handuk. Kemudian, ia mengenakan kembali pakaian luarnya. Mengapa Yesus melakukan tindakan yang dianggap rendah ini?​—Yoh. 13:3-5.

2 Yesus menjelaskan, ”Tahukah kamu apa yang telah aku lakukan kepadamu? ... Jika aku, meskipun Tuan dan Guru, membasuh kakimu, kamu juga wajib saling membasuh kaki. Karena aku menetapkan pola bagimu, agar, sebagaimana yang telah kulakukan kepadamu, kamu harus melakukannya juga.” (Yoh. 13:12-15) Melalui kerelaannya melakukan hal ini, Yesus mengajar para rasulnya untuk rendah hati. Pelajaran itu akan selalu mereka ingat dan akan mendorong mereka untuk berlaku rendah hati di kemudian hari.

3. (a)Bagaimana Yesus menandaskan pentingnya kerendahan hati pada dua kesempatan? (b)Apa yang akan kita bahas dalam artikel ini?

3 Bukan pada peristiwa itu saja Yesus menandaskan pentingnya kerendahan hati kepada para rasulnya. Sebelumnya, sewaktu beberapa rasul memperlihatkan semangat bersaing, Yesus memanggil seorang anak kecil untuk mendekat, dan Ia mengatakan kepada mereka, ”Barang siapa menerima anak kecil ini atas dasar namaku, menerima aku juga, dan barang siapa menerima aku, menerima dia juga yang mengutus aku. Karena dia yang bertingkah laku sebagai pribadi yang lebih kecil di antara kamu semua, dialah yang besar.” (Luk. 9:46-48) Pada kesempatan lain, sewaktu berbicara dengan orang Farisi yang suka mencari kedudukan terkemuka, Yesus mengatakan, ”Setiap orang yang meninggikan diri akan direndahkan dan dia yang merendahkan diri akan ditinggikan.” (Luk. 14:11) Jelaslah, Yesus ingin agar para pengikutnya rendah hati. Ia tidak mau mereka bersikap sombong, angkuh, atau menganggap diri lebih hebat daripada orang lain. Mari kita cermati teladan kerendahan hatinya agar kita bisa menirunya. Dan, perhatikanlah bahwa sifat ini bisa bermanfaat bukan hanya bagi orang yang menunjukkannya, melainkan juga bagi orang lain.

”AKU TIDAK BERPALING KE ARAH YANG BERLAWANAN”

4. Bagaimana Putra Allah memperlihatkan kerendahan hati sebelum ia datang ke bumi?

4 Putra Allah menunjukkan kerendahan hati bahkan sebelum ia datang ke bumi. Di surga, Yesus bergaul dengan Bapak surgawinya selama miliaran tahun. Buku Yesaya menggambarkan betapa eratnya hubungan Sang Putra dengan Bapaknya dengan kata-kata, ”Tuan Yang Berdaulat Yehuwa telah memberi aku lidah seorang murid, agar aku mengetahui caranya menjawab orang yang lelah dengan perkataan. Ia bangun setiap pagi; ia membangunkan telingaku agar mendengar seperti seorang murid. Tuan Yang Berdaulat Yehuwa membuka telingaku, dan mengenai aku, aku tidak memberontak. Aku tidak berpaling ke arah yang berlawanan.” (Yes. 50:4,5) Yesus sangat ingin belajar dari Allah. Ia dengan rendah hati mendengarkan apa yang Yehuwa ajarkan. Pastilah Yesus juga memerhatikan baik-baik bagaimana Yehuwa dengan rendah hati memperlihatkan belas kasihan kepada umat manusia yang berdosa!

5. Bagaimana Yesus memperlihatkan kerendahan hati dan kesahajaan sewaktu berselisih dengan Iblis?

5 Tidak semua malaikat rendah hati seperti Yesus. Malaikat yang menjadi Setan Si Iblis tidak mau belajar dari Yehuwa. Ia malah menjadi angkuh dan merasa lebih hebat daripada yang lain. Sikapnya ini sangat berlawanan dengan kerendahan hati. Ia pun memberontak melawan Yehuwa. Sebaliknya, Yesus merasa puas dengan wewenang yang Yehuwa berikan dan tidak ingin menyalahgunakan wewenangnya. Sewaktu ’berselisih dengan Iblis mengenai tubuh Musa’, Yesus tidak mau bertindak melampaui wewenangnya, sekalipun ia adalah Mikhael, malaikat yang paling berkuasa. Ya, Putra Allah menunjukkan kerendahan hati dan kesahajaan. Ia rela menantikan Yehuwa, Hakim Tertinggi di alam semesta, untuk menangani hal itu dengan cara dan pada waktu yang Allah tentukan.​—Baca Yudas9.

