Sebutkan 7 macam kepercayaan masyarakat Mekkah sebelum Islam?

Masyarakat Arab sudah terkenal dengan sifat mulai sebelum Islam.

Pixabay

Masyarakat Arab sudah terkenal dengan sifat mulai sebelum Islam. Ilustrasi Padang Pasir

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Orang-orang Arab sebelum Islam masuk dikenal sebagai masyarakat jahiliyah (berada dalam kebodohan karena menyembah berhala dan sombong).

Namun, di luar itu, ternyata orang-orang Arab masih memiliki sifat-sifat mulia. Pernyataan ini disampaikan Dr Raghib as-Sarjani dalam Shifat al-Arab wa Akhlaquhum.

Sifat-sifat ini, di antaranya, pertama kejujuran. Dahulu orang-orang Arab enggan untuk berbohong. Dan sifat ini pula yang melekat kepada Rasulullah SAW dan para sahabatnya Abu Bakar Ash shiddiq. 

Kedua, murah hati. Masyarakat Arab terbiasa untuk menghormati tamu dengan penyambutan dan makanan yang baik dan mereka biasa menyalakan api di malam hari. Salah satu tokoh Arab yang dikenal karena kemurahan hatinya adalah Hatim At-Thai. 

Ketiga, adil. Meski perbudakan masih terjadi, masyarakat pada umumnya tidak ada pengorbanan jika tidak bersalah. Mereka juga hidup bebas dan menolak ketidakadilan. 

Keempat, bertetangga dengan baik. Masyarakat Arab memegang teguh untuk memenuhi hak-hak tetangga. Terutama, saling melindungi dan tolong menolong di antara mereka. Dengan memenuhi hak tetangga maka sama seperti menjaga kemuliaan.

Kelima, kesabaran. Kondisi kehidupan orang Arab di Jazirah Arab sangat keras dan inilah yang memberi mereka kekuatan dan kesabaran untuk menanggung berbagai kesulitan yang mungkin mereka hadapi, seperti kelaparan, perjalanan jauh, dan lainnya. 

Keeenam, keberanian. Keberanian adalah karakteristik naluriah di setiap orang Arab, karena orang Arab memiliki kekuatan untuk mendorongnya berperang tanpa rasa takut, dan untuk mendukung yang tertindas tanpa ragu-ragu. 

Selain itu, kondisi kehidupan Badui mereka membantu mempersiapkan diri untuk bahaya yang mungkin menimpa mereka. Mereka juga tidak akan menyerang orang lain tanpa alasan.

Ketujuh, loyalitas. Selain jujur, masyarakat Arab juga terkenal loyal. Orang Arab biasa menepati sumpah mereka, memuji yang setia, dan mencemarkan nama baiknya, dan menolak berkhianat atau tidak menetapi janji.  

Sumber: mawdoo3

  • arab
  • arab jahiliyah
  • islam
  • masyarakat arab
  • islam arab
  • rasulullah

Sebutkan 7 macam kepercayaan masyarakat Mekkah sebelum Islam?

Sebutkan 7 macam kepercayaan masyarakat Mekkah sebelum Islam?

Arab Mekkah dahulunya merupakan daerah yang tidak berpenghuni, hanya lautan padang pasir berbatu nan tandus, belum ada kehidupan sama sekali. Baru pada masa Nabi Ibrahim alaihissalam yang mengantarkan istrinya yang bernama Siti Hajar berdasarkan wahyu dari Allah harus membawa Siti Hajar ke daerah itu.

Setelah Siti Hajar tinggal di daerah Mekkah itu dan melahirkan seorang anak yang kelak menjadi seorang Nabi bernama Ismail di tambah dengan kedatangan rombongan suku Jurhum yang berasal dari sebuah suku dari negeri Saba' yang negerinya sudah hancur maka kehidupan baru dimulai. 

Untuk mengetahui pembahasan lebih lanjut tentang Kepercayaan Masyarakat Arab Sebelum Islam berikut adalah pemaparan selengkapnya.

