Sebutkan tiga Daulah kecil yang melepaskan diri dari Daulah Abbasiyah

Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Heri Ruslan

Dinasti Buwaihi dibangun oleh tiga putra Abu Syuja' Buwaihi – seorang pencari ikan dari Dailam, Iran utara.Memasuki abad ke-10 M, kejayaan Kekhalifahan Abbasiyah mulai meredup. Ketika dipimpin oleh Khalifah Ar-Radhi Billah – penguasa Abbasiyah ke-20 yang berkuasa pada 940-944 M – kekuatan politik dan militer Adidaya dari dunia Islam itu mulai tak berdaya.Pada era itu, wilayah-wilayah yang tergabung dalam Kekhalifahan Abbasiyah mulai memisahkan diri. Mereka mendirika dinasti-dinasti kecil. Wilayah kekuasaan Abbasiyah mulai menyempit, ketika di Mesir, Afrika Utara berdiri Kekhalifahan Fatimiyah, dan perwakilan Abbasiyah di Andalusia (Spanyol) memproklamirkan berdirinya Kekhalifahan Ummayah.Di tengah situasi yang tak menguntungkan itulah, sebuah dinasti bermazhab Syiah yang berkuasa di wilayah Persia dan Irak masuk dan mengendalikan kekuatan politik dan pemerintahan Abbasiyah. ‘’Kegagalan Kekhalifahan Abbasiyah untuk merekrut dan membayar militer  selama paruh pertama abad ke-4 H/10 M yang membuat dinasti itu mengendalikan Abbasiyah,’’ ujar Prof Syafiq Mughni dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam; Khilafah.Dinasti Syiah yang menguasai politik dan pemerintahan Abbasiyah selama 110 tahun (945-1055 M) itu bernama Buwaihi. Dinasti Buwaihi dibangun oleh tiga putra Abu Syuja' Buwaihi – seorang pencari ikan dari Dailam, Iran utara. Ketiganya adalah Ali bin Buwaihi yang berkuasa di Isfahan, Iran; Hasan bin Buwaihi yang berkuasa di Rayy dan Jabal, Iran; serta Ahmad yang membangun kekuatan di Khuzistan dan Al-Ahwaz (sekitar Irak).Menurut Ensiklopedi Islam, ketiga bersaudara itu memulai karier sebagai prajurit pada bani Samaniyah. Mereka menjadi pasukan perang yang dipimpin seorang panglima bernama Makan Ibnu Kali. Tak lama setelah pamor panglima perang di wilayah Dailam, Iran utara itu meredup, tiga bersaudara itu bergabung dengan pasukan Mardawij ibnu Zayyar Al-Dailamy. Prestasi mereka dalam militer begitu kinclong. Ibnu Maskawih dalam Tajarub Al-Umam mengisahkan, panglima Mardawij yang begitu puas dengan prestasi tiga bersaudara itu, kemudian mengangkat Ali sebagai gubernur Al-Karaj.  Hasan dan Ahmad pun menduduki jabatan penting. Ketiga bersaudara itu membangun kekuatan dan kekuasaannya dari Al-Karaj. Pasukan pimpinan Ali berhasil melebarkan sayap kekuasaannya ke daerah-daerah di Persia. Kota Syiraz mereka jadikan pusat pemerintahan Bani Buwaih. Sepeninggal panglima Mardawij, ketiganya berhasil menaklukkan kota penting di Persia, seperti Isfahan, Ray dan Jabal.                                                                       ***Saat itu kekuasaan Abbasiyah masih begitu kuat. Untuk menunjukkan eksistensi Dinasti Buwaih, Ali pun beruapaya mendapatkan pengakuan dari khalifah Abbasiyah. Setelah menyetorkan upeti ke Baghdad, Dinasti Buwaih pun secara resmi diakui oleh Khalifah Al-Radhi Billah. Berbekal legalitas dari Baghdad, Bani Buwaih melebarkan sayap kekuasaannya hingga mencapai Irak, Ahwaz dan Wasith.Di tengah menguatnya kekuatan militer Bani Buwaih, pusat pemerintahan Abbasiyah justru dilanda kekisruhan. Pangkal persoalannya adalah perebutan kursi Amir Al-Umara (penguasa politik negara) antara wazir dengan petinggi militer. Pejabat militer di ibu kota Abbasiyah memohon bantuan Dinasti Buwaihi.Pada 11 Jumadilawal 334 Hijiriah/945 M, pasukan Hasan  bin Buwaihi memasuki Baghdad dan disambut oleh penduduk metropolitan dunia itu. Kehadiran pasukan tentara di bawah dinasti bermazhab Syiah itu menawarkan harapan baru bagi masyarakat di kota Baghdad yang sudah jengah dengan tekanan-tekanan dari keturunan Turki dan budak-budak yang menguasai istana.  Menurut Prof Badri Yatim  dalam Sejarah Peradaban Islam, kehadiran pasukan Buwaih itu  juga mendapat sambutan dari khalifah. Meski tak menerima gelar Amir Al-Umara  (pemimpin para pemimpin), Hasan mendapat anugerah kehormatan berupa gelar Mu'izz Al-Daulah (penegak negara). Kedua saudara kandungnya, Ali dan Ahmad dan masing-masing mendapat gelar Imad ad-Daulah (tiang negara) dan Rukn ad-daulah (penopang negara).Berdasarkan kesepakatan antara Khalifah Abbasiyah dan Ali bin Buwaihi, keturunan Buwaihi akan diakui sebagai sultan. Dinasti Buwaihi pun mengakui kedudukan khalifah. Nama-nama mereka dan khalifah akan disebutkan dalam khutbah-khutbah Jumat, dan diukir pula dalam mata uang logam. ‘’Sejatinya, para penguasa Buwaihi adalah penguasa Abbasiyah,’’ tulis Ensiklopedi Islam.Sejak saat itulah, Kekhalifahan Abbasiyah dikendalikan para amir Bani Buwaih. Khalifah tak lebih hanya sebagai simbol, tak berdaya dan tak memiliki kekuatan politik dan militer. ‘’Pada masa pemerintahan Bani Buwaihi inilah, para Khalifah Abbasiyah hanya tinggal namanya saja,’’ tutur Prof Badri Yatim. Sebab, pelaksanaan pemerintahan berada dalam genggaman amir-amir Buwaihi.Dinasti Buwaih pun memindahkan pusat kekuasaannya dari Syiraz ke Baghdad. Di kota itu mereka membangun Dar Al-Mamlakah.  Meski begitu, pusat kekuasaan Dinasti Buwaihi yang sebenarnya berada di Syiraz, tempat Ali bin Buwaihi (saudara tertua) bertahta. Berkuasanya Bani Buwaih di Baghdad ternyata mampu menyatukan kembali dinasti-dinasti kecil yang sempat menyatakan keluar dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Menurut Prof Badri Yatim, pada masa kepemimpinan amir-amir Buwaihi, sering terjadi bentrokan dan konflik antara penganut Sunni dan Syiah. Setelah 110 tahun mengendalikan kekhalifahan Abbasiyah, kekuatan politik Dinasti Buwaih pun terus meredup.Tak seperti tiga pendahulunya yang kompak dan saling melengkapi, generasi penerus Buwaih juga dilanda pertikaian. Lagi-lagi jabatan dan kekuasaan yang menjadi pangkal masalah. Kendali kekuasaan Dinasti Buwaih di Kekhalifahan Abbasiyah akhirnya diambil alih oleh Dinasti Seljuk dari Turki.

