Sebutkan contoh akulturasi budaya islam dengan budaya nusantara

Seni Rupa dan seni ukir, contohnya relief yang dipahat di Candi Borobudur merupakan akulturasi antara cerita riwayat hidup sang Buddha dengan flora yang ada di Indonesia

Seni Pertunjukan, contohnya penambahan tokoh pada cerita wayang kulit yang ditampilkan, tidak murni hanya tokoh dari cerita yang ada di India

Seni Sastra, cerita kepahlawanan seperti Mahabarata mengalami penyesuaian alur cerita dengan kondisi budaya Indonesia

Sistem Astronomi, adanya penambahan unsur lokal dalam kalender Saka yang digubakan di Bali sehingga terdapat perbedaan antara Kalender Saka di Bali dan di India 

Seni Bangunan, salah satu contoh akulturasi budaya lokal dengan pengaruh Hindu-Budha adalah Candi Borobudur yang memadukan Bangunan Punden Berundak dengan ornamen Budha.

Dengan demikian, bentuk akulturasi kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Indonesia dapat dilihat dalam seni rupa dan seni ukir, seni pertunjukan, seni sastra, sistem astronomi, dan seni bangunan.  

Ada 15 Contoh Akulturasi Kebudayaan Hindu, Budha, Islam di Masyarakat Indonesia

Sebutkan contoh akulturasi budaya islam dengan budaya nusantara

Sosiologi Info - Apa saja ya Contoh Akulturasi Kebudayaan Hindu, Budha, Islam di Masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari hari ?

Nah untuk menjawab pertanyaan diatas, mari simak penjelasan dibawah ini perihal topik contoh akulturasi budaya di Indonesia. Yuk baca sobat.

Memahami Sekilas Penjelasan Akulturasi

Apa sih Akulturasi? Apakah akulturasi juga bisa terjadi antara agama yang satu dengan yang lain? Akhir-akhir ini lagi banyak yang bingung nih sama dua pertanyaan diatas? 

Usut punya usut rupanya konsep akulturasi itu bukan hanya konsep belaka. Tapi masyarakat kini hendak memastikan apakah akulturasi bisa terjadi juga pada agama. 

Robert Redfield, Ralph Linton, dan Melville J. Herskovits yang merupakan anggota subkomite tentang akulturasi yang ditunjuk Dewan Penelitian Ilmu Sosial Amerika Serikat (the Social Science Research Council).

Mendefenisikan akulturasi sebagai fenomena yang timbul ketika kelompok-kelompok individu yang berbeda budaya berhubungan langsung dan berkesinambungan.

Maka timbul perubahan pada budaya asli salah satu atau kedua kelompok tersebut (Mulyana dan Rakhmat, 2001).

Definisi tersebut setidaknya menggambarkan konsep akulturasi yang mudah untuk dipahami. Namun memang dalam disiplin sosiologi dan antropologi terjadi perdebatan antara makna akulturasi dan asimilasi. 

Meskipun secara teoritis dapat ditemukan suatu perbedaan tetapi pada konteks paling luar dan secara umum.

Makna keduanya justru merujuk pada suatu interaksi antar kebudayaan sehingga mengalami perubahan baik minimal maupun total.

Menurut Romli (2015) makna dan posisi akulturasi dalam konteks relasi antar etnik semakin jelas ketika mengemukakan makna asimilasi. 

Asimilasi merupakan pembauran kebudayaan sehingga terjadi suatu kebudayaan baru. Kim (dalam Romli, 2015) mengatakan derajat tertinggi dalam akulturasi merupakan asimilasi. 

Agama dalam kajian sosiologi juga bersinggungan dengan unsur sosial lain yakni budaya. Oleh karenanya agama juga mampu mengalami akulturasi. 

Namun sejauh ini memang asimilasi agama selalu ditentang. Misalnya baru-baru ini ada ajaran Agama Abrahamisme.

Yang merupakan kumpulan dari beberapa agama monoteisme yang didalam ajarannya terdapat sosok atau figur abraham atau ibrahim. 

Terlepas dari itu, akulturasi agama-agama dalam persoalan budaya atau tata kehidupan dapat dengan mudah kita temukan di Indonesia. 

Sebagai negara yang multietnis dan multireligi, Indonesia tak bisa dengan mudah meredam gejolak konflik perbedaan. 

Hal ini wajar dan telah terjadi ribuan tahun lalu. Tapi kehadiran tokoh-tokoh dalam sejarah membuktikan perbedaan dasar.

Antara masyarakat satu dengan yang lain dapat diselesaikan dengan cara akulturasi. Islam, Hindu, dan Budha merupakan agama-agama yang mula-mula masuk ke bumi nusantara. 