6. Mengapa dapat dikatakan bahwa Yesus rendah hati dengan menerima tugas sebagai Mesias?

6 Sewaktu masih di surga, Yesus pasti mengetahui semua nubuat tentang kehidupannya kelak sebagai Mesias di bumi. Jadi, kemungkinan besar ia sudah mengetahui semua penderitaan yang akan ia alami. Namun, Yesus tetap menerima tugas untuk hidup di bumi dan mati sebagai Mesias yang dijanjikan. Mengapa? Karena ia rendah hati. Rasul Paulus menekankan hal itu dengan menulis, ”Walaupun ada dalam wujud Allah, [ia] tidak pernah mempertimbangkan untuk merebut kedudukan, yakni agar ia setara dengan Allah. Tidak, tetapi ia mengosongkan dirinya dan mengambil wujud seorang budak dan menjadi sama dengan manusia.”​—Flp. 2:6,7.

SEBAGAI MANUSIA, ”IA MERENDAHKAN DIRINYA”

7,8. Dengan cara apa saja Yesus memperlihatkan kerendahan hati selama masa kanak-kanak dan sepanjang masa pelayanannya?

7 ”Ketika [Yesus] berada dalam wujud sebagai manusia,” tulis Paulus, ”ia merendahkan dirinya dan taat sampai mati, ya, mati pada tiang siksaan.” (Flp. 2:8) Sejak masa kanak-kanak, Yesus sudah meninggalkan pola kerendahan hati. Sekalipun dibesarkan oleh orang tua yang tidak sempurna​—Yusuf dan Maria—​Yesus dengan rendah hati ”terus tunduk kepada mereka”. (Luk.2:51) Sungguh bagus teladannya itu bagi anak-anak! Allah pasti akan memberkati mereka jika mereka rela menaati orang tua.

8 Setelah dewasa, Yesus memperlihatkan kerendahan hati dengan selalu menomorsatukan kehendak Yehuwa, bukan kehendaknya sendiri. (Yoh. 4:34) Selama masa pelayanannya, Yesus Kristus menggunakan nama Allah, dan ia membantu orang-orang yang tulus untuk memperoleh pengetahuan yang saksama tentang sifat-sifat Yehuwa dan kehendak-Nya bagi manusia. Yesus tidak hanya mengajar orang lain untuk menjalani kehidupan yang menyenangkan Allah, tetapi ia sendiri juga menerapkannya. Dalam contoh doa yang ia ajarkan, hal pertama yang Yesus sebutkan adalah, ”Bapak kami yang di surga, biarlah namamu disucikan.” (Mat. 6:9) Jadi, Yesus mengajar murid-muridnya bahwa hal terpenting dalam kehidupan adalah memuliakan nama Yehuwa. Kehidupannya sendiri pun menunjukkan hal itu. Menjelang akhir pelayanannya di bumi, Yesus bisa dengan yakin mengatakan kepada Yehuwa dalam doanya, ”Aku telah memberitahukan namamu kepada mereka [para rasul] dan akan memberitahukannya.” (Yoh. 17:26) Selain itu, Yesus sering mengatakan bahwa tidak ada satu pun yang dapat ia lakukan tanpa bantuan Yehuwa.​—Yoh. 5:19.