  • dinasti buwaihi
  • syiah
  • rezim
  • abbasiyah
  • dinasti islam
  • dailam
  • amir-amir

Umar bin Khattab sering terpilih menjadi wakil kabilahnya untuk melakukan perundingan-perundingan dengan suku lain karena.....

Tentukan Asal daerah dan nama tarianjawab yg benar no 10-12​

bagaimana perihal upacara kematian versi Hindu Indonesia​

Ceritakanlah bagaimana para penyebar agama islam menghargai dan menjunjung tinggi kearifan lokal di Indonesia!​

berdasarkan pengamatan kamu,sekarang kelompokan nama tarian dan asal daerah​

Buatlah 1 tulisan tentang pengaruh Islam yang ada di Kota Malang. Pengaruh Islam sendiri bisa dalam bentuk bangunan, budaya atau tradisi. sepanjang 1 … halaman di ms wordPengumpulan trakhir 25 April 2022 jam 17.00 WIB​

mengapa Umar menetapkan 1 hijria bertepatan dengan tanggal 14 september 662 M​

bagaimana upaya bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan saat dijajah Jepang​

nama lengkap Nabi Isa Alaihissalam adalah Isa binti?mohon di jawab yaa​

bagaima na suatu wilayah dikatakan sebuah kerajaan?​


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama hingga masa keruntuhan sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Penyebab mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah terjadinya kekacauan atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh bangsa Persia dan Turki.

Akibatnya propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadi dengan dua cara, pertama, seorang peminpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulat Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Marokko. Kedua, seorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh Khalifah yang kedudukannya semakin kuat, seerti daulah Aghlabiyah di Tunisiyah dan Thahiriyyah di Khurasan.Dinasti yang lahir dan memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa faktor kemunculan dinasti-dinasti kecil pada masa daulah Abbasiyah?

2.      Bagaimana sitem politik dan sistem sosial ekonominya dinasti-dinasti kecil pada masa Daulah Abbasiyah.?

C.    Tujuan Penlisan

1.      Agar dapat memahami fakto-fakto kemunculan dinasti-dinasti kecil pada masa daulah Abbasiyah.

2.      Agar dapat memahami sistem politik dan keadan sosial ekonomi dinasti-dinasti kecil pada masa Daulah Abbasiyah.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   Faktor-Faktor Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil Masa Daulah Abbasiyah

Berbagai hal yang terjadi di pusat pemerintahan bani Abbasiyah memberikan pengaruh besar terhadap daerah-daerah kekuasaan daulah ini. Karena pemerintahan khalifah yang lemah banyak muncul pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah yang ingin membentuk dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dari bani Abbasiyah.

penyebab utama mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah terjadinya kekacauan atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh bangsa Persia dan Turki.

Selain itu faktor kekuasaan politik dari Daulah Islamiyah mulai menurun dan terus menurun, terutama kekuasaan politik sentral, karena negara-negara bagian (kerajan-kerajan kecil) sudah tidak menghiraukan lagi pemerintah pusat, kecuali pengakuan secara politis saja. Kemudian  kekusaan “Militer Pusat” pun mulai berkurang daya pengaruhnya, sebab masing-masing panglima di daerah-daerah sudah berkuasa sendiri, bahkan pemerintah-pemerintah daerah pun telah membentuk tentara sendiri. Dan akhirnya putuslah ikatan-ikatan politik antara wilayah-wilayah Islam.

Akibatnya propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadi dengan dua cara, pertama, seorang peminpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulat Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Marokko. Kedua, seorang yang ditunjk menjadi gubernur oleh Khalifah yang kedudukannya semakin kuat, seerti daulah Aghlabiyah di Tunisiyah dan Thahiriyyah di Khurasan.

Ketika munculnya dinasti Tahiriyah di khurasan yang didirikan oleh Tahir bin Husain yang dahulunya merupakan gubernur yang di tunjuk  Al-Makmun yang ingin memerdekakan diri, kemudian sesudah itu muncul dinasti Safariyah di wilayah Persia dengan pusat kekuasaan di Sijistan, dan muncul dinasti Idrisiyah di Afrika Utara, sampai kepada dinasti Thulun, Ikhsidiyah, dan Hamdaniyah yang semuanya ingin memerdekakan diri dari Daulah Abbasiyah.

B.     Kebijakan Politik Dan Sistem Sosial Ekonomi Dinasti-Dinasti Kecil

Dinasti-dinasti kecil ang lahir dan memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu barat dan timur.

Adapun dinasti-dinaasti dibagian barat diantaranya adalah: Dinasti Thulun, Dinasti Iksidiyah, Dinasti Hamdaniyah, Dinasti Idrisyiah, dan Dinasti Aglabi. Sedangkan di Timur diantaranya adalah: Dinasti Tahiriyah, Dinasti Saffariyah, Dinasti Samaniyah, dan Dinasti Gazwani.

