Sudut pandang apa yang digunakan oleh penulis dalam menyampaikan cerita Hikayat si Miskin

Semua orang pasti tahu tentang karya sastra; paling tidak pernah membaca salah satu dari beribu-ribu karya yang diciptakan dari jari-jemari satrawan. Sudah menjadi hal yang lumrah, suatu sastra yang bersifat cerita memiliki setidaknya 6 unsur intrinsik, di antaranya adalah: latar, tema, alur, sudut pandang, penokohan, amanat. Dalam uraian dibawah, penulis akan membandingkan unsur intrinsik kedua karya sastra; Hikayat Si Miskin dan Cerpen Wanita dan Semut-Semut di Kepalanya.

Latar

Hikayat merupakan sebuah cerita yang dibuat di zaman lawas, pada zaman kerajaan dahulu. Sehingga wajar saja jika hikayat memiliki latar istana sentris. Hikayat Si Miskin tidaklah berbeda dengan hikayat pada umumnya. Pada hikayat ini mengadopsi latar istana sentris pula. Berkebalikan dengan hikayat tersebut, cerpen ini menggunakan latar tempat masyarakan perekonomian menengah kebawah. Di lingkungan rumah padat ibu kota. Keduanya memiliki persamaan pada latar suasana yaitu, cenderung gelap. Sedih.

Tema

Kehidupan nampaknya selalu suram dan menyedihkan dalam dongeng-dongeng. Tak berbeda halnya dengan cerpen dan hikayat ini. Tema yang diangkat adalah adalah betapa suram dan pedihnya permasalahan yang ditimpakan pada kedua tokoh hikayat dan cerpen. Namun tema hikayat dan cerpen ini seperti koin yang mempunyai dua sisi, satu namun berbeda. Dalam Hikayat Si Miskin dijelaskan bahwa ada seorang raja dan istrinya yang ditimpa kutukan dan jatuh miskin. Sedangkan, dalam cerita pendek musibah yang dialami oleh tokoh utama terjadi di dalam dirinya. Persoalan batin; tokoh utama ditinggal oleh suaminya karena dirinya.

Alur

Dalam menulis sebuah karya, bisa digunakan beberapa alur: maju, mundur, maju-mundur. Penulis hikayat dan cerpen yang sedang dibahas menggunakan alur yang berbeda. Hikayat dengan alur maju-mundur. Cerpen dengan alur maju. Semua kejadian pada cerpen Wanita dan Semut-Semut di Kepalanya diceritakan secara runtut berdasarkan kronologis. Sedangkan pada Hikayat Si Miskin menceritakan kejadian secara tidak runtut, lompat-lompat. Pemilihan alur maju-mundur pada hikayat dirasa tepat dan menjadikannya sebagai sebuah nilai tambah, karena dapat memacu jalan pikir sang pembaca dan memberikan nilai estetika yang lebih.

Sudut Pandang

Orang pertama, Orang . Ya, yang telah disebutkan adalah macam-macam sudut pandang. Pada titik ini kedua hikayat dan cerpen dapat bertemu. Penulis menggunakan jenis sudut pandang yang sama, sudut pandang orang ketiga serba tahu. Pada kedua karya sastra ini dapat dibuktikan secara mudah bahwa keduanya menggunakan sudut pandang yang sama. Penulis seakan-akan seperti tuhan. Tahu segalanya dan apa yang akan terjadi berikutnya.

Penokohan

Penyampaian penokohan pada cerpen terlihat dengan jelas melalui penggambaran dialog antar tokoh, dan yang utama adalah lingkungan hidup tokoh dan perilaku tokoh, seperti yang terdapat pada kutipan “Ia berangkat sebelum matahari terbit dan pulang sebelum senja; bekerja sebagai pustakawati di universitas swasta.


Sudut pandang apa yang digunakan oleh penulis dalam menyampaikan cerita Hikayat si Miskin

Lihat Puisi Selengkapnya


Page 2

Semua orang pasti tahu tentang karya sastra; paling tidak pernah membaca salah satu dari beribu-ribu karya yang diciptakan dari jari-jemari satrawan. Sudah menjadi hal yang lumrah, suatu sastra yang bersifat cerita memiliki setidaknya 6 unsur intrinsik, di antaranya adalah: latar, tema, alur, sudut pandang, penokohan, amanat. Dalam uraian dibawah, penulis akan membandingkan unsur intrinsik kedua karya sastra; Hikayat Si Miskin dan Cerpen Wanita dan Semut-Semut di Kepalanya.

Latar

Hikayat merupakan sebuah cerita yang dibuat di zaman lawas, pada zaman kerajaan dahulu. Sehingga wajar saja jika hikayat memiliki latar istana sentris. Hikayat Si Miskin tidaklah berbeda dengan hikayat pada umumnya. Pada hikayat ini mengadopsi latar istana sentris pula. Berkebalikan dengan hikayat tersebut, cerpen ini menggunakan latar tempat masyarakan perekonomian menengah kebawah. Di lingkungan rumah padat ibu kota. Keduanya memiliki persamaan pada latar suasana yaitu, cenderung gelap. Sedih.

Tema

Kehidupan nampaknya selalu suram dan menyedihkan dalam dongeng-dongeng. Tak berbeda halnya dengan cerpen dan hikayat ini. Tema yang diangkat adalah adalah betapa suram dan pedihnya permasalahan yang ditimpakan pada kedua tokoh hikayat dan cerpen. Namun tema hikayat dan cerpen ini seperti koin yang mempunyai dua sisi, satu namun berbeda. Dalam Hikayat Si Miskin dijelaskan bahwa ada seorang raja dan istrinya yang ditimpa kutukan dan jatuh miskin. Sedangkan, dalam cerita pendek musibah yang dialami oleh tokoh utama terjadi di dalam dirinya. Persoalan batin; tokoh utama ditinggal oleh suaminya karena dirinya.