Latar Belakang

Sejak pertama kalinya kepercayaan masyarakat Arab menganut kepercayaan Tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As. kemudian dilanjutkan oleh Ismail putranya. Setelah Nabi Ismail meninggal maka masa kenabian sempat terputus yang menyebabkan masyarakat Mekkah berpindah keyakinan.

Kepindahan kepercayaan masyarakat Arab dari ketauhidan dimulai dari salah seorang tokoh pembesar yang berasal dari suku Kuza'ah bernama Amir bin Lubai, ia pergi ke negeri Syam (Negeri Syiria Sekarang) dia menyaksikan penduduk kota Syam melakukan penyembahan pada patung.

Ketika ia pulang ke daerah Arab Mekkah sambil membawa patung yang dinamakan Hubal. Dia mengajarkan tata cara menyembah patung tersebut kepada masyarakat Arab waktu itu. Patung Hubal diletakkan di Ka'bah sebagai patung pemimpin dari patung Latta, Uzza dan Manat.

Dari sejak itulah masyarakat Arab meyakini bahwa patung-patung tersebut merupakan pelantara untuk mendekatkan diri mereka pada tuhannya. Masyarakat Arab Mekkah kemudian membuat banyak patung hingga sampai berjumlah 360 buah patung mengelilingi bangunan Ka'bah.

Ketika musim Haji tiba, para pendatang bertanya kenapa harus menyembah berhala? Mereka menjawab, itu sebagai pelantara untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Saat mereka pulang kedaerah asalnya masing-masing lalu mereka mempraktekan tata cara penyembahan berhala itu di daerahnya.

Setelah berlangsung sekian lama, maka jadilah daerah Arab waktu itu menjadi pusat penyembahan pada patung-patung di daerah Jazirah Arabia. 

Asal mula penyembahan terhadap patung

Sebuah Hadits riwayat Imam Bukhari menerangkan bahwa :

Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh As, merupakan patung-patung yang di sembah pula dikalangan bangsa Arab setelah itu. Adapun Wudd adalah berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul Jandal. Suwa adalah sesembahan Hudzail, Yaghuts sesembahan suku Murad, kemudian berpindah ke bani Ghatibdi, di lereng bukit yang terletak di kota Saba.

Kemudian patung Ya'uq adalah sesembahan suku Hamdan, Nasr sesembahan suku Himyar dan keluarga Dzi Kila. sesungguhnya nama -nama patung tersebut merupakan orang-orang saleh pada zaman Nabi Nuh Alaihissalam.

Ketika orang-orang saleh itu wafat, lalu Syetan membisikan kepada kaum yang saleh waktu itu agar dibuatkan patung-patung mereka dan di simpan di tempat-tempat pertemuan dan diberi nama sesuai nama mereka. Pada saat kaum yang saleh masih ada patung-patung tersebut tidak di sembah.

Kemudian pada saat kaum yang saleh itu mati dan ilmunya telah hilang, maka barulah penyembahan terhadap patung-patung tersebut dimulai oleh penduduk masyarakat dikalangan mereka.

Saat mendekati kedatangan Islam kembali, ada beberapa orang Arab Mekkah berusaha melepaskan diri dari penyembahan terhadap patung dan mereka menyebarkan kembali ajaran-ajaran yang pernah dibawa oleh Nabi Ibrahim serta Ismail Alaihissalam, mereka adalah :


1.  Waraqah bin Naufa
2.  Umayyah bin Salt
3.  Qus Saidah
4.  Usman bin Khuwairis
5.  Abdullah bin Jahsy dan 
6.  Zainal bin Umar

Mereka merupakan termasuk orang-orang yang menentang terhadap praktek penyembahan pada patung-patung di Mekkah, namun mereka meninggal pada saat Islam kembali hadir dibawa bersama Nabi Muhammad Saw. Masyarakat Arab Mekkah saat itu dikatakan telah kembali kepada zaman kejahiliyahan atau zaman kebodohan, istilah jahiliyah disematkan kepada mereka bukan berarti mereka adalah kaum yang bodoh tidak bisa baca tulis tak berilmu, malahan masyarakat Mekkah saat itu sudah mahir dalam ilmu sastra. Berikut ini hal-hal yang mendorong masyarakat Mekkah meninggalkan ajaran Tauhid yang di bawa oleh nabi Ibrahim dan nabi Ismail:

  1. Penghormatan atau pengagungan yang berlebihan terhadap leluhur atau kepala suku mereka yang telah berjasa dikaumnya
  2. Ketakutan yang timbul disebabkan adanya rasa takut dari bencana kekuatan alam yang akan menimpa mereka, dan berusaha mencari kekuatan lain dari luar ketuhanan
  3. Kebutuhan terhadap Tuhan ketika mereka membutuhkan, dan berharap tuhan selalu bersama mereka

Selain menyembah patung, masyarakat arab Mekkah waktu itu juga menyembah Malaikat yang di anggapnya sebagai putri Tuhan. Kemudian selain itu mereka juga menyembah Jin, Ruh dan Hantu. Biasanya mereka mengadakan sesajian berupa sesajen dan berharap mereka terhindar dari bala bencana.

Demikianlah pembahasan mengenai kondisi Kepercayaan Masyarakat Arab Sebelum Islam, semoga ada hikmah dan manfaatnya.

Umat Islam melakukan Tawaf keliling Kakbah sebagai bagian dari pelaksanaan ibadah Umroh di Masjidil Haram, Mekkah Al Mukarramah, Arab Saudi. Foto: Antara/Aji Styawan

Mekkah dianggap sebagai Kota Suci di mana Nabi Muhammad SAW lahir dan menerima wahyu. Namun sebelum Islam hadir sebagai rahmatan lil alamin, masyarakat Mekkah memiliki tradisi-tradisi tidak baik yang penuh kesesatan, kekufuran dan penyimpangan. Inilah yang disebut masa jahiliyah atau zaman kebodohan.

Pada saat itu masyarakat Mekkah dan Arab secara umum memiliki kemajuan di bidang perekonomian, khususnya dalam perdagangan dan pertanian. Ini tidak lepas dari letak geografis Mekkah yang berada pada jalur perdagangan ramai.

Meski demikian, mereka tetap tidak dapat terlepas dari kebodohan. Jahiliyah bukan berarti bodoh dari segi keilmuan, namun mereka bodoh dalam hal keimanan kepada Allah.

Islam kemudian hadir untuk menghentikan praktik-praktik yang menyesatkan tersebut. Ingin tahu kondisi masyarakat Mekkah pra Islam? Simak fakta-faktanya berikut ini:

Kepercayaan Masyarakat Mekkah Sebelum Islam

Ilustrasi orang berdoa. Foto: ShutterStock

Mengutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam publikasi Kementerian Agama (2014: 11-12), dalam hal kepercayaan, pada awalnya masyarakat Mekkah adalah penganut agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS dan kemudian dilanjutkan oleh putranya Nabi Ismail AS. Namun sepeninggal Nabi Ismail, mereka mulai berpaling dari Allah SWT dan menyembah berhala.

Selain menyembah berhala, ada kepercayaan lain yang berkembang. Sebagian masyarakat Arab menyembah jin, hantu, dan roh leluhur. Mereka akan mengurbankan binatang sebagai persembahan agar terhindar dari marabahaya.

Kondisi Sosial Masyarakat Mekkah Pra Islam

Ilustrasi perempuan. Foto: Pixabay

Masih mengutip dari sumber yang sama, masyarakat Mekkah di masa jahiliyah memiliki kebiasaan buruk seperti minum khamr, berjudi, berzina, merampok, dan menganggap rendah kaum perempuan.

M. Abdul Karim (2015:51) dalam Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam menulis bahwa perempuan tidak dapat menjadi pewaris suami atau orangtua. Para lelaki juga bebas menikah tanpa batasan jumlah.

Mengutip dari buku Kementerian Agama (2014 :13) para majikan memperlakukan budak-budaknya dengan sesuka hati dan tidak jarang menyiksa mereka. Para budak diperlakukan layaknya binatang dan barang dagang yang bisa dijual atau dibunuh sesuka hati.