Menjaga lingukungan sekitar Show Yang utama adalah menjaga lingkungan sungai atau selokan, sungai sebaiknya di pelihara dengan baik. Jangan membuang sampah ke selokan. Sungai atau selokan jangan di jadikan tempat pembuangan sampah Hindari membuat rumah di pinggiran sungai Saat ini semakin banyak warga yang membangun rumah di pinggir sungai, ada baiknya pinggiran sungai jangan di jadikan rumah penduduk karena menyebabkan banjir dan tatanan masyarakat tidak teratur. Melaksanakan program tebang pilih dan reboisasi Pohon yang telah ditebang sebaiknya ada penggantinya. Menebang pohon yang telah berkayu kemudian di tanam kembali tunas pohon yang baru. Hal ini ditujukan untuk regenerasi hutan dengan tujuan hutan tidak menjadi gundul. Buanglah sampah pada tempatnya Sering kali masyarakat indonesia membuang sampah sembarangan terutama membuang sampah ke sungai, tentu hal ini akan memebrikan dampak buruk di kemudian hari. Karena sampah yang menumpuk bisa menyebabkan terjadinya banjir saat curah hujan sedang tinggi. Pengelolahan sampah yang tepat bisa membantu mencegah banjir. Rajin Membersihkan Saluran Air Perbaikan dan pembersihan saluran air tentu harus ada. Di wilayah tertentu bisa diadakan secara gotong royong. Penjagaan ini harus dilakukan secara terus menerus dengan waktu berkala. Hal ini bertujuan agar terjadi hujan deras, air tidak akan tersumbat dan mampu mencegah terjadinya banjir. B. Upaya Pengurangan Bencana Aingin puting Beliung
C. Upaya Penanggulangan Bencana Tanah Longsor
D. Upaya Penanggulangan KekeringanKekeringan merupakan salah satu bencana alam yang keberadaannya sama sekali tidak diinginkan. Sepeti halnya jenis bancana alam lainnya yang dapat diupayakan penanggulangannya, demikian halnya dengan kekeringan. Beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi kekeringan ini antara lain adalah sebagai berikut: Salah satu cara untuk dapat menanggulangi kekeringan adalah banyak menanam pepohonan. Seperti yang kita tahu bahwa salah satu fungsi pohon adalah mnyerap dan kemudian menyimpan air di dalam akarnya. Suatu saat air yang tersimpan di bawah akar pohon dan disebut dengan air tanah ini akan dapat digunakan di kemudian hari ketika musim kemarau tiba. seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dartah yang mempunyai banyak pohon akan lebih banyak mempunyai air daripada daerah yang kurang pohon. Solusi kedua untuk menanggulangi kekeringan adalah dengan membuat bendungan. Bendungan merupakan salah satu cara untuk membuat air sungai tersimpan (terbendung) sehingga suatu saat dapat digunakan ketika masuarakat kekurangan air. Bendungan juga digunakan untuk mengairi sawah.
Dan salah satu solusi yang dapat kita lakukan dan dimulai dari diri sendiri adalah menghemat penggunaan air. Air yang merupakan sumber daya alam harus kita hemat dan penggunaannya hanya sewajarnya saja, jangan berlebihan. E. Upaya Penanggulangan AbrasiMembangun Pemecah Gelombang Membuat pemecah gelombang bisa menjadi salah satu cara untuk mencegah abrasi pantai. Cara ini dimaksudkan agar kekuatan gelombang yang tiba pada garis pantai tidak terlalu besar sehingga tidak berpotensi mengikis padatan yang berada dititik tersebut. Beberapa wilayah di Indonesia sudah banyak yang menerapkan pemecah gelombang sebagai penangkal abrasi pantai Hutan Mangrove/Bakau Cara yang paling manjur untuk mengatasi abrasi adalah dengan menanam mangrove. Langkah penanggulangan berbasis konservasi ini idealnya disandingkan dengan opsi pemecah gelombang. Manfaat hutan bakau dalam melindungi garis pantai sebenarnya sudah banyak diketahui pihak terkait. Namun kesadaran untuk membuat ini masih minim. Mangrove memiliki banyak manfaat seperti :
Penanganan BencanaDalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan bencana, dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:
TAHAP PRA BENCANA Tahap Pencegahan dan Mitigasi Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi serta menanggulangi resiko bencana. Rangkaian upaya yang dilakukan dapat berupa perbaikan dan modifikasi lingkungan fisik maupun penyadaran serta peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dapat dilakukan secara struktural maupun kultural (non struktural). Secara struktural upaya yang dilakukan untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Sedangkan secara kultural upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah dengan cara mengubah paradigma, meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga terbangun masyarakat yang tangguh. Mitigasi kultural termasuk di dalamnya adalah membuat masyarakat peduli terhadap lingkungannya untuk meminimalkan terjadinya bencana. Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:
Tahap Kesiapsiagaan Tahap kesiapsiagaan dilakukan menjelang sebuah bencana akan terjadi. Pada tahap ini alam menunjukkan tanda atau signal bahwa bencana akan segera terjadi. Maka pada tahapan ini, seluruh elemen terutama masyarakat perlu memiliki kesiapan dan selalu siaga untuk menghadapi bencana tersebut. Pada tahap ini terdapat proses Renkon yang merupakan singkatan dari Rencana Kontinjensi. Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjensi berarti suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi. Secara umum, kegiatan pada tahap kesiapsiagaan antara lain:
TAHAP TANGGAP DARURAT Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi. Kegiatan pada tahap tanggap darurat yang secara umum berlaku pada semua jenis bencana antara lain:
TAHAP REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi biasa dilakukan setelah terjadinya bencana. Kegiatan inti pada tahapan ini adalah:
Dalam keseluruhan tahapan Penanggulangan Bencana tersebut, ada 3 (tiga) manajemen yang dipakai yaitu :
|