Alur

Dalam menulis sebuah karya, bisa digunakan beberapa alur: maju, mundur, maju-mundur. Penulis hikayat dan cerpen yang sedang dibahas menggunakan alur yang berbeda. Hikayat dengan alur maju-mundur. Cerpen dengan alur maju. Semua kejadian pada cerpen Wanita dan Semut-Semut di Kepalanya diceritakan secara runtut berdasarkan kronologis. Sedangkan pada Hikayat Si Miskin menceritakan kejadian secara tidak runtut, lompat-lompat. Pemilihan alur maju-mundur pada hikayat dirasa tepat dan menjadikannya sebagai sebuah nilai tambah, karena dapat memacu jalan pikir sang pembaca dan memberikan nilai estetika yang lebih.

Sudut Pandang

Orang pertama, Orang . Ya, yang telah disebutkan adalah macam-macam sudut pandang. Pada titik ini kedua hikayat dan cerpen dapat bertemu. Penulis menggunakan jenis sudut pandang yang sama, sudut pandang orang ketiga serba tahu. Pada kedua karya sastra ini dapat dibuktikan secara mudah bahwa keduanya menggunakan sudut pandang yang sama. Penulis seakan-akan seperti tuhan. Tahu segalanya dan apa yang akan terjadi berikutnya.

Penokohan

Penyampaian penokohan pada cerpen terlihat dengan jelas melalui penggambaran dialog antar tokoh, dan yang utama adalah lingkungan hidup tokoh dan perilaku tokoh, seperti yang terdapat pada kutipan “Ia berangkat sebelum matahari terbit dan pulang sebelum senja; bekerja sebagai pustakawati di universitas swasta.


Sudut pandang apa yang digunakan oleh penulis dalam menyampaikan cerita Hikayat si Miskin

Lihat Puisi Selengkapnya


Page 3

Semua orang pasti tahu tentang karya sastra; paling tidak pernah membaca salah satu dari beribu-ribu karya yang diciptakan dari jari-jemari satrawan. Sudah menjadi hal yang lumrah, suatu sastra yang bersifat cerita memiliki setidaknya 6 unsur intrinsik, di antaranya adalah: latar, tema, alur, sudut pandang, penokohan, amanat. Dalam uraian dibawah, penulis akan membandingkan unsur intrinsik kedua karya sastra; Hikayat Si Miskin dan Cerpen Wanita dan Semut-Semut di Kepalanya.

Latar

Hikayat merupakan sebuah cerita yang dibuat di zaman lawas, pada zaman kerajaan dahulu. Sehingga wajar saja jika hikayat memiliki latar istana sentris. Hikayat Si Miskin tidaklah berbeda dengan hikayat pada umumnya. Pada hikayat ini mengadopsi latar istana sentris pula. Berkebalikan dengan hikayat tersebut, cerpen ini menggunakan latar tempat masyarakan perekonomian menengah kebawah. Di lingkungan rumah padat ibu kota. Keduanya memiliki persamaan pada latar suasana yaitu, cenderung gelap. Sedih.

Tema

Kehidupan nampaknya selalu suram dan menyedihkan dalam dongeng-dongeng. Tak berbeda halnya dengan cerpen dan hikayat ini. Tema yang diangkat adalah adalah betapa suram dan pedihnya permasalahan yang ditimpakan pada kedua tokoh hikayat dan cerpen. Namun tema hikayat dan cerpen ini seperti koin yang mempunyai dua sisi, satu namun berbeda. Dalam Hikayat Si Miskin dijelaskan bahwa ada seorang raja dan istrinya yang ditimpa kutukan dan jatuh miskin. Sedangkan, dalam cerita pendek musibah yang dialami oleh tokoh utama terjadi di dalam dirinya. Persoalan batin; tokoh utama ditinggal oleh suaminya karena dirinya.

Alur

Dalam menulis sebuah karya, bisa digunakan beberapa alur: maju, mundur, maju-mundur. Penulis hikayat dan cerpen yang sedang dibahas menggunakan alur yang berbeda. Hikayat dengan alur maju-mundur. Cerpen dengan alur maju. Semua kejadian pada cerpen Wanita dan Semut-Semut di Kepalanya diceritakan secara runtut berdasarkan kronologis. Sedangkan pada Hikayat Si Miskin menceritakan kejadian secara tidak runtut, lompat-lompat. Pemilihan alur maju-mundur pada hikayat dirasa tepat dan menjadikannya sebagai sebuah nilai tambah, karena dapat memacu jalan pikir sang pembaca dan memberikan nilai estetika yang lebih.

Sudut Pandang

Orang pertama, Orang . Ya, yang telah disebutkan adalah macam-macam sudut pandang. Pada titik ini kedua hikayat dan cerpen dapat bertemu. Penulis menggunakan jenis sudut pandang yang sama, sudut pandang orang ketiga serba tahu. Pada kedua karya sastra ini dapat dibuktikan secara mudah bahwa keduanya menggunakan sudut pandang yang sama. Penulis seakan-akan seperti tuhan. Tahu segalanya dan apa yang akan terjadi berikutnya.

Penokohan

Penyampaian penokohan pada cerpen terlihat dengan jelas melalui penggambaran dialog antar tokoh, dan yang utama adalah lingkungan hidup tokoh dan perilaku tokoh, seperti yang terdapat pada kutipan “Ia berangkat sebelum matahari terbit dan pulang sebelum senja; bekerja sebagai pustakawati di universitas swasta.


Sudut pandang apa yang digunakan oleh penulis dalam menyampaikan cerita Hikayat si Miskin

Lihat Puisi Selengkapnya