9. Apa yang dinubuatkan Zakharia tentang Mesias? Bagaimana nubuat ini tergenap atas diri Yesus?

9 Zakharia bernubuat tentang Mesias, ”Nikmatilah sukacita besar, hai, putri Zion. Bersoraklah dalam kemenangan, hai, putri Yerusalem. Lihat! Rajamu datang kepadamu. Ia adil-benar, ya, diselamatkan; iarendah hati, dan menunggang seekor keledai jantan, ya, binatang yang sudah dewasa anak keledai betina.” (Za. 9:9) Nubuat ini tergenap ketika Yesus memasuki Yerusalem sebelum Paskah tahun 33M.Orang-orang menghamparkan pakaian luar mereka dan cabang-cabang pohon di jalan. Seluruh penduduk menyambutnya dengan riuh sewaktu ia memasuki kota. Ya,sekalipun orang-orang mengelu-elukan dia sebagai Raja mereka, Yesus tetap rendah hati.​—Mat. 21:4-11.

10. Dengan taat sampai mati, apa yang Yesus buktikan?

10 Sewaktu berada di bumi, Yesus Kristus terus memperlihatkan kerendahan hati dan ketaatan bahkan hingga kematiannya di tiang siksaan. Dengan demikian, ia memberikan bukti yang tidak dapat dibantah bahwa manusia dapat tetap loyal kepada Yehuwa meskipun diuji habis-habisan. Yesus juga menunjukkan betapa salahnya tuduhan Setan bahwa manusia melayani Yehuwa hanya karena mengharapkan imbalan. (Ayb. 1:9-11; 2:4) Melalui ketaatannya yang sempurna, Kristus menunjukkan bahwa Yehuwa memang berhak memerintah, dan bahwa cara Dia memerintah adalah yang terbaik. Yehuwa pasti sangat senang melihat keloyalan yang tak tergoyahkan dari Putra-Nya yang rendah hati ini.​—Baca Amsal27:11.

11. Berkat korban tebusan Yesus Kristus, apa yang diperoleh orang-orang yang beriman?

11 Melalui kematiannya di tiang siksaan, Yesus juga menyediakan tebusan bagi manusia. (Mat. 20:28) Atas dasar korban Yesus, Yehuwa dapat mengampuni dosa kita sesuai dengan tuntutan-Nya yang adil-benar dan memberi manusia kesempatan untuk hidup abadi. ”Melalui satu tindakan yang menghasilkan pembenaran, segala macam orang dinyatakan adil-benar untuk kehidupan,” tulis Paulus. (Rm. 5:18) Berkat kematian Yesus, orang-orang Kristen terurap dapat hidup abadi di surga, sedangkan ”domba-domba lain”, hidup abadi di bumi.​—Yoh. 10:16; Rm. 8:16,17.

AKU ”RENDAH HATI”

12. Bagaimana Yesus memperlihatkan kelembutan dan kerendahan hati dalam memperlakukan manusia tidak sempurna?

12 Yesus mengundang semua orang yang ”berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat” untuk datang kepadanya. Ia mengatakan, ”Pikullah kuk aku dan belajarlah padaku, karena aku berwatak lembut dan rendah hati, dan kamu akan menemukan kesegaran bagi jiwamu.” (Mat. 11:28,29) Karena Yesus rendah hati dan lembut, ia memperlakukan manusia yang tidak sempurna dengan baik hati dan tidak berat sebelah. Ia tidak mengharapkan lebih daripada yang dapat dilakukan murid-muridnya. Yesus memuji mereka dan membangkitkan semangat mereka. Ia tidak membuat mereka merasa tidak pandai atau tidak berharga. Yesus pastilah bukan orang yang keras atau sulit disenangkan. Sebaliknya, ia meyakinkan para pengikutnya bahwa kalau mereka mendekat kepadanya dan menerapkan ajarannya, mereka akan merasa disegarkan, sebab kuknya nyaman dan tanggungan darinya ringan. Pria dan wanita, juga tua dan muda, senang bergaul dengan Yesus.​—Mat. 11:30.

13. Bagaimana Yesus memperlihatkan belas kasihan kepada rakyat jelata?

13 Yesus merasa kasihan melihat rakyat jelata Israel, dan ia berbuat sebisa-bisanya untuk meringankan beban hidup mereka. Di dekat Yerikho, ia bertemu dengan dua orang pengemis buta, yang salah satunya bernama Bartimeus. Mereka terus berteriak meminta Yesus menolong mereka, tetapi orang-orang dengan tegas menyuruh mereka diam. Yesus tentu bisa saja mengabaikan permohonan orang-orang buta itu. Namun, karena terdorong oleh rasa kasihan, ia meminta mereka mendekat, lalu ia menyembuhkan mereka. Ya, Yesus meniru Bapaknya, Yehuwa, dengan memperlihatkan kerendahan hati dan belas kasihan kepada manusia berdosa yang dipandang rendah.—Mat. 20:29-34; Mrk. 10:46-52.