1.      Dinasti-dinasti kecil dibarat Baghdad

a.      Dinasti Thulun di Mesir (254 H-292 H/ 868 M-905 M)

·         Sistem politik

Pendiri Dinasti Thulun yang berumur pendek di Mesir dan di Suruiah adalah Ahmad ibn Thulun. Ayahnya, seorang Turki dari  Farghanah, pada 817 dipersembahkan oleh penguasa Samaniyah di  Bukhara sebagai hadiah dari Al-Ma’mun. Ibnu Thulun (868-884) membangun negara barunya itu dan membentuk sebuah organisasi militer yang ketat. Untuk mempertahankan kekuasaan, ia mngandalkan kekuatan angkatan perangnya yang berkekuatan seratus ribu tentara, dengan pasukan intinya terdiri atas para prajurit berkembangsaan Turki ditambah budak-budak negro. Untuk menegaskan kekuasaannya, ia menuntut sumpah setia pribadi dari para tentara, budak, dan seluruh rakyatnya.ketika gubernur Suriah meninggal pada 887, Ahmat menaklukan negeri tetangganya itu tanpa mendapat banyak perlawanan. Untk pertama kalinya sejak masa ptolemaik, Mesir menjadi negara berdaulat,dan untuk pertama kalinya sejak masa Fir’aun, Mesir berhasil memerintah Suriah. Demi menjaga kekuasaan atas Suriah, Ahmat membangun sebuah pangkalan angkatan laut di ‘Akka (Acre). Selama berabad-abad kemudian, Suriah tetap berada di bawah kendali penguasa lembah Nil.

·         Keadaan sosial ekonomi

Pembangunan yang rezim Thulun tidak hanya dalam bidang militer. Mereka juga sangat memperhatika  n irigasi, salah satu faktor paling penting dalam kehidupan ekonomi Mesir. Misalnya, Ahmat memperbaiki Nilometer yang terletak di pulau di pulau kecil al-raudah, dekat Kairo.

Selepas Ibn Thulun (884 H), kepemimpinan diteruskan oleh Khumarawaih (884 M), Jaisy (896 M), Harun (896 M), dan Syaiban (905 M).

b.      Dinasty Iksidiyah (323 H - 353 H/934 M – 967 M)

·         Sistem politik

Tidak lama berselang setelah tuntasnya pemberontakan pada penguasa Abbasiyah di Mesir dan di Suriah, muncul lagi dinasti Turki lain yang masih keturunan Farghanah. Yakni Iksidiyah, yang didirikan di Fushtat. Pendiri dinasti ini adalah Muhammad Ibn Thughj (935-946) yang, setelah  setelah membersihkan kekacauan di Mesir, mendapatkan anugarah gelar kebangsawanan ala Iran, Ikhsyid, dari Khalifah al-Radi pada 939. Dua tahhun kemudian, Dinati Iksidiyah, mengikuti langkah Thulun sebelumnya, memasuki wilayah Suriah-Palestina, kedalam negara semi-independen yang di pimpinnya. Tahun berikutnya Mekahdan Madinah juga dimasukan kedalam Wilayahnya.

·         Keadaan sosial ekonomi

Penguasa Iksidiyah, terutama sang pendiri dinasti, menghasbiskan uang negara dengan boros dan berlebihan demi kesenangan rang-orang terdekatnya. Diceritakan bahwa jatah harian untuk dapur Muhammad  mencakup seratu ekor domba, lima ratus unggas, seribu burung dara, dan seratus guci gula-gula.

Selama pereode kekuasannya, Dinasti Iksidiyah tidak memberikan kontribusi apapun bagi kehidupan seni dan sastra di Mesir maupun di Suriah.selain itu, tidak ada karya-karya publik yang lahir ditangan mereka.

c.       Dinasti Hamdaniyah (31 H -  399 H/929 M – 1009 M)

·         Sistem politik

Ke wilayah utara, Iksidiyah Mesir memiliki pesaing kuat yaitu Dinasti Hamdaniyah yang Syiah. Dinasti itu didirikan pertama kali di Mesopotania utara dengan mosul sebagai Ibukotanya (929-991). Nama kerajaan berasal dari nama pendirinya yaitu, Hamdan ibn Hamdun, yang berasal dari suku Arab Taghlib. Kerajaan ini terbagi menjadi dua pihak, Mosul dan Aleppo.

