Siklus hidup Fasciola hepatica yang terjadi setelah mirasidium masuk ke tubuh siput air tawar adalah

Daur Hidup Fasciola Hepatica – Cacing hati secara klasifikasi tergolong ke dalam klasifikasi animalia, dengan filum Platyhelminthes, kelas Trematoda, subkelas Digenea, Ordo Echinostomida dan merupakan famili Fasciolidae. Untuk lebih lengkapnya lagi simaklah pembahasan kami mengenai Materi Daur Hidup Fasciola Hepatica di bawah ini.

Siklus hidup Fasciola hepatica yang terjadi setelah mirasidium masuk ke tubuh siput air tawar adalah

Daur Hidup Fasciola Hepatica

Cacing hati secara klasifikasi tergolong ke dalam klasifikasi animalia, dengan filum Platyhelminthes, kelas Trematoda, subkelas Digenea, Ordo Echinostomida dan merupakan famili Fasciolidae. Dalam mekanisme daur hidup cacing hati, tidak akan terlepas dari morfologi tiap fase dari cacing hati itu sendiri. Hal ini untuk memudahkan dalam memahami alur sekaligus morfologi tiap fasenya. Secara umum alur siklus hidup dari cacing hati ini yaitu Telur – Larva – Serkaria – Metaserkaria – Cacing dewasa. Adapun daur hidup cacing hati seperti berikut :

Siklus hidup Fasciola hepatica yang terjadi setelah mirasidium masuk ke tubuh siput air tawar adalah

1. Telur

Telur Cacing Hati serupa dengan filum Platyhelminthes lainnya, perkembangbiakan cacing hati juga bersifat hermaprodit. Hermaprodit ini merupakan kemampuan untuk bisa melakukan pembuahan sendiri. Dalam sekali pembuahan, cacing hati bisa menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak, yakni  lebih kurang 100.000 butir telur. Biasanya caing hati bertelur pada organ hati dan atau empedu dari inangnya.

Telur-telur yang dihasilkan dari proses pembuahan cacing hati kemudian akan disalurkan ke empedu untuk bisa melewati bagian usus besar dan anus sehingga bercampur dengan feses atau kotoran sapi. Pada tahap selanjutnya, sesaat ketika sudah keluar dari pencernaan inangnya (kondisi feses masih basah), telur-telur cacing hati ini kemudian siap menetas dan menjadi larva. Periode waktu yang dibutuhkan mulai fase infeksi hingga menetasnya telur yaitu selama 8 – 12 minggu dengan syarat selama kondisi lingkungan sekitar masih lembab.

2. Larva (Mirasidium)

Larva Mirasidium Telur  menetas  menjadi  larva  dengan rambut  getar (Cilia) di seluruh permukaan  tubuhnya  yang  disebut  mirasidium. Mirasidium yang baru menetas di feses kemudian akan terbawa hujan melalui siklus air hingga sampai aliran air. Mirasidium akan mencari inang yang baru, sasaran utamanya yaitu seperti para moluska terutama siput air tawar bercangkang seperti Lymnaea spp.

Larva mirasidium memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dengan cara paedogenesis di dalam tubuh siput,  sehingga  terbentuk  larva yang  banyak. Setelah berada dalam tubuh siput, mirasidium akan berubah menjadi sporosis.

Kemudian sporosis melakukan paedogenesis menjadi beberapa redia, kemudian redia melakukan paedogenesis menjadi serkaria. Lama yang dibutuhkan fase larva atau mirasidium ini yaitu selama 10 – 12 hari. Pada inang alternatif Lymnaea spp., larva tidak bersifat parasit hanya sekedar menumpang tempat untuk melanjutkan fase selanjutnya. Hal ini juga disebabkan Lymnaea spp. memiliki resistensi tersendiri dari infeksi cacing hati itu sendiri.

3. Serkaria

Dari ke-3 bentuk mirasidium ini yakni sporosis, redia dan serkaria, yang meneruskan daur hidup F. hepatica ialah serkaria. Struktur dari serkaria ini memiliki sistem gerak fase cacing hati ini mempunyai semacam ekor mirip seperti kecebong pada kodok, yang digunakan untuk bergerak dan berpindah.

Serkaria ini kemudian akan keluar dari tubuh siput Lymnaea spp. Lalu melanjutkan pergerakan dengan menggunakan ekornya menuju rerumputan, tumbuhaningkungan yang lembab dan basah di situlah serkaria tinggal. Kemudian membentuk fase metaserkaria di mana ekor yang sebelumnya ada pada serkaria hilang. Lama periode yang dibutuhkan serkaria yakni selama 5 – 7 minggu pada kondisi yang lembab atau basah.