”BARANG SIAPA MERENDAHKAN DIRINYA AKAN DITINGGIKAN”

14. Hal baik apa saja yang dihasilkan oleh kerendahan hati Yesus?

14 Kerendahan hati yang Yesus perlihatkan sepanjang hidupnya menghasilkan sukacita dan berkat. Yehuwa bersukacita melihat Putra yang dikasihi-Nya dengan rendah hati menaati Dia. Para rasul dan murid Yesus pun disegarkan oleh kelembutan dan kerendahan hatinya. Teladannya, ajarannya, dan pujiannya yang hangat mendorong mereka untuk maju secara rohani. Yesus juga membantu rakyat jelata dengan mengajar dan menghibur mereka, serta memberikan apa yang mereka butuhkan. Terlebih lagi, dengan adanya korban Yesus, semua orang yang beriman kepadanya akan memperoleh berkat untuk selama-lamanya.

15. Karena rendah hati, apa yang Yesus dapatkan?

15 Bagaimana dengan Yesus sendiri? Apakah kerendahan hatinya bermanfaat bagi dirinya? Tentu saja, karena ia mengatakan kepada murid-muridnya, ”Barang siapa merendahkan dirinya akan ditinggikan.” (Mat. 23:12) Itulah yang terjadi atas diri Yesus. Paulus mengatakan, ”Allah meninggikan [Yesus] kepada kedudukan yang lebih tinggi dan dengan baik hati memberinya nama di atas setiap nama lain, sehingga dengan nama Yesus semua harus bertekuk lutut, yaitu mereka yang berada di surga, di bumi, dan di bawah tanah, dan setiap lidah harus mengakui secara terbuka bahwa Yesus Kristus adalah Tuan bagi kemuliaan Allah, sang Bapak.” Karena kerendahan hati dan kesetiaan Yesus sewaktu hidup di bumi, Allah Yehuwa meninggikan Putra-Nya dengan memberinya wewenang atas semua makhluk di surga dan di bumi.​—Flp.2:9-11.

YESUS ’MENUNGGANG DEMI KEBENARAN DAN KERENDAHAN HATI’

16. Apa yang memperlihatkan bahwa Putra Allah akan selalu rendah hati?

16 Putra Allah akan selalu rendah hati. Sebagai Raja di surga, ia akan bertindak atas musuh-musuh Allah. Salah seorang pemazmur menubuatkan, ”Dalam semarakmu teruslah menuju keberhasilan; menungganglah demi kebenaran dan kerendahan hati dan keadilbenaran.” (Mz. 45:4) Di Armagedon, Yesus Kristus akan berperang untuk membela orang-orang yang rendah hati, adil-benar, dan mengasihi kebenaran. Lalu, apa yang akan terjadi pada akhir Pemerintahan Seribu Tahun Kristus setelah ia ”meniadakan semua pemerintah dan semua wewenang dan kuasa”? Apakah ia akan tetap rendah hati? Pasti, sebab ’ia akan menyerahkan kerajaan kepada Allah dan Bapaknya’.​—Baca 1Korintus 15:24-28.

17,18. (a)Mengapa hamba-hamba Yehuwa harus mengikuti pola kerendahan hati Yesus? (b)Apa yang akan dibahas dalam artikel berikutnya?

17 Bagaimana dengan kita? Apakah kita akan mengikuti pola yang ditetapkan oleh Sang Teladan kita dan memperlihatkan kerendahan hati? Di Armagedon, hanya orang yang rendah hati dan adil-benar yang akan diselamatkan oleh Raja Yesus Kristus. Jadi, kalau ingin selamat, kita harus rendah hati. Dan, sama seperti Yesus, kalau kita rendah hati, bukan kita saja yang akan menuai manfaatnya, tetapi orang lain juga.

18 Apa yang akan membantu kita meniru pola Yesus? Bagaimana kita dapat mengupayakan kerendahan hati sekalipun tidak mudah? Kita akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dalam artikel berikutnya.