Pihak Mosul dengan para pemerintahannya : Abu al-Hayja Abdullah (293 H/905 M), Nashir al-Daulah al-Hasan (17 H/929 M), Uddad al-daulah Abu taghlib (358 H/ 969 M), danIbrahim dan Al-Husein (379-389 H/981-991 M). Sedangkan pihak Alleppo dengan pemerintahannya seperti : Saif al-daulah Ali (33 H/945), Sa’d al-daulah syarif I (356 H/967 M), Sa’id al-daulah sa’id (381 H/991 M), Ali II (392 H /1002 M) dan Syarif II (394 H/1004 M).

·         Keadaan sosial/kebudayaan

 Dinasti Hamdaniyah terkenal sebagai pelindung sastra Arab terutama sayf al-Dawlah. Hamdan sendiri adalahseorang penyair, mengingat pada masa-masa al-rasyid dan al-Ma’mun, pada masa itu pula lahir seorang musisi-filosof ternama, al-Farabi, ada juga seorang sejarawan sastra dan musik yang terkemuka yaitu al-Isfahani, pada masa itu pun mengenal seorang khatib istana yang fasih ibn Nubatah, dan tokoh budayawan sentral dari pereode ini adalah sang penyair negara al-Mutanabi, adapun pesaingnya dibidang puisi di Allepo adalah sepupu Sayf al-Dawlah, Abu Firas al-Hamdani.

d.      Dinasti Idrisiyah di Maroko (172 H – 375 H / 788 M – 985 M)

·         Sistem politik

Pada tahun 785 idris ibn abdullah, cicit al hasan, ikut serta dalam salah satu pembrontakan terhadap abbasiah di hijaz. Perlawanan tersebut bisa  di redam  dan dia menyelamatkan diri ke maroko (al maqrib). Disanalah dia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang mengabadikan namanya selama hampir dua abad (788- 974). Yaitu dinasti idrisiah. Idrisiah yang menjadikan fez sebagai ibukota utamanya.

·         Sistem sosial ekonomi

Kota baru itu berkembang dengan pesat, padat penduduknya dengan berbondong bondongnya para emigran muslim baik dari afrika maupun dari andalusia ke pusat pemerintahan idrisiah tersebut. fez menjadi pusat kaum syorfa atau syurafa  (bentuk jamak dari syarif . orang mulia) yakni para keturunan cucu Nabi saw, hasan dan husein  ibnu ali bin abi thalib, yang menjadi faktor penting dalam sejarah perkembangan maroko adalah dinasti syiah pertama dalam sejarah. Mereka menghimpun kekuatannya dari kalangan berber, yang meskipun termasuk kaum sunni, mereka siap mendukung perpecahan. karena terkepung diantara fatimiah mesir dan umayyah spanyol, dinasti mereka akhirnya hancur oleh serangan mematikan yang di lancarkan seorang jendral utusan khlifah al hakam 11 (961- 976) dari Cardova.

e.       Dinasti Aglabiyah (184 H – 296 H / 800 M – 908 M)

·         Sistem Politik

Nama Dinasti Aglabiyah ini diambil dari nama ayah Amir yang pertama, yaitu Ibrahim bin al-Aglab. Ia adalah seorang pejabat Khurasan dalam militer Abbasiyah. Pada tahun 800 M. Ibrahim I diangkat sebagai Gubernur (Amir) di Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.

Para penguasa Dinasti Aghlabiyah yang pernah memerintah adalah: Ibrahim (179 H/795 M), Abdullah I (197 H/812 M), Ziyaadatullah (210 H/817 M), Abu Ilqal Al-Aghlab (223 H/838 M), Muhammad I (226 H/841 M), Ahmad (242 H/856 M), Ziyaadatullah II (248 H/863 M), Abu Al-gharaniq Muhammad II (250 H/863 M), Ibrahim II (261 H/875 M), Abdullah II (289 H/902 M), Dan Ziyaadatullah III (290-296 H/903-909 M).