Mereka ini membawa ajaran yang bersentuhan dengan kebudayaan asli pribumi bahkan juga saling bersentuhan antar agama. Nah apa saja contohnya?

Contoh Akulturasi Hindu Budaya atau Kebudayaan Hindu, Budha, Islam

1. Atap dan Menara Masjid berbentuk tumpang 

Kalau kita baca sejarah, atap masjid bentuk kubah yang baru hadir sekitar abad ke 18. Awalnya para penyebar Islam khususnya dipulau jawa.

Tidak terlalu kaku dalam menerapkan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mereka membangun mesjid seperti rumah dan pendopo.

Pada masa itu yang mana atap masjid berbentuk tumpang bersusun sehingga terlihat berundak. Padahal bentuk tumpang mulanya dikembangkan orang-orang Hindu. 

Misalnya pada Masjid Agung Demak, Masjid Agung Banten, dan lain-lain. Selain Atap, menara Masjid juga terpengaruh oleh Agama Hindu.

Yang pada saat itu mendominasi pulau Jawa dan Bali. Banyaknya bangunan candi yang dikunjungi sebagai pusat peribadatan dengan arsitektur.

Dan pernak-pernik eksentrik membuat Sunan Kudus berinisiatif mendirikan menara dengan bentuk candi sebagaimana.

Yang pada saat itu populer berserta dinding dan “gapura candi bentar” yang mirip dengan tempat peribadatan umat Hindu. Walhasil kini Islam ikut berkembang pesat. 

2. Membangun Makam 

Didalam Islam membangun makan seperti bangunan atau menyemennya atau bahkan memasangkan kijing diatasnya sebenarnya tidak memiliki riwayat khusus. 

Namun perkembangan Islam di Jawa membuat para Sunan atau Wali Songo memutar otak untuk memudahkan masyarakat yang memeluk Islam.

Agar tidak terkejut dengan perubahan total. 

Maka akhirnya banyak makam yang semula hanya bendungan tanah diperbolehkan untuk dibatasi papan atau batu bata lantas diberi nisan atau ukiran kaligrafi.  

3. Wayang, Tembang, dan Sastra

Masyarakat Jawa senang dengan hiburan di malam hari. Ketimbang mereka mabuk dan main perempuan atau melakukan tindakan lain dalam falsafah mo limo.

Maka sunan Bonang menghiburkan mereka dengan permainan wayang dan tembang yang didalamnya disusupi ajaran Islam dan Kebaikan.

Meskipun nama-nama wayangnya disesuaikan dengan epik Hindu, seperti Kresna, Arjuna, Yudhistira, dll. 

4. Kalender 

Taukah teman-teman pembaca bahwa sistem penanggalan juga hadir dalam akulturasi Hindu Islam. 

Pernah dengan Jumat Kliwon bulan Purnama, lebih rinci lagi kalau pernah mendengar 1 Suro? Hal ini terjadi karena disatukannya hari dalam Hindu Jawa.

Yakni Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon dan penanggalan Islam yang dihitung berdasarkan Bulan. Bahkan karena akulturasi ini nama bulan-bulan Jawa diserap dari dua ajaran agama ini.  

5. Ajaran Kejawen

Sebenarnya lebih dekat pada contoh asimilasi, tetapi masyarakat yang menganut paham kejawen tetap mengakui Islam atau Hindu sebagai agamanya. 

Jadi mereka tak mengakui Kejawen sebagai agama melainkan sebagai ajaran yang tak terpisahkan dari agama yang mereka anut.

Selain contoh diatas, teman teman juga bisa melihat beberapa contoh dibawah ini sebagai tambahan referensi, yaitu sebagai berikut :

1. Adanya bangunan arsitektur pada Masjid Demak

2. Adanya sastra berupa Babad Tanah Jawa

3. Adanya kesenian wayang

4. Adanya makam Raja Raja Islam Mataram yang berada di Komplek Makam Imogiri

5. Adanya Ilmu Tasawut

6. Adanya seni ukir misalnya seperti pada kaligrafi di bangunan Kraton Yogyakarta

7. Adanya Kitab Suluk

8. Adanya seni pahat dan ukir pada gapura yang sering kita lihat di lingkungan masyarakat

9. Selanjutnya, pada pemerintahan dengan menggunakan sistem seperti yang dilakukan oleh Hindu Buddha dengan kepala pemerintahan bergelar Sultan.

10. Dimana untuk kalender yang dibuat oleh Sultan agung dengan mengadaptasi dari kalender hijriah dengan kalender jawa. 

Nah itulah sekilas penjelasan dalam memahami topik materi tentang 15 Contoh Akulturasi Kebudayaan Hindu, Budha, Islam di Masyarakat Indonesia. 