4. Metaserkaria

Metaserkaria adalah bentuk perubahan dari serkaria setelah menemukan inang alternatif seperti rerumputan, tumbuhan air dan tumbuhan di sekitar perairan yang lembab dan basah. Bentuk metaserkaria ialah bentuk infeksi sejati dari cacing hati. Setelah menempel, metaserkaria akan membungkus diri dan menjadi kista yang bisa bertahan lama pada rumput, tanaman padi, atau tumbuhan air.

Penampang dari kista ini terseliputi oleh sejenis membran yang kuat sehingga membuatnya bisa bertahan, fase kista ini juga dapat disebut sebagai fase dorman dari daur hidup cacing hati. Semua mamalia yang memakan rerumputan tersebut akan terinfeksi cacing ini, termasuk sapi, kambing, bahkan juga manusia. Infeksi yang disebut fascioliasis ini bisa terjadi bilamana rerumputan tersebut tidak diolah dan dibersihkan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

5. Cacing Hati Dewasa

Ketika metaserkaria ini masuk ke dalam sistem pencernaan melalui konsumsi tumbuhan atau rerumputan yang sebelumnya telah menempel kista. Kemudian metaserkaria keluar dari kista dan berubah menjadi cacing hati dewasa. Cacing dewasa ini kemudian akan menembus dinding pada usus halus menuju rongga perut, dan mengincar hati sebagai tempat barunya. Cacing hati memiliki ukuran tubuh yang cukup besar yaitu panjang antara 2.5 – 3 cm dan lebar antara 1 – 1.5 cm. Cacing F. hepatica berlaku sebagai parasit pada hati hewan, terutama hewan memamah biak.

Tubuh cacing hati dilapisi oleh lapisan kutikula yang fungsinya untuk menjaganya agar tidak rusak saat masuk ke pencernaan inangnya. Selain itu, cacing ini juga memiliki mulut yang berfungsi sebagai alat hisap nutrisi pada hati inangnya. Nutrisi tersebut digunakan cacing hati untuk bisa bertahan hidup. Cacing dewasa akan bereproduksi menghasilkan telur-telur baru yang akan menjadi agen dalam melanjutkan daur hidup dari F. hepatica.

Cara Berkembang Fasciola Hepatica

Cacing hati ini berkembangbiak secara seksual dengan pembuahan silang atau pembuahan sendiri. Fasciola hepatica memiliki siklus hidup mulai dari dalam tubuh inangnya, pada saat keluar dari tubuh inang, kemudian masuk kembali sebagai parasit di tubuh inang yang baru. Di dalam tubuh inangnya, cacing dewasa memproduksi sperma dan ovum kemudian melakukan pembuahan. Telur yang sudah dibuahi kemudian keluar dari tubuh inang bersama feses (kotoran).

Ketika jatuh di tempat yang sesuai, telur ini akan menetas dan menjadi mirasidium. Mirasidium kemudian berenang di perairan sekitar 8-20 jam. Jika menemukan siput air (Lymnaea javanica), mirasidium akan masuk ke tubuh siput tersebut, tetapi bila tidak bertemu siput air mirasidum kemungkinan akan mati. Di dalam tubuh siput, mirasidium kemudian tumbuh menjadi sporoskista. Sporokista kemudian berpartenogenesis menjadi redia dan kemudian akan menjadi serkaria.

Kemudian berenang beberapa lama sehingga melepaskan ekornya di rumput dan tumbuhan air untuk selanjutnya menjadi metaserkaria. Metaserkaria kemudian membungkus diri dengan kista (cyste) sehingga mampu bertahan pada rumput atau tumbuhan lain, menunggu termakan oleh hewan. Ketika kista ikut termakan bersama tumbuhan, kista akan menembus dinding usus lalu masuk ke hati, kemudian berkembang hingga dewasa dan bertelur kembali mengulang siklus dari awal hingga akhir.

Demikianlah pembahasan kami mengenai Materi daur hidup fasciola hepatica – penjelasan, skema, cara berkembang. Semoga bermanfaat.

Artikel lainnya :

  • Daur Hidup Lalat – Siklus, Fase, Tahapan, Cara Berkembang, & Gambar
  • Daur Hidup Semut – Siklus, Fase, Urutan, Cara Berkembang, dan Gambar
  • Daur Hidup Capung – Siklus, Fase, Urutan, Cara Berkembang, & Gambar

TREMATODA - CACING HISAP

  • Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap.
  • Alat pengisap terdapat pada mulut di bagian anterior (sisi depan)
Siklus hidup Fasciola hepatica yang terjadi setelah mirasidium masuk ke tubuh siput air tawar adalah

  • Alat hisap (Sucker) ini untuk menempel pada tubuh inangnya 
  • Inang pokoknya berupa ternak misalnya sapi , kambing , kerbau dll
  • Inang pokok lainnya adalah manusia jika hati ternak yang terinfeksi cacing ini kita makan karena dimasak setengah matang 
  • Maka kita akan kena Fasciolasis ( terinfeksi cacing hati)
  • Pada saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa cairan tubuh inangnya atau jaringan tubuhnya
  • Trematoda kebanyakan merupakan hewan parasit karena berada pada tubuh mahkluk hidup , merugikan karena mengambil bahan organik yang tersedia di inangnya
  • Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata .Ternak , Ikan , Manusia
  • Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula
  • Permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.Contoh Trematoda adalah cacing hati Fasciola hepatica di ternak , Chlonorsis sinensis di Ikan
Fasciola hepatica
  • Cacing hati ini memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan sedikitnya dua jenis inang,
  • Dua inang itu yaitu inang utama berupa ternak / ikan dan manusia dan inang sebagai perantara siput air Lymnea truncatula .
Daur hidup Cacing hati terdiri dari
  1. Fase seksual : di inang utama (saat cacing hati dewasa)
  2. Fase aseksual : di inang perantara ( tubuh siput) dengan
  • Cacing hati mempunyai karakter yang aneh masih larva mampu membuat keturunan dengan cara fragmentasi saat masih larva atau sering dikenal dengan istilah Paedogenesis
  • Larvanya berubah 5 kali , 3 kali perubahan dan terjadi Paedogenesis di tubuh siput Lymnea yaitu berupa larva Sporosis - Redia dan Cercaria


. Urutan cyclusnya agar mudah sbb


Cyclusnya : T-M-S-R - C- MC ( Tumisir Calon MC )


  • Telur - Mirasidium - Sporosis - Redia - Cercaria - MetaCercaria
  • Metacercaria berekor berenang ke tanaman sekitar air - dimakan Inang utama (ternak) - masuk jadi Cacing Dewasa .Kena pada manusia karena manusia memakan hati ternak yang terdapat cacing hatinya dewasa yang belum mati ( karena hati dikonsumsi masih belum matang) 

CYCLUS HIDUP - ( Fasciola hepatica )
  • Di tubuh inang utama ternak , ikan , manusia Cacing dewasa hidup di hati bertelur di usus - ikut faeces
  • buang air besar sembarangan di lingkungan
  • telur bersama faeces terbuang ke air
  • telur menetas jadi larva dengan cilia (rambut getar ) diseluruh permukaan tubuhnya membentuk larva Mirasidium yang kemudian berenang mencari siput Lymnea Mirasidium akan mati bila tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea truncatula)
  • Mirasidium setelah berada di siput berubah menjadi Sporosis (menetap dalam tubuh siput selama 2 minggu).
  • Larva larva itu punya kemampuan reproduksi secara asexual dengan cara Paedogenesis didalam tubuh siput sehinga terbentuk banyak larva ,
  • larva sporosis melakukan paedogenesis menjadi beberapa redia
  • larva Redia melakukan paedogenesis menjadi Serkaria
  • Larva serkaria kemudian berekor menjadi metacercaria dan segera keluar dari siput berenang mencari tanaman yang ada di pinggir perairan misalnya rumput . Metaserkaria membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya

Apabila rumput tersebut termakan oleh domba, maka kista dapat menembus dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.

Daur hidup Chlonorchis sinensis

  • Daur hidup Chlonorchis sinensis sama seperti Fasciola hepatica,
  • TuMiSiR Calon MC ( Telur - Mirasidium - Sporosis - Redia - Cercaria - MetaCercaria ) hanya saja metaserkaria pada cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar yang berperan sebagai inang sementara
  • Struktur tubuh Chlonorchis sinensis sama seperti tubuh pada Fasciola hepatica hanya berbeda pada cabang usus lateral yang tidak beranting.
Daur hidup Schistosoma japonicum.

  • Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia
  • kemudian menuju ke poros usus (rektum) dan ke kantong air seni (vesica urinaria),
  • lalu telur keluar bersamatinja dan urine.
  • Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput.
  • Kemudian dalam tubuh siput akan berkembang menjadi larva sporosis - redia dan serkaria
  • serkaria menjadi metacercaria yang ekornya bercabang.
  • meta serkaria dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis (banyak terdapat di Afrika dan Asia). Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung,
    limpa, kantong urine dan ginjal.
Beberapa jenis cacing hati yang dapat menginfeksi manusia antara lainsebagai berikut :
  1. Opisthorchis sinensis ( Cacing hati cina ) cacing dewasa hidup pada organ hati manusia.Inang perantaranya adalah siput air dan ikan.
  2. Schistosoma japonicum Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah padasaluran pencernaan manusia.
  3. Oncomelania hupensis.Cacing ini menyebabkan penyakit skistosomiasis dengan ciri demam, anemia, disentri,berat badan turun, dan pembengkakan hati.
  4. Paragonimus westermaniCacing ini hidup dalam paru-paru manusia.Inang perantaranya adalah udang air tawar.


Page 2