·         Keadaan Sosial ekonomi

Wilayah kekuasaannya meliputi Ifriqiyah, Algeria dan Sisilia. Dinasti ini didirikan oleh Ibnu Aghlab. yang para penguasanya adalah berasal dari keluarga Bani al-Aghlab, sehingga Dinasti tersebut dinamakan Aghlabiyah. Dinasti Aglabiyah mengirim upeti ke Baghdad setiap tahunnya sebesar 40.000 dinar.

Bangunan-bangunan peninggalan Dinasti Aghlabiah adalah: Masjid Agung Qayrawan, Masjid Agung Tunis,  Pembangunan karya-karya pertanian dan irigasi yang bermanfaat, khususnya di Ifriqiyah selatan yang kurang subur.

2.      Dinasti-dinasti kecil ditimur baghdad

a.      Dinasti Tahiriyah (200 H – 259 H / 820 M – 872 M)

·         Sistem Politik

Saat dinasti-dinasti kecil – sebagian besar dari arab- memecah wilayah kekuasaan di barat, proses yang sama juga tengah terjadi di timur, terutama di lakukan oleh orang turki dan persia. Dinasti yang pertama kali mendirikan negara semi-Independen disebalah timur Baghdad adalah orang yang pernah di percaya al-Mu’mun untuk menduduki jabatan jendral, yakni Thahir ibn al-Husayn dari Khurusan. Thahir merupakan seorang Budak Persia, yang pada tahun 820 diangkat olwh al-Ma’mun sebagai gubernur atas semua kawasan disebelah timur Baghdad, dengan pusat kekuaaannya di Khurasan.

·         Keadaan sosial

secara formal para penerus Thahir adalah pengikut khalifah, mereka memperluas wilayah kekuasaannya hingga perbatasan India. Mereka memindahkan pusat pemerintahan ke Naisabur, dan disitu mereka berkuasa sampai tahun 872 H, sebelum akhirnya digantikan oleh Dinasti Saffarriyah.

b.      Dinasti Saffariyah (254 H – 289 H / 867 M – 903 M)

·         Sistem politik dan keadaan sosial ekonomi

Dinasti Saffariyah, yang bermula di Sijistan dan berkuasa di Persia, didirikan oleh Yakub bin al Laits al shaffar. Al saffar menjadikan pengrajin tembaga sebagai pekerjaannya dan merampok sebagai kegemarannya. Perilakunya yang sopan dan efesien sebagai seorang kepala gerombolan perampok telah menarik perhatian gubernur sijistan, yang kelak memeberinya kepercayaan untuk memimpin balatentaranya. Al Saffar akhirnya menggantikan gubernur itu dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan hampir ke seluruh Persia dan kawasan pinggiran India, bahkan mengancam kekuasaan Baghdad yang berada di bawah pimpinan Khalifah al-Mu’tamid

c.       Dinasti Samaniyah (261 H – 389 H / 874 M – 903 M )

·         Sistem pemerintahan

Keluarga Samaniyah dari Transoxiana dan Persia adalah orang-orang keturunan saman, yaitu seorang bangsawan dari Balkh. Pendiri dinasti ini adalah Nashr bin Ahmad, cucu dari saman, tetapi figur yang menegakkan kekuasaan dinasti ini adalah saudara Nashr, yaitu Ismail yang pada tahun 900 H, berhasil merebut Khurassan dari genggaman dinasti Saffarriyah[15]. Ketika berada dibawah kepemimpinan Nashr II ( Ibn Ahmad ) yang berada di garis keturunan ke 4 Sammaniyah yang pada awalnya merupakan kelompok para gubernur muslim dibawah kekuasaan Dinasti Tahirriyah, berhasil memperluas kerajaan hingga Sijistan, Karman, Jurjan, Rayyi, dan Tabaristan.