Penulis Artikel oleh Sandewa Jopanda, Alumnus Sosiologi Universitas Riau (UNRI)

Sumber Referensi Bacaan :

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat (ed.). 2001. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Romli, K. (2015). Akulturasi Dan Asimilasi Dalam Konteks Interaksi Antar Etnik. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 8(1), 1-13.

https://tirto.id/

https://brainly.co.id

Sebutkan contoh akulturasi budaya islam dengan budaya nusantara

Akulturasi Kebudayaan Islam Adalah sebuah perpaduan budaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya Contohnya sebuah proses percampuran 2 budaya atau lebih yang saling bertemu dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga dapat saling memengaruhi.

Faktor Kontak Akulturasi

  • Kontak sosial pada semua lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, maupun antar individu dalam dua masyarakat.
  • Kontak budaya dalam situasi bersahabat ataupun situasi bermusuhan.
  • Kontak budaya antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam semua unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa. teknologi. kemasyarakatan. agama, kesenian, ataupun ilmu pengetahuan.
  • Kontak budaya antara masyarakat yang jumlah warganya banyak ataupun sedikit.
  • Kontak budaya baik antar sistem budaya, sistem sosial, ataupun unsur budaya fisik.

Macam Jenis dan Contoh Akulturasi Kebudayaan Islam

Seni dan Arsitektur bangunan Islam di Indonesia sangatlah unik, menarik dan akulturatif. Seni bangunan yang menonjol di zaman perkembangan Islam ini adalah masjid, menara dan makam.

Dalam seni bangunan di zaman perkembangan Islam, terlihat ada perpaduan antara unsur Islam dengan kebudayaan praIslam yang sudah ada sebelumnya.

Ciri-cirinya adalah:

  1. Atapnya berbentuk tumpang yakni atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5 Dan biasanya ditambah dengan kemuncak guna memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut Mustaka.
  2. Tak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, namun dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan adalah budaya asli Indonesia.
  3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yakni sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yakni di atas bukit atau dekat dengan makam.

Makam-makam yang lokasinya di dataran dekat masjid agung, bekas kota pusat kesultanan adalah makam sultan-sultan Demak di samping Masjid Agung Demak, makam raja-raja Mataram-Islam Kota Gede (D.I. Yogyakarta), makam sultan-sultan Palembang, makam sultan-sultan di daerah Nanggroe Aceh, yakni kompleks makam di Samudera Pasai, makam Sultan Ternate di Ternate, makam sultan-sultan Goa di Tamalate, serta kompleks makam raja-raja di Jeneponto dan kompleks makam di Watan Lamuru (Sulawesi Selatan), makam-makam di berbagai daerah lainnya di Sulawesi Selatan, dan kompleks makam Selaparang di Nusa Tenggara serta masih banyak yang lainnya.

Baca Juga :  Asimilasi Adalah

 Di beberapa tempat ada makam-makam yang penempatannya ada di daerah dataran tinggi. Contohnya makam Sunan Bonang di Tuban, makam Sunan Derajat (Lamongan), makam Sunan Kalijaga di Kadilangu (Demak), makam Sunan Kudus di Kudus, makam Maulana Malik Ibrahim dan makam Leran di Gresik (Jawa Timur), makam Datuk Ri Bkalianng di Takalar (Sulawesi Selatan), makam Syaikh Burhanuddin (Pariaman), makam Syaikh Kuala atau Nuruddin ar-Raniri (Aceh) serta masih banyak para dai lainnya di tanah air yang dimakamkan.

 Ciri-ciri:

  • Makam-makam kuno dibangun di atas bukit maupun tempat-tempat yang tinggi.
  • Makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya pun terbuat dari batu.
  • Di atas jirat umumnya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
  • Dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antar makam dengan makam ataupun kelompok-kelompok makam.
  • Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam itu adalah makam para wali atau raja Contohnya adalah masjid makam Sendang Duwur di Tuban.

Pada masa perkembangan Islam di zaman madya, berkembang ajaran bahwa seni ukir, patung, dan melukis makhluk hidup, bahkan manusia secara nyata, tak diperbolehkan. Di Indonesia ajaran itu ditaati. Hal tersebut menyebabkan seni patung di Indonesia pada zaman madya, kurang berkembang. Padahal pada masa sebelumnya seni patung sangat berkembang, baik patung-patung bentuk manusia ataupun binatang. Akan tetapi, seteah zaman madya, seni patung berkembang seperti yang bisa kita saksikan sekarang ini.

Meskipun seni patung untuk menggambarkan makhluk hidup secara nyata tak diperbolehkan. Namun, seni pahat atau seni ukir terus berkembang. Para seniman tak ragu-ragu mengembangkan seni hias dan seni ukir dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan seperti yang sudah dikembangkan sebelumnya. Lalu ditambah seni hias dengan huruf Arab (kaligrafi). Bahkan muncul kreasi baru, yakni kalau terpaksa mau melukiskan makluk hidup, akan disamar dengan berbagai hiasan, sehingga tidak lagi jelas-jelas berwujud binatang atau manusia.

Banyak sekali bangunan-bangunan Islam yang dihiasi dengan berbagai macam motif ukir-ukiran. Contohnya, ukir-ukiran pada pintu atau tiang pada bangunan keraton maupun masjid, pada gapura atau pintu gerbang. Dikembangkan pun seni hias atau seni ukir dengan bentuk tulisan Arab yang dicampur dengan ragam hias yang lain. Malah ada seni kaligrafi yang membentuk orang, binatang, atau wayang.

Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh besar dalam bidang aksara atau tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab sebagai abjad yang dipakai untuk menulis bahasa Arab mulai dipakai di Indonesia. Bahkan huruf Arab dipakai di bidang seni ukir. Berhubungan dengan itu berkembang seni kaligrafi. Di samping pengaruh sastra Islam dan Persia, perkembangan sastra di zaman madya tak terlepas dari pengaruh unsur sastra sebelumnya.

Baca Juga :  Asal Usul Kota Balikpapan

Dengan begitu terjadilah akulturasi antara sastra Islam dengan sastra yang berkembang di zaman praIslam. Seni sastra di zaman Islam tersebut berkembang di Melayu dan Jawa. Dilihat dan corak dan isinya, ada beberapa jenis seni sastra adalah sebagai berikut:

Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah maupun dongeng. Dalam hikayat banyak ditulis berbagai peristiwa yang menarik, keajaiban, atau hal-hal yang tak masuk akal. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran yaitu karangan bebas atau prosa. Hikayat-hikayat yang terkenal, contohnya Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Khaidir, Hikayat si Miskin, Hikayat 1001 Malam, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir Hamzah, dan masih banyak yang lainnya.

Babad mirip dengan hikayat Penulisan babad murup tulisan sejarah, namun isinya tidak selalu berdasarkan fakta.Jadi, isinya campuran fakta sejarah, mitos, dan kepercayaan.Di tanah Melayu sendiri terkenal dengan sebutan tambo atau salasilah. Contoh babad ialah Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Mataram, dan Babad Surakarta.

Syair berasal dari perkataan Arab untuk menamakan karya sastra berupa sajak-sajak yang terdiri atas 4 baris setiap baitnya. Contoh syair sangat tua ialah syair yang tertulis pada batu nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.

Suluk adalah karya sastra yang berupa kitab-kitab serta isinya menjelaskan soal-soal tasawufnya. Contoh nya suluk yakni Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Malang Sumirang.

Di Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernapas Islam yang bertujuan guna menyebarkan ajaran Islam. Kesenian itu, contohnya adalah:

Debus adalah tarian yang pada puncak acara para penari menusukkan benda tajam ke tubuhnya tanpa meninggalkan luka. Tarian ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat dalam Al Quran serta salawat nabi. Tarian ini ada di Banten dan Minangkabau.

Seudati adalah sebuah bentuk tarian dari Aceh. Seudati berasal dan kata syaidati yang berarti permainan orang-orang besar. Seudati sering disebut saman berarti delapan. Tarian ini aslinya dimainkan oleh 8 orang penari. Para pemain menyanyikan lagu yang isinya adalah salawat nabi.

Wayang adalah termasuk wayang kulit, Pertunjukan wayang telahberkembang sejak zaman Hindu, akan namun, pada zaman Islam terus dikembangkan laluberdasarkan cerita Amir Hamzah dikembangkan pertunjukan wayang golek.

Baca Juga :  Pengertian Aktualisasi

Wujud Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.

Wujud Alkulturasi Seni Bangunan

Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:

  1. Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Dan biasanya ditambah dengan kemuncak untuk memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut dengan Mustaka.
  2. Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli Indonesia.
  3. Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.

Mengenai contoh masjid kuno dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Selain bangunan masjid sebagai wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan makam. Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:

  1. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
  2. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing,nisannya juga terbuat dari batu.
  3. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
  4. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
  5. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang Duwur di Tuban.

demikianlah artikel dari duniapendidikan.co.id mengenai Akulturasi Kebudayaan Islam : Pengertian, Faktor Kontak, Macam, Jenis, Contoh, Wujud dan Perkembangannya, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.