·         Keadaan Sosial

Dimata Baghdad, Sanawiyah adalah para amlr (gubernur) atau bahkan amil, tetapi di mata rakyat, kekuasaan mereka tak terbantahkan. Pada masa ini pula, ilmuanwan muslim yang termansyur, al-razi mempersembahkan karya utamanya dalam dunia kedokteran, berjudul al-Mansyur. Pada masa ini pula, pada periode Nuh II yang mengajukan pengembangan ilmu pengetahuan, Ibn Sina muda tinggal di Bukhara dan memperoleh mengakses buku-buku. Disanalah ia memperoleh lmu-ilmu yang tak ada habisnya. Sejak masa media ekspresi sastera, dan berkat para penulis itulah sastra muslim Persia yang cenderung mulai berkembang.

d.      Dinasti Ghaznawi

·         Sistem politik dan keadaan sosial

Pendiri Dinasti Ghuznawi yang sebenarnya adalah Subuktigin (976-997), seorang budak dan menantu Alptigin. Wilayah dinsti Ghaznawi meliputi Afganistan dan Punjab (962-1186). Enam belas raja Ghaznawi yang kemudian menggantikan Subuktigin adalah keturunan langsung darinya.subuktigin memperluas daerah kekuasaanya hingga meliputi wilayah Pesyawar di India dan Khurasan di Persia, yang pertama kali ia kuasai ketika masih berada dibawah kekuasaan Samaniyah.

Kebangkitan dinasti Ghaznawi merepresentasikan kemenangan pertama orang Turki dalam perjuangan kelompok Iran untuk mencapai kekuasaan tertinggi dalam Islam. Meski demikian, kekuasaan Ghaznai tidak berbeda dengan kekuasaan Samaniyah atau Saffariyah. Ghaznawi tidak ditopang kuat oleh angkatan bersenjata.dan tatkala tangan kuat yang mencengkram pedng telah mundur, maka semuanya segera menemui kehancuran.



BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Faktor-Faktor yang mempengaruhi munculnya dinasti-dinasti kecil disebabkan berbagai hal yang terjadi di pusat pemerintahan bani Abbasiyah memberikan pengaruh besar terhadap daerah-daerah kekuasaan daulah ini. Karena pemerintahan khalifah yang lemah banyak muncul pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah yang ingin membentuk dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dari bani Abbasiyah.

penyebab utama mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah terjadinya kekacauan atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh bangsa Persia dan Turki. 

Selain itu faktor kekuasaan politik dari Daulah Islamiyah mulai menurun dan terus menurun, terutama kekuasaan politik sentral, karena negara-negara bagian (kerajan-kerajan kecil) sudah tidak menghiraukan lagi pemerintah pusat, kecuali pengakuan secara politis saja. Kemudian  kekusaan “Militer Pusat” pun mulai berkurang daya pengaruhnya, sebab masing-masing panglima di daerah-daerah sudah berkuasa sendiri, bahkan pemerintah-pemerintah daerah pun telah membentuk tentara sendiri. Dan akhirnya putuslah ikatan-ikatan politik antara wilayah-wilayah Islam.

Dinasti-dinasti kecil ang lahir dan memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu barat dan timur. Adapun dinasti-dinaasti dibagian barat diantaranya adalah: Dinasti Thulun, Dinasti Iksidiyah, Dinasti Hamdaniyah, Dinasti Idrisyiah, dan Dinasti Aglabi. Sedangkan di Timur diantaranya adalah: Dinasti Tahiriyah, Dinasti Saffariyah, Dinasti Samaniyah, dan Dinasti Gazwani.

B.     Kritik dan Saran

Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar menjadi masukan dan perbaikan bagi penulis sehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.



Daftar Pustaka

Hasjmy, A. 1995. “Sejarah Kebudayaan Islam”. Jakarta: Bulan Bintang.

Nizar, Samsul. 2008. “Sejarah Pendidikan Islam”. Jakarta: Kencana.

K, Hitti, Philip. 2002. “History Of The Arabs”. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Hamka. 2002. “Sejarah Umat Islam”. Singapore:Pustaka Nasional Pte Ltd.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA