Tangga nada yang digunakan dalam gambang kromong adalah tangga nada pentatonik Cina yang disebut

Gambang kromong (atau ditulis gambang keromong) adalah sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan, dan kongahyan [1]. Sebutan gambang kromong diambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong tidak lepas dari seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat Belanda (kapitan Cina) bernama Nie Hoe Kong (masa jabatan 1736-1740)[2].
Bilahan gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu suangking, huru batu, manggarawan atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul. Kromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah 10 buah (sepuluh pencon). Tangga nada yang digunakan dalam gambang kromong adalah tangga nada pentatonik Cina[1], yang sering disebut salendro Cina atau salendro mandalungan. Instrumen pada gambang kromong terdiri atas gambang, kromong, gong, gendang, suling, kecrek, dan sukong, tehyan, atau kongahyan sebagai pembawa melodi.
Orkes gambang kromong merupakan perpaduan yang serasi antara unsur-unsur pribumi dengan unsur Tionghoa. Secara fisik unsur Tionghoa tampak pada alat-alat musik gesek yaitu sukong, tehyan, dan kongahyan. Perpaduan kedua unsur kebudayaan tersebut tampak pula pada perbendaharaan lagu-lagunya. Di samping lagu-lagu yang menunjukkan sifat pribumi, seperti lagu-lagu Dalem (Klasik) berjudul: Centeh Manis Berdiri, Mas Nona, Gula Ganting, Semar Gunem, Gula Ganting, Tanjung Burung, Kula Nun Salah, dan Mawar Tumpah dan sebagainya, dan lagu-lagu Sayur (Pop) berjudul: Jali-jali, Stambul, Centeh Manis, Surilang, Persi, Balo-balo, Akang Haji, Renggong Buyut, Jepret Payung, Kramat Karem, Onde-onde, Gelatik Ngunguk, Lenggang Kangkung, Sirih Kuning dan sebagainya, terdapat pula lagu-lagu yang jelas bercorak Tionghoa, baik nama lagu, alur melodi maupun liriknya, seperti Kong Ji Liok, Sip Pat Mo, Poa Si Li Tan, Peh Pan Tau, Cit No Sha, Ma Cun Tay, Cu Te Pan, Cay Cu Teng, Cay Cu Siu, Lo Fuk Cen, dan sebagainya.
Lagu-lagu yang dibawakan pada musik gambang kromong adalah lagu-lagu yang isinya bersifat humor, penuh gembira, dan kadangkala bersifat ejekan atau sindiran[1]. Pembawaan lagunya dinyanyikan secara bergilir antara laki-laki dan perempuan sebagai lawannya[1].
Gambang kromong merupakan musik Betawi yang paling merata penyebarannya di wilayah budaya Betawi, baik di wilayah DKI Jakarta sendiri maupun di daerah sekitarnya (Jabotabek). Jika terdapat lebih banyak penduduk peranakan Tionghoa dalam masyarakat Betawi setempat, terdapat lebih banyak pula grup-grup orkes gambang kromong. Di Jakarta Utara dan Jakarta Barat, misalnya, terdapat lebih banyak jumlah grup gambang kromong dibandingkan dengan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur[3].
Dewasa ini juga terdapat istilah "gambang kromong kombinasi"[4]. Gambang kromong kombinasi adalah orkes gambang kromong yang alat-alatnya ditambah atau dikombinasikan dengan alat-alat musik Barat modern seperti gitar melodis, bas, gitar, organ, saksofon, drum dan sebagainya, yang mengakibatkan terjadinya perubahan dari laras pentatonik menjadi diatonik tanpa terasa mengganggu[5]. Hal tersebut tidak mengurangi kekhasan suara gambang kromong sendiri, dan lagu-lagu yang dimainkan berlangsung secara wajar dan tidak dipaksakan[5].

Sejarah Musik di Cina

Musik China dimulai pada awal peradaban Cina dengan dokumen dan artefak memberikan bukti budaya musik yang berkembang dengan baik sejak Dinasti Zhou (1122 SM – 256 SM). Saat ini, musik terus warisan tradisional yang kaya dalam satu aspek, sementara muncul ke bentuk yang lebih kontemporer pada waktu yang sama. LegendaPendiri legendaris musik dalam mitologi Cina adalah Ling Lun, yang membuat pipa bambu disetel ke suara burung. Dinasti Era (1122 SM – 1911)Menurut Mencius, seorang penguasa yang kuat sekali bertanya kepadanya apakah itu moral jika ia lebih suka musik populer ke klasik. Jawabannya adalah bahwa hanya penting bahwa penguasa cinta rakyatnya. Imperial Musik Biro, pertama kali didirikan pada Dinasti Qin (221-07 SM), sangat diperluas di bawah Kaisar Han Wu Di (140-87 SM) dan dibebankan dengan pengawasan pengadilan musik dan musik militer dan menentukan musik apa yang rakyat akan resmi diakui. Pada dinasti selanjutnya, perkembangan musik Cina sangat dipengaruhi oleh musik asing, terutama Asia Tengah. Musik tertua yang tertulis diketahui adalah Youlan atau Anggrek Solitary, dihubungkan dengan Konfusius (lihat artikel guqin untuk sampel tablature). The berbunga baik didokumentasikan besar pertama musik Cina untuk qin selama Dinasti Tang, meskipun qin diketahui telah dimainkan sejak sebelum Dinasti Han. Di Cina kuno posisi musisi jauh lebih rendah dibandingkan dengan pelukis, meskipun musik dipandang sebagai pusat harmoni dan umur panjang negara. Hampir setiap kaisar mengambil lagu-lagu rakyat serius, mengirim petugas untuk mengumpulkan lagu untuk memeriksa akan populer. Salah satu Klasik Confucianist, Shi Jing (The Classic Puisi), berisi banyak lagu-lagu rakyat yang berasal dari 800 SM hingga sekitar 400 SM. Orang Eropa pertama yang mencapai Cina dengan alat musik adalah imam Jesuit Matteo Ricci yang mempresentasikan harpsichord ke pengadilan Lee kekaisaran tahun 1601, dan dilatih empat kasim untuk memainkannya. [1]

Tari NagaTarian naga yang terkenal dengan musik juga merupakan tradisi diingat. Hal ini terlihat pada Tahun Baru Cina di seluruh dunia oleh jutaan. Hal ini tidak diketahui kapan tradisi dimulai, namun diyakini ribuan tahun yang lalu, sebagai hiburan dari mantan kaisar, keluarga kerajaan dan bangsawan.

Budaya Baru Gerakan 1910-an dan 1920-an menimbulkan banyak bunga abadi dalam musik Barat. Sejumlah musisi Cina kembali dari belajar di luar negeri untuk melakukan musik klasik Barat, menyusun hits bekerja pada sistem notasi musik Barat. Kuomintang mencoba untuk mensponsori adopsi musik modern melalui Shanghai Konservatorium Musik meski krisis politik yang sedang berlangsung. filsuf budaya Twentieth-abad seperti Xiao Youmei, Cai Yuanpei, Feng Zikai dan Wang Guangqi ingin melihat musik Cina diadopsi dengan standar terbaik. Ada banyak yang berbeda pendapat mengenai standar terbaik. [1] orkestra Symphony terbentuk di kebanyakan kota besar dan dilakukan untuk khalayak luas di gedung konser, dan di radio. Banyak penyanyi jazz ditambahkan pengaruh musik tradisional, menambahkan xylophone, saksofon dan biola, di antara instrumen lainnya. Lu Wencheng, Li Jinhui, Zhou Xuan, Qui Hechou, Yin Zizhong dan Dia Dasha termasuk di antara pemain paling populer dan komposer selama periode ini. Setelah 1942 Yan’an Forum Sastra dan Seni, kampanye besar-besaran diluncurkan di daerah-daerah dikuasai Komunis untuk beradaptasi musik rakyat untuk menciptakan lagu-lagu revolusioner untuk mendidik penduduk pedesaan sebagian besar buta huruf pada tujuan partai. Musik dianggap bentuk takhayul atau anti-revolusioner ditekan, dan harmoni dan garis-garis bass ditambahkan lagu-lagu tradisional. Salah satu contohnya adalah Timur Is Red, sebuah folksong dari Shaanxi utara yang telah diadaptasi menjadi sebuah himne nasionalis. Dari catatan khusus adalah komposer, Xian Xinghai, yang aktif selama periode ini, dan menyusun Cantata Sungai Kuning yang paling terkenal dari semua karya-karyanya. Republik Rakyat Cina era (1949-1990)Zaman keemasan shidaiqu dan Tujuh bintang bernyanyi besar akan berakhir ketika Partai Komunis Cina mengecam musik populer sebagai musik kuning (pornografi). [2] Maois musik pop dianggap sebagai penurunan ke bentuk seni di Cina daratan. Pada tahun 1949 Kuomintang dipindahkan ke Taiwan, dan Republik Rakyat Cina didirikan. lagu Revolusioner akan menjadi sangat dipromosikan oleh negara. Para Maois, selama Revolusi Kebudayaan, mendorong musik revolusioner sebagai genre hanya dapat diterima, karena propaganda, genre ini sebagian besar dibayangi semua orang lain dan datang hampir untuk mendefinisikan musik Cina daratan. Ini masih, dalam beberapa hal, proses yang terus berjalan, tetapi beberapa sarjana dan musisi (Cina dan dinyatakan) mencoba untuk menghidupkan kembali musik lama. Musik pop di Cina daratan dihidupkan kembali setelah reformasi pemasaran oleh Deng Xiao Ping. Hari ini, keragaman musik China memiliki kombinasi pop dan musik klasik. Sama seperti di negara-negara paling modern, Cina memiliki produksi yang cepat dari berbagai jenis musik baru, sementara musik tua juga tetap hidup.

Setelah Demonstrasi Tiananmen 1989, tempo cepat baru Northwest Angin (xibeifeng,

西北 ) gaya diluncurkan oleh rakyat untuk melawan pemerintah. Musik akan kemajuan menjadi batu Cina, yang tetap populer di tahun 1990. Namun, musik di China sangat banyak milik negara sebagai TV, media, dan ruang konser utama yang semuanya dikontrol oleh partai Komunis. Pemerintah terutama memilih untuk tidak mendukung rock Cina dengan membatasi eksposur dan airtime. Sebagai hasilnya, genre tidak pernah mencapai arus utama secara keseluruhan.


Musik merupakan sebuah anugrah dan karunia nyata dari Allah SWT yang diperbudidayakan oleh umat-Nya sebagai suatu kesenian yang bisa membangkitkan suasana. (bangkit cuprit)

 (sekedar workshop)

Kalian wahai para musisi yang masih amatiran, perlu diingat bahwa tangga nada itu bermacam - macam, dan kali ini saya akan menjelaskan tentang perbedaan antara tangga nada DIATONIK dengan PENTATONIK.

  1. Dalam teori musik, skala diatonik adalah komponen dasar teori musik dunia Barat. Skala diatonik memiliki tujuh not yang berbeda dalam satu oktaf. Not-not ini adalah not-not putih pada piano. Dalam notasi solmisasi, not-not tersebut adalah "Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Si". (Kadang-kadang, 'Si' direpresentasikan dengan 'Ti' agar huruf pertama setiap not berbeda).

Skala mayor dimulai dengan not pertama (Do), dan berakhir sampai not 'Do' yang ada satu oktaf diatas Do yang pertama.

Dalam teori musik, skala diatonik mayor adalah bagian penting dalam pembangunan tradisi musik dunia Barat. Skala ini terdiri dari tujuh not dalam satu oktaf, diwujudkan dalam tuts putih dalam alat musik piano, diperoleh dari rangkaian enam nada kelima (fifth) yang berurutan dalam suatu versi meantone temperament, dan menghasilkan dua tetrakord yang dipisahkan dengan interval satu nada bernilai penuh. If our version of meantone is the twelve tone equal temperament the pattern of intervals in semitones will be 2-2-1-2-2-2-1. The major scale begins on the first note and proceeds by steps to the first octave. In solfege, the syllables for each scale degree are "Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Ti-Do".

The natural minor scale can be thought of in two ways, the first is as the relative minor of the major scale, beginning on the sixth degree of the scale and proceeding step by step through the same tetrachords to the first octave of the sixth degree. In solfege "La-Ti-Do-Re-Mi-Fa-Sol."

Alternately, the natural minor can be seen as a composite of two different tetrachords of the pattern 2-1-2-2-1-2-2. In solfege "Do-Re-Mé-Fa-Sol-Lé-Té-Do."

Harmoni musik Barat sejak Renaisans hingga akhir abad XIX berdasar pada skala diatonik dan rangkaian-rangkaian unik yang dihasilkan oleh sistem pengorganisasian ketujuh nada ini. Harus diingat bahwa that most longer pieces of common practice music change key, but this leads to a relationship of diatonic scales in one key with those in another, see modulation (music).

Tuts-tuts putih pada alat musik piano mewujudkan skala diatonik C mayor (C-D-E-F-G-A-B-C), dengan jarak satu interval tiap-tiap nadanya, kecuali untuk E-F dan B-C, yang memiliki interval semitone (setengah tone).

Diatonik berasal dari bahasa Yunani "diatonikos" artinya "merenggangkan". Seringkali dipakai untuk menyebut keseluruhan mode, tetapi umumnya dipergunakan untuk menyebut skala mayor dan minor.

Only certain divisions of the octave, 12 and 20 included, allow uniqueness, coherence, and transpositional simplicity, and that only the diatonic and pentatonic subsets of the 12 tone chromatic set follow these constraints (Balzano, 1980, 1982).

2. Pentatonik berasal dari gabungan kata penta ( lima ) dan tonik ( nada ), sehingga pentatonik dapat diartikan sebagai tangganada yang terdiri dari lima nada. 

Dari tangga nada diatonik mayor ( c - d - e - f - g - a - b - c' ) yang jumlahnya 7 nada, dapat diperoleh tangga nada pentatonik dengan mengurangi 2 nada, dalam hal ini terdapat dua macam tangga nada pentatonik : 1. c - d - e - g - a - c' ( tanpa f dan b ) 2. c - e - f - g - b - c' ( tanpa d dan a ) Tangga nada pentatonik pada umumnya digunakan pada musik tradisional ( China, Jepang ) termasuk di Indonesia pada musik gamelan ( Jawa ). Khusus pada Gamelan Jawa, dua macam tangga nada pentatonik tersebut dinamakan titi laras slendro dan titi laras pelog, terdapat pula tangga nada blues yang sering dimainkan oleh musisi band.

Sharing tentang musik kalo sesama musisi gak bakal selsai-selsai...iyakan?? Musisi pasti butuh banget pengetahuan tentang skill, permormance, ability, organizing, sound enginering,dll. Jadi anda gak usah khawatir jika menemukan hal2 yang belum kamu pahami betul apa itu tentang musik dan bermain musik.

sekian dari aku (bangkit  10.11.4448) Moga artikel pendek ini bermanfaat bagi anda kaum musisi, semoga bisa jadi musisi ngetop n terkenal...amin...


Pengenalan Seruling merupakan alat muzik tiup yang sudah dikenal banyak orang. Kerana harganya yang relatif murah dibandingkan alat muzik lain dan inilah alat muzik yang dekat dengan alam. Cuma sebatang buluh dan tidak memerlukan teknologi canggih untuk menciptanya. Jadi semuanya balik kepada alam. Dalam Mazmur 150:4 Versi King James alat seruling disebutkan dengan istilah flute. Dalam terjemahan bahasa Inggeris selain flute suling diterjemahkan dengan pipe. Seruling terbuat dari bambu, kayu, tulang atau bahkan logam. Seruling mampu menghasilkan bunyi kasar, melengking atau seperti suara siulan. Sumber bunyi seruling berada di bahagian tidak jauh dari puncak kepala. Di situ terdapat lubang tiupan kira-kira sebesar hujung jari. Suara di produksi ketika dalam posisi melintang, lubang itulah yang kita tiup. Udara kita tiupkan masuk ke dalam tabung, mengalir dan membentur sepanjang dinding tabung yang berfungsi sebagai resonator. Keras lembutnya hembusan akan menghasilkan frekuensi nada yang berbeza-beza, tinggi atau rendah. Pertembungan budaya dalam alat muzik seruling di berbagai-bagai negara. Seruling bukan lagi alat muzik biasa kerana kegunaannya dapat dijumpai di pelbagai pepohon negara tetapi dengan nama yang berbeza, termasuk Mesir. Pada masa Mesir Kuno, terdapat bukti permulaan muncul dan dimainkannya alat muzik seruling di Mesir. Instrumen yang muncul paling menonjol adalah pipa menyerupai klarinet, seruling, dan juga harpa. Dalam relief hieroglif pun ditemukan gambar seruling yang dikenal dengan nama ‘Aulos.’ Aulos ini adalah seruling yang terbuat dari kayu. Bentuknya terdiri atas dua buah tabung seruling yang disatukan dan memiliki empat atau lima lubang nada. Aulos ini sulit untuk dimainkan karena memiliki dua buluh yang disatukan. Selain itu , seruling di Cina ada banyak jenisnya. Kebanyakan terbuat dari bambu, walaupun ada yang dari kayu atau batu giok serta tulang. Salah satu ciri khas dari seruling Cina adalah penggunaan membran resonansi yang dipasang pada salah satu lubang. Ini memberikan suara suling lebih cerah. Jenis Seruling di China moden yang sering dipakai dalam orchestra adalah Bangdi, Qudi Xindi dan Dadi Seruling di Jepang disebut ‘Fue’ umumnya bernada tinggi dan terbuat dari bambu yang disebut Shinobue. Alat ini berserta budaya muzik orkestra cina dibawa masuk oleh imigran dari negara Cina ke Malaysia pada zaman sebelum merdeka. Seruling kaya dengan corak permainannya. Selain itu, ia dapat memainkan irama yang panjang, tinggi dan lapang serta memainkan muzik tarian yang riang gembira dan irama yang merdu. Bunyi yang dihasilkan juga dapat meniru suara burung. Jenis permainan seruling dibahagikan kepada 2, iaitu di selatan dan utara negara China. Langgam permainan seruling di selatan negara Cina adalah lebih terang dan indah. Seruling utama yang biasa dimainkan adalah "Qudi". Badan serulingnya agak panjang dan kasar dan bunyi yang dihasilkan adalah lebih tebal dan lembut. Terutama yang dipopularkan di kawasan selatan Sungai Yangtze. Langgam permainan seruling di utara negara Cina adalah lebih tegap. Seruling utama yang digunakan adalah "Bangdi". Badan seruling agak pendek dan halus dan akan menghasilkan bunyi yang lantang dan jelas. Di Jerman pula seruling disebut ‘Blockflöte’ yang adalah hasil perpaduan dari jenis suling, yang sudah dimainkan di Eropah sejak sebelum Masihi, dan pengaruh suling lain yang berasal dari Eropah Timur, Afrika dan Asia. ‘Blockflöte’ mencapai masa jayanya di zaman kebudayaan Renaissance dan Barok, iaitu sekitar tahun 1500 hingga 1750. Kira-kira abad ke 18 jenis suling ini tergeser dari orkestra oleh jenis suling lain. Baru di akhir abad ke 20 jenis suling ini kembali banyak dimainkan, dan menjadi instrumen paedagogis. Kemungkinan besar seiring dengan kolonisasi negara-negara Eropah di masa lalu, suling jenis ini juga menyebar ke negara-negara lain, di antaranya Indonesia. Sudah sejak awalnya, "Blockflöte" selain dimainkan secara solo, kerap juga dimainkan dalam satu kelompok. Jadi seperti halnya dalam paduan suara, ada suling sopran, alto, tenor dan bas, sehingga disebut "Blockflöten familie" atau keluarga suling.

Indonesia adalah sebuah negara di mana bambu tumbuh di mana-mana, dimulai dari Sabang di sebelah barat dan Merauke di sebelah timur. Oleh karena itu Indonesia pun pandai membuat alat muzik sendiri yang terbuat dari bambu iaitu Seruling. Seruling biasanya dimainkan di acara tradisional. Lagu dangdut tanpa seruling ibarat laut tanpa ombak. Muzik keroncong disela-selaknya pasti diramaikan dengan suara liukan Suling. Seperti yang kita ketahui seruling dalam kitab Perjanjian Lama dipakai untuk mengungkapkan sukacita yang tak terkendalikan atau ratapan yang hebat. Pada umumnya suling dianggap sebuah alat muzik sekular, dalam Mazmur 150:4 menyebutkan penggunaannya Suling di bait suci adalah untuk suatu perayaan agama. Lepas apakah Suling merupakan suatu alat yang menyatukan dengan budaya setempat atau alat muzik universal, Suling merupakan salah satu alat yang harus diperhitungkan untuk dilestarikan di Indonesia, kalau Anda adalah orang yang kreatif harusnya juga bisa dikombinasikan di kelompok muzik di gereja. Kesan -kesan Alat Muzik SerulingTeks condong

Negara-negara yang mempunyai alat muzik seruling berbeza dari segi nama sahaja tetapi menggunakan bahan yang sama iaitu seruling. Pertembungan budaya dalam alat muzik ini terutamanya seruling memberi impak kepada masyarakat dan tamadun manusia pada masa ini. Hal ini dibuktikan seruling diperbuat daripada bahan yang berbeza mengikut negara dan seruling dijadikan sebagai alat untuk sesuatu persembahan.Pertembungan budaya dalam seruling menyebabkan perbezaan bahan pembuatan,saiz seruling,nama panggilan dan banyak lagi.Hal ini demikian kerana disebabkan budaya sesuatu bangsa. Namun, kebanyakan alat muzik tradisional negara ini dikatakan menerima banyak pengaruh luar kesan pertembungan budaya era zaman perdagangan dan penjajahan lampau. Maka, tidak hairan wujud selingan nada dan unsur Asia Barat, India, China dan Eropah setiap kali instrumen muzik dimainkan. Fenomena ini selanjutnya melahirkan alat muzik sinkretik, hasil kepintaran menjalinkan unsur luar yang difikirkan sesuai selain menjadikan merdu kelompok muzik istana dan rakyat. Proses asimilasi budaya ini kemudian sebati dan diterima sebahagian kebudayaan tempatan. Alat muzik serunai yang mengutarakan unsur pengaruh Hindu, manakala gambus yang menyelitkan bunyian Timur Tengah antara contoh berlakunya penyusupan budaya. Kepelbagaian alat muzik tradisional daripada asal-usul berbeza menggambarkan kemeriahan khazanah seni. Kewujudan alat muzik yang diserap masuk dari Timur Tengah, China, India malah rumpun dunia Melayu sendiri tidak melenyapkan pengasingan identiti serta sempadan budayanya. Dalam sekian banyak peralatan muzik, hanya gendang bersifat sejagat kerana hampir semua kaum di dunia menggunakannya dalam persembahan kebudayaan mereka. Ia secara tidak langsung dianggap simbolik kepada jalinan persahabatan yang utuh di kalangan masyarakat berbilang kaum.Hakikatnya, evolusi dan gabung jalin alat muzik membuka peluang dan ruang masyarakat tempatan mengalunkan irama melangkaui teras budaya yang didendangkan rebab, sompoton, erh hu dan tabla. Menerusi jalinan irama inilah, ia tidak hanya menenangkan jiwa, tetapi paling penting dapat menyatupadukan pelbagai bangsa dan etnik Malaysia seperti yang diteraskan menerusi konsep 1Malaysia.

MUSIK CHINA


Sejarah Perkembangan Musik Tradisional China Musik nasional China bersejarah lama. Sejak berdirinya Republik Rakyat China pada tahun 1949, musik nasional China telah mengalami perkembangan yang sangat besar. Selama belasan tahun ini, para musikus nasional China selain mengadakan pertunjukan dalam negeri, juga sering mengadakan pertunjukan di luar negeri. Sejak tahun 1998, Orkes Musik Nasional Pusat China telah berturut-turut untuk lima tahun mengadakan konser nasional pada hari Festival Musim Semi China di Aula Emas Wina Austria, dan ini telah menjadi salah satu acara penting dalam kehidupan musik di Wina. Selain Aula Emas Wina, musik tradisional China juga dipentaskan di banyak panggung lainnya di dunia, antara lain, Aula Musik Carnegie Amerika dan Aula PBB di Jenewa. Pertunjukan menarik musikus nasional China memungkinkan dunia menghayati keistimewaan musik tradisional China. Penilaian baik para penonton dalam dan luar negeri juga mendorong komponis China menciptakan lebih banyak karya musik yang berciri khas bangsa Tionghoa dan zaman sekarang. Secara tradisional, pertunjukan musik nasional kebanyakan diadakan dalam bentuk konserto atau solo, sedangkan sekarang banyak musikus muda secara kreatif dan luwes mengadakan pertunjukan musik dengan mengkombinasikan berbagai macam alat musik, sehingga pertunjukannya sangat disukai penonton. Pada awal diadakannya reformasi dan keterbukaan terhadap dunia luar pada tahun 1980-an, di China pernah muncul demam belajar main piano dan violin. Sekarang semakin banyak orang China yang lebih berminat pada alat-alat musik tradisional China. Menurut statistik pertama Persatuan Musik Gesek Nasional Tiongkok, di China terdapat satu juta orang yang belajar main alat musik Guzheng dan 800 ribu orang lain belajar main Erhu, semacam alat musik petik yang berdawai dua, dan jumlahnya masih bertambah. Yang Chunlin adalah dirijen dan komponis terkenal di China. Ia juga adalah guru di beberapa rombongan musik amatir.Yang Chunlin mengatakan, selama Festival Musim Semi tahun depan ia akan memimpin Orkes Musik Nasional Pelajar Sekolah Kesenian Tianhua Kota Jiangyin Provinsi Jiangsu berkunjung ke Austria untuk mengadakan Konser Musik Nasional Festival Musim Semi di Aula Emas Wina. Ini mungkin merupakan konser pertama yang diadakan oleh sebuah orkes musik pelajar di Aula Emas. Pendidikan musik nasional di China pada tahun-tahun belakangan ini mencapai prestasi yang menonjol. Di berbagai konservatori musik dan jurusan kesenian universitas keguruan diadakan mata pelajaran kejurusan musik nasional yang setiap tahun berhasil mendidik banyak pemain musik yang bertaraf tinggi. Tidak sedikit jurusan musik nasional kini juga membuka program pendidikan strata dua dan strata tiga, sehingga penelitian di bidang musik nasional lebih mendalam dan lebih profesional. Selain itu, pemerintah China sangat mementingkan penggalian dan perlindungan terhadap musik nasional. Sejak tahun 1980-an, pemerintah China mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk mengorganisasi musikus dan seniman rakyat menyusun Bunga Rampai Lagu Rakyat Tk, Kumpulan Musik Nasional China, Kumpulan Musik Opera dan Kumpulan Musik Balada China. Teoris musik Feng Guangyu mengatakan, kumpulan-kumpulan itu hampir mencakupi semua musik yang tersebar di kalangan rakyat sejak adanya catatan sejarah di China. Feng Guangyu seterusnya mengatakan, perekaman audio visual yang bersangkutan dengan ke-4 kumpulan buku itu masih berlangsung. Tujuannya ialah agar musik nasional China pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 tidak hanya dapat dibaca bahan tulisannya, tapi juga dapat didengar dan dilihat. Tokoh-tokoh musik China : Sun yan Zi,Ah Qin,Fang da tong,Fan yi chen,Lu qiao ying,Faye wong

Alat-alat musik tradisional China

Alat musik tradisional China dapat dimainkan secara solo, ataupun secara bersama-sama dalam sebuah orkes yang besar (seperti zaman dahulu di istana kerajaan) atau dalam grup-grup musik mandarin kecil. Zaman dahulu tidak ada konduktor di ensambel musik China, ataupun penggunaan partitur musik pada saat pentas. Musik biasanya telah dihapalkan oleh pemusiknya, kemudian dimainkan tanpa alat bantu, sehingga kerjasama tim amat sangat dibutuhkan. Tapi zaman sekarang ini partitur ataupun konduktor dibutuhkan, apabila jumlah pemusik cukup banyak. Alat musik China dibedakan berdasarkan : 1. Alat Musik Tradisonal China Berdasarkan Cara Memakainya

 Alat musik gesekv


Ø Erhu - Rebab China, badannya menggunakan kulit ular sebagai membran, menggunakan 2 senar, yang digesek dengan penggesek terbuat dari ekor kuda.
 Gaohu - Sejenis dengan Erhu, hanya dengan nada lebih tinggi.Ø
 Gehu - Alat musik gesek untuk nada rendah, seperti Cello.Ø
 Banhu - Rebab China, dengan badan terbuat dari batok kelapa dengan papan kayu sebagai membrannya.Ø
 Alat musik petikv
 Liuqin - Alat musik petik kecil bentuknya seperti buah pir dengan 4 senar.Ø
 Yangqin - Alat musik ini memiliki banyak senar, cara memainkannya dengan memukul dengan stik bambu sebagai pemukulnya.Ø
 Pipa - Alat musik petik berbentuk buah pir dengan 4 atau 5 senar.Ø
 Ruan - Alat musik petik berbentuk bulat dengan 4 senar.Ø
 Sanxian - Alat musik petik dengan badan terbuat dari kulit ular dan dengan leher panjang, memiliki 3 senar.Ø
 Guzheng - Kecapi yang memiliki 16 - 26 senar.Ø
 Konghou - Harpa China.Ø 2. Alat Musik China Berdasarkan Sumber Bunyinya

 Alat musik tiupv


 Dizi - Suling dengan menggunakan membran getar.Ø
 Suona - Terompet ChinaØ
 Sheng - Alat musik yang menggunakan bilah logam dengan tabung-tabung bambuØ sebagai penghasil suara.
 Xiao - Suling.Ø
 Paixiao - Pipa pen.Ø
 Gudi - sebuah seruling kuno yang terbuat dari tulangØ
 Alat musik pukul (perkusi)v
 Paigu - Gendang yang terdiri dari satu set 4 atau lebih.Ø
 Dagu - Tambur besar.Ø
 Chazi - Simbal, cengceng.Ø
 Luo - Gong.Ø
 Muyu - Kecrek terbuat dari kayu.Ø 2. Alat Musik China Berdasarkan Fungsinya

 Aerophonev


 Dizi - melintang suling bambu dengan buzzing selaputØ
 Xiao - flute yang disebut juga dengan dongxiaoØ
 Chi - kuno melintang suling bambuØ
 Xindi - modern melintang suling dengan sebanyak 21 lubangØ
 Koudi - sangat kecil melintang suling bambuØ
 Suona - Terompet ChinaØ
 Chordhophonev
 Yazheng - sitar disebut juga yaqinØ
 Konghou - Harpa China.Ø
 Guzheng - Kecapi yang memiliki 16 - 26 senar.Ø
 Leiqin - biola dengan tuts pianoØ
 Pipa - Alat musik petik berbentuk buah pir dengan 4 atau 5 senar.Ø
 Membranophonev
 Bofu - drum kuno yang digunakan untuk mengatur tempoØ
 Tanggu - media berukuran barel drum dimainkan dengan dua sticks; juga disebut tonggu atau xiaoguØ
 Yaogu - drum pinggangØ
 Bajiao gu - bersegi delapan rebana digunakan terutama dalam naratif bernyanyi dari utara CinaØ
 Paigu - Gendang yang terdiri dari satu set 4 atau lebih.Ø
 Idiophonev
 Luo - gongØ
Ø Zhu - sebuah kotak kayu, dimainkan dengan memukulkan tongkat pada bagian dalam, digunakan untuk menandai awal musik dalam upacara kuno musik
 Yu - sebuah instrumen ketuk kayu berukir dalam bentuk tiger dengan bergerigi, digunakan untuk menandai akhir musikØ
 Muyu - woodblock diukir dalam bentuk ikan, bulus dengan tongkat kayu; sering digunakan dalam Buddha chantingØ
 Paiban - bandul lonceng yang terbuat dari beberapa potong kayu datar.Ø
 Metallophonev
Ø Dangzi - kecil, round, flat, tuned gong ditangguhkan oleh sutera yang diikat dengan tali dalam bingkai logam bundar yang terpasang pada kayu tipis menangani juga disebut dangdang
 Bianzhong - perunggu bells hung di rak, bulus menggunakan tiangØ
 Fangxiang - set menantikan slabs logamØ
Ø Genderang perunggu
 Luo - Gong.Ø

Tangga Nada Musik China

Musik China menggunakan tangga nada pentatonik. Pentatonik berasal dari gabungan kata penta ( lima ) dan tonik ( nada ), sehingga pentatonik dapat diartikan sebagai tangganada yang terdiri dari lima nada. Dari tangga nada diatonik mayor ( c - d - e - f - g - a - b - c' ) yang jumlahnya 7 nada, dapat diperoleh tangga nada pentatonik dengan mengurangi 2 nada, dalam hal ini terdapat dua macam tangga nada pentatonik : 1. c - d - e - g - a - c' ( tanpa f dan b ) 2. c - e - f - g - b - c' ( tanpa d dan a ) Tangga nada pentatonik pada umumnya digunakan pada musik tradisional ( China, Jepang ) termasuk di Indonesia pada musik gamelan ( Jawa ). Khusus pada Gamelan Jawa, dua macam tangga nada pentatonik tersebut dinamakan titi laras slendro dan titi laras pelog.

Posted on 03.19 by decky28 and filed under SMP | 8 Comments »

apa ada juga musik india

terimakasih kak ! sangat membantu tugas saya. nyari kemana mana dapetnya disini :)

kereen. sangat membantu. terimakasih :)

Makasih infonyaa :)

thanks boss menarik bnget nih sejarahnya untuk PR seni budaya saya nih, nice. Jangan lupa kunbal (kunjung balik) //sangmastervirus.blogspot.com/

merci por favor :)

artikel bagus sob, kunjungan balik gan www.rivadotaku.blogspot.com

thanki


Musikalisasi Tangga Nada Karo

Dulu tidak sengaja penulis menjumpai sebuah liputan di televisi pemerintah yang mengulas mengenai sebuah peradaban kuno di China. Cukup mengejutkan, karena suku terkait memiliki identitas yang sama persis dengan suku Karo di Sumatera Utara, hanya saja kemudian penulis lupa dalm acara apa dan kapan liputan tersebut ditayangkan. Mulai dari pakaian pria yang memakai Bekabuluh dan Bulang – Bulang serta pakaian wanita yang berTudung dan berhiaskan Emas – mas hingga bentuk rumah adat panggung empat sisi serta permainan nada – nada minor yang seolah – olah sedang menyanyikan tangis – tangis. Keterkaitan tersebut menyebabkan sebuah pertanyaan mendasar, apa mungkin orang Karo yang ditenggarai berasal dari ras Proto Melayu, adalah suku yang bernenek - moyangkan dari orang China tersebut? Dari sebuah penelitian dan wawancara singkat, berhasil didapatkan sekilas mengenai musikalisasi tangga nada Karo yang cukup identik dengan tangga nada China.

Pada dasarnya nada – nada Karo sama dengan tangga nada yang dimiliki orang orang China, dalam hal ini adalah tangga nada Pentatonic, yang terdiri dari 5 nada. Tangga nada pentatonic China terdiri dari lima nada yaitu do, re, mi, sol, la (minus fa dan si). Tangga nada pentatonic Mayor (M) Karo kemudian sama dengan nada pentatonic China namun nada dasarnya diawali nada sol, jadi tangga nada pentatonic Karo adalah sol, la, do, re, mi. Tangga nada pentatonic minor (m) China adalah la, si, do, mi, fa. Sedangkan nada pentatonic Karo adalah mi, fa, la, si, do. Dengan kata lain, perbedaan nada dasar pentatonic Karo diawali oleh nada keempat dari tangga nada China. Keterkaitan yang cukup menarik adalah samanya tangga nada Sunda dengan China, yang identik (sama persis), perbedaan diantaranya hanya terletak pada variasi dalam permainan musiknya.

Variasi ending musik Patam – patam Karo memiliki kekayaan dalam style bermain sehingga seorang pemain keyboard dapat memiliki beragam koleksi variasi patam / style / program Karo, yang kemudian tidak membosankan penonton dalam acara guro – guro aron. Akan tetapi, semua variasi patam akan dimulai dari nada ketiga (mi) yang kemudian dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan. Patam keyboard pada masyarakat Karo tempo dulu tidak dikenal, ditenggarai karena komposisi musik tradisional Karo (ensambel gendang lima sedalanen) berjalan dengan sangat lambat, dikarenakan lead sarune(sangat mewajibkan kemampuan bernafas yang prima dari seorang penarune) bermain di tempo lambat. Musik modern Karo yang dimainkan dengan keyboard diperkenalkan kemudian oleh salah satu maestro musik petik Karo, Djasa Tarigan. Beliau memulai mencoba memprogramkan musik tradisional Karo ke dalam keyboard type KN buatan Technics pada tahun 1984. Pada tahun 1990 – an awal kemudian baru musik keyboard Karo menjadi tren di kalangan orang Karo. Selain pembiayaan yang lebih murah dibanding dengan menyewa satu set lengkap ensambel gendang lima sedalanen, seorang pemain keyboard dapat lebih mudah mengkombinasikan patam – patam maupun odak – odak dengan lagu yag lebih populer maupun sedang ngetrend. Hal ini kemudian melahirkan generasi seperti Parlin Ginting, Marjoni Perangin – Angin, Sakti Sembiring, Hendro (Jazz) Sembiring. Meski kalah pamor dibanding pemain keyboard, tetapi si – erjabaten tradisionil Karo seperti Sorensen Tarigan, Ismail Bangun, serta para maestro Djasa Tarigan, Wardin Ginting, (alm.) Tukang Ginting dan (alm.) Stasion Tarigan pun pasti tidak akan pernah dilupakan.

Special Thanks:

Novrendo Malbreba Malau, atas wawancara singkat dan atensinya mengenai musik Karo.

Endi Bastanta Sinuraya, yang sedang galau mengenai perkembangan musik modern dan pop Karo yang “meracuni” generasi sekarang.


KLIPING SENI BUDAYA

Oleh :

Arelya Febriane (05)

Arfiqa Adnin N.  (06)

Aulia Tiara H.     (08)

Clara Egelia H.   (12)

SMP NEGERI 2 DEPOK

MUSIK MELAYU

PENDAHULUAN

Rumpun Melayu dintaranya Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Indonesia. Ciri utama music Melayu adalah menggunakan alat music Membranofon atau gendang tradisional.  Musik melayu keunikan-nya adalah dapat membawa sentuhan dendang dan joget

Musik Melayu adalah music  tradisional yang khas di Wilayah Pantai Timur Sumatra dan Semenanjung Malaysia, di mana di dominasi permainan rebana, petikan gambus, pukulan gong, dan alunan serunai. Gaya ini dapat dijumpai di Riau, Palembang, Deli, Aceh, Sigapura, hingga Malaysia.

A. SEJARAH MUSIK MELAYU

Sejarah musik melayu kita awali dari musik melayu merupakan musik tradisional yang khas di wilayah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung Malaysia. Dan musik ini didominasi oleh permainan rebana, petikan gambus, pukulan gong dan alunan serunai. Gaya musik jenis ini dapat kita jumpai di Riau, Palembang, Deli, Aceh, ataupun di Singapura sampai Malaysia.

Dalam sejarah musik melayu, bisa dikatakan musik melayu sangat terpengaruh oleh musik Cina, Portugis, India, Arab dan juga Persia. Sejarah musik melayu dapat dilihat dari pengaruh luar dalam seni musik atupun tarian melayu. Pengaruh ini terjadi karena hubungan perdagangan antara kerajaan Melayu Aru yang berpusat di Deli dengan Malaka yang sudah berlangsung sejak abad ke-13. Sejak tahun 1511 M, Malaka menjadi benteng Portugis, dari situ pengaruh musik Portugis mewarnai nada dan gerak tari melayu. Pengaruh Portugis tersebut tergambar dalam tari atau rentak Pulau Sari yang lebih dikenal dengan nama Seramapang XII.

Kemudian dalam sejarah musik melayu yang dilihat musik melayu berakar dari musik Arab, seperti Qasidah. Ini bermula saat kedatangan dan penyebaran agama Islam di Nusantara di tahun 635 sampai 1600 oleh orang Arab, Gujarat dan Persia. Ini bermula dari pembacaan syair atau juga dapat disebut Gurindam yang kemudian dinyanyikan, lalu dipakai juga untuk mengiringi tari-tarian. Sejarah musik melayu berlanjut saat dibukanya Terusan Suez, terjadi arus migrasi orang Arab dan Mesir yang masuk ke Hindia Belanda di tahun 1870 sampai 1888.

Mereka membawa alat musik Gambus dan juga memainkan musik Arab. Dan kemudian pengaruh ini mulai bercampur dengan musik tradisional dengan syair Gurindam dan juga alat musik tradisional lokal seperti gong, serunai dan sebagainya.
Kemudian dalam sejarah musik melayu, sekitar tahun 1940 lahirlah musik Melayu Deli, dan gaya permainan musik disini sudah jauh berbeda dengan akarnya yaitu musik Qasidah. Dalam sejarah musik melayu disini berkembang tidak hanya menyanyikan syair Gurindam, tetapi berkembang menjadi musik nyanyian hiburan dan juga pengiring tarian khas orang melayu pesisir timur Sumatera dan juga Semenanjung Malaysia. Sejarah musik melayu berlanjut ke sekitar tahun 1950-an, dimana perkembangan alat musik elektronik mulai berkembang, yang kemudian musik melayu mulai diperkenalkan oleh pengeras suara, gitar listrik atupun bahkan keyboard. Dan dari sana juga musik melayu mulai masuk ke industri rekaman.

Lalu bagaimana dengan sejarah musik melayu dalam perkembangannya di masa kini? Di saat musik melayu mulai populer karena banyaknya band-band yang membawakan genre pop melayu, dan dari situ juga mengundang beberapa pro dan kontra. Ada beberapa komentar dari beberapa musisi tanah air yang mengatakan bahwa musik melayu merupakan sebuah degradasi atau penurunan mutu dalam hal musik, dan ini menimbulkan “perang dingin” antar para musisi. Dan dilihat dari sisi lain dalam sejarah musik melayu, memang di Indonesia musik melayu pernah merasakan yang namanya “mati suri”, dan kemudian musik melayu kembali populer setelah munculnya band-band seperti ST12, Wali, Hijau Daun ataupun yang lainnya.

B. CIRI – CIRI MUSIK MELAYU

Musik melayu selalu dinyanyikan dengan mendayu-dayu. Hal ini membuat para pendengarnya merasa terhibur dan menikmati setiap lagu yang selalu dinyanyikan. Ada beberapa ciri music melayu yang sering dinyanyikan oleh para penyanyinya. Antara lain sebagai berikut :

1.      Musik melayu memiliki rentak irama yang meliuk (cengkok) dalam alunan musiknya. Tetapi terkadang, ada yang hanya nyaris datar. Sampai sekarang ini, ciri khas ini masih ada.

2.      Syair – syair music Melayu baik yang bertemakan percintaan, persahabatan, maupun yang berhubungan dengan nilai – nilai social memiliki kalimat sanjak yang memiliki nilai kesusastraan .

3.      Syair music melayu tidak cengeng

4.      Syair lagu melayu membawa pesan moral yang baik.

5.      Menggunakan gendang tradisional, alat music membranophone atau rebana berukuran besar yang membawa sentuhan dendang dan melayu.

6.     Instrumen yang dominan adalah biola, accordion, dan gong.  

C.  INSTRUMEN  MUSIK MELAYU (PENGERTIAN)

Musik adalah satu hiburan bagi manusia. Dengan music perasaan menjadi tenang dan damai. Sejak zaman dahulu music sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Tanah melayu adalah salah satu daerah yang memiliki alat music yang unik. Alat  music melayu dapat dibedakan menjadi 4 jenis :

1.      Aerofons               -> alat music tiup

Contoh : seruling bambu. serunai , recorder dan lain sebagsanya.

2.      Cordofons                        -> instrumen music yang memiliki senar yang dimainkan dengan cara dipetik.

Contoh : Rebab, kecapi , siter dan lain sebagainya

3.      Idiofons                            -> alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran alat musik itu sendiri.

 Contoh : gong, angklung,gambang dan lain sebagainya.

4.      Membranofons    -> alat music yang terbuat dari kulit atau membran yang membentang diatas instrument music yang menghasilkan suara bila dipukul.

Contoh : tambur,genderang ,rebana,tifa dan lain sebagainya

D. INSTRUMEN MUSIK MELAYU (ALAT MUSIK)

1.       REBANA UBI

Alat musik ini sangat terkenal sejak zaman kerajaan Melayu Kuno. Rebana ubi sering digunakan saat upacara pernikahan. Selain itu juga digunakan sebagai alat komunikasi sederhana karena bunyinya yang cukup keras. Jumlah pukulan pada rebana ubi memiliki makna tersendiri yang telah dipahami oleh masyarakt saat itu.

2.    KOMPANG

Kompang terbuat dari kulit sapi yang dikeringkan dan dipasangkan ke ring yang terbuat dari kayu. Bentuknya persis seperti rebana. Alat musik kompang terdiri dari beberapa ukuran, dan ukuran inilah yang nantinya akan menghasilkan suara berbeda sehingga variasi suara yang dihasilkan hanya berasal dari ukuran kompang

3.     Sape

 Sape adalah seruling tradisional masyarakat Melayu. Alat music ini dibuat dengan bambu panjang yang dilubangi. Alat  music ini dimainkan dengan cara ditiup. Sampai saat ini alat music ini masih sering digunakan. Salah satunya untuk mengiringi music dangdut (perkembangan dari music Melayu).

4.     Gambus Selodang

Alat musik menyerupai ud (oud) di Timur Tengah berbentuk seludang kelapa yang dibuat dari batang nangka. Pada tengah-tengah resonator-nya ditutup dengan kulit sapi, kerbau atau kulit kambing yang sudah diraut tipis. 

5.     Marwa

Marwas, atau disebut juga dengan meruas, merwas adalah alat-musik jenis gendang yang sangat berfungsi dan berarti sebagai pengatur tempo atau rentak

6.     Kordeon

Alat music ini berasal dari Riau. Alat music ini dimainkan dengan cara dipompa. Alat music ini sulit dimainkan sehingga tidak banyak yang bisa memainkan alatt music ini.

7.     Gong

Gong merukapan alat music pukul yang terkenal di Asia tenggara dan Asia timur.  Gong digunakan untuk alat music tradisional. Gong yang telah ditempa belum terbentuk nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan.

8.     Biola

adalah sebuah alat musik gesek berdawai yang memiliki empat senar yang disetel berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah adalah nada G. Biola memiliki nada tertinggi di antara keluarga biola, yaitu viola dan cello. Alat musik gesek berdawai yang lainnya, bas, secara teknis masuk ke dalam keluarga viol. Kertas musik untuk biola hampir selalu menggunakan atau ditulis pada kunci G.

E.  TOKOH – TOKOH MUSIK MELAYU 

1.     HUSEIN BUWAFIE

 pemimpin dari orkes Melayu Chandralela merupaka salah satu tokoh seniman dan tokoh pembeharu lagu Melayu atau Dangdut Indonesia. Ia telah banyak menciptakan lagu melayu. Lagu Melayu ciptaannya ini memiliki music yang dinamis dan struktur lirik lagu yang lebih bebas yang biasannya lagu Melayu memiliki lirik yang berpantun, dari sinilai Husein Bawafie disebut sebagai pembeharu lagu Melayu. Lagu yang telah ia ciptakan sekitar 200 lagu.

2.     M. THAHAR

Merupakan pengarang lagu yang berjudul Cinta Hampa. Lagu melayu ini menjadi terkenal selain karena lagunya bagus juga karena suara penyanyinya yang enak dan bagus untuk didengar.

3.     SAID EFFENDI

adalah pencipta lagu Melayu di Indonesia yang patut diperhitungkan prestasinya. Beliau merupakan pelopor lagu Melayu dengan format songform. Lagu ciptaannya itu dibawakan dengan suara soprano bercengkok. Ia adalah seniman lagu Melayu di era 1950-1970, lagu yang sangat terkenal sampai Mancanegara adalah Seroja. Selain itu, lagu Bahtera Laju menempatkan dirinya menjadi seniman Lagu Melayu yang sangat diperhitungkan karena kualitasnya dalam bermusik, baik dari lagu yang ia ciptakan maupun lagu dari karya orang lain yang ia nyanyikan. Lagu yang ia ciptakan antara lain Bahtera laju, Timang – timang, dan Fatwa Pujangga. 

Musik Timur Tengah

a.     Pengertian Musik Timur Tenggah :

Musik Timur Tengah dimainkan dengan iringan seperangkat Rebana. Musik Timur Tengah antara lain musik Gambus. Musik gambus adalah musik berirama padang pasir (bernafaskan islam). Musik ini menggunakan alat musik gitar gambus (luth). Gitar gambus adalah alat musik dawa yang ditala secara rangkap seperti mandolin. Disamping itu juga menggunakan alat musik Rebana, Bass, Seruling, Gendang, Akordion, dan Biola.

     Musik Timur Tengah/ Padang Pasir yaitu jenis musik yang berkembang di kawasan Timur Tengah yaitu di Negara Arab dan sekitarnya, Kuwait, Mesir, Irak dll. Musik Timur Tengah Musik timur tengah antara klain qasidah. Qasidah ialah lagu yang bernapaskan islam yang melodinya berakar pada lagu timur tengah (Arab). Penyajian lagu-lagu timur tengah menggunakan iringan seperangkat rebana. Lagu-lagu qasidahberdasarkan tangga nada tradisional dari timur tengah. Tangga nadanya memiliki skala nada diatonic dan kandungan nada-nada mikrotonik. Contoh Negara Timur Tengahn : Arab Saudi, Irak, Lebanon, Mesir, Suriah, Yaman, Yordania.

b.     Keunikan Musik Timur Tengah :

Musik Timur tengah berkembang di negara arab dan sekitarnya bahkan ada yang menyebut irama padang pasir. Musik yang paling menonjol adalah qasidah yaitu lagu yang bernafaskan islam yang alur nadanya berorientasi pada irama padang pasir. Dalam islam : sajak lirik dengan metrum yang sesuai untuk dinyanyikan atau disenandungkan; baikoleh penyanyi utnggal, paduan suara mauopun sahut-menyahut antara penyayi tunggal dan koor. Isinya berupa pengagungan terhadap ke-Esaan Allah SWT, melukiskan kebesaran Rasul-Nya, mengajak beramal dan bejihad di jaln Allah SWT serta anjuran untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sebagai alat pengiring biasanya digunakan “rebana”, dewasa ini juga meliputi alat-alat musik modern lainya.

Lagu-lagu Qasidah rebana berdasarkan tangga nada tradisional Timur Tengah yang selain memiliki skala nada diatonic juga terdapat dalam nada-nada mikrotonik seperti terdapat dalam alunan tangga nada al bayat, al rast, al sika, al’ajarm, al nakriez, al hijaz, dan al saba. Instrumen yang khas dari Qasidah antara lain : a. Rebana adalah alat musik berupa kendang satu sisi dengan badan tidak rendah sesuai dengan kemampuan genggamann tangan.

b. Gitar gambus adalah kecapi Arab yang kepalanya berbentuk S, badanya lebih dalam dan lehernya lebih sempit di banding kecapi klasik yang popular di Eropa.

Orkes Irama Timur Tengah

Musik merupakan bagian dari seni dan budaya, dengan keberagaman Indonesia yang multi etnis, bukan hanya pribumi, namun etnis turunan seperti Tionghoa, India dan Arab yang semakin memperkaya kesenian dan kebudayaan bangsa.Kesenian dan kebudayaan etnis perantau itu, mempengaruhi belantika musik Indonesia.

Kehadiran musik gambus atau orkes irama padang pasir mendapat tempat di hati masyarakat khususnya di Sumut, seperti dilansir Harian Analisa (18/4/2012 00:04 WIB)  Musik yang ditandai dengan peralatan oud (alat petik asal timur tengah) baru muncul di Sumut sekitar tahun 50 an. Awalnya, orkes gambus hanya diminati warga keturunan Arab-Melayu, namun kini digemari masyarakat umum. Hal itu, terlihat dengan banyaknya bermunculan orkes-orkes gambus di Sumut. Salah satunya, orkes gambus Al-Wardah yang didirikan Umar Hamdah sejak 1948 di Medan.

Kemudian pada 1987 hingga saat ini, orkes Al-Wardah diwariskan kepada keturunannya, Thoriq Hamdah. Pimpinan grup musik timur tengah itu, Thoriq Hamdah saat ditemui Analisa beberapa waktu lalu di kediamannya di Jalan Besar Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan menyebutkan, hingga saat ini, Al-Wardah masih tetap di dunia hiburan, khususnya di Sumut, bahkan orkes tersebut selalu mentas saat parayaan Ramadhan Fair yang setiap tahunnya digelar digalar Pemko Medan di Jalan Masjid Raya Medan. Ketenaran mereka tidak hanya di Sumut, bahkan mereka sering diundang dibeberapa event di sejumlah kawasan Sumbagut dan Jakarta serta Kerajaan Brunei Darussalam. Al-wardah diperankan delapan personel inti yang terdiri dari pemain musik seperti keyboard, biola, violin, darabuka treble dan bass serta empat personel tambahan yang berperan sebagai penari.

Pada pementasannya, Al-Wardah tidak hanya melantunkan irama padang pasir, namun melayu dan pop. Dalam syair-syair lagu mereka, berisikan pesan-pesan relejius berbahasa Arab, tetapi seiring perkembangan waktu, musik gambus Al-Wardah diperkaya dengan syair berbahasa Melayu, tandasnya didampingi Sekretarisnya Furqon dan bendahara, Ayu Kartika. Karya seni menjadi cerminan suatu bangsa, dengan banyaknya hasil kesenian dari berbagai etnis membuktikan bahwa kita bangsa yang berbudaya dengan keaneka ragamannya.

c.      Ciri-ciri Musik Timur Tengah :

1.    Bertemakan Islam

2.    Menggunakan gitar gambus

3.    Lebih mengarah kepada ketuhanan

4.    Alat musiknya menggunakan rebana dan gitar gambus

5.     Iramanya dinamis

6.     Syair lagunya sebagai pujian terhadap keagungan Allah, kebesaran Rasul, dan ajakan beramal serta berjihad di jalan Allah

7.     Menggunakan tangga nada tradisional Timur Tengah dalam skala nada diatonic dan mikrotonik

8.    Contoh lagu Timur Tengah: Magadir, Ya Habibi, Salamualaika

9.    Keunukan Musik Timur Tengah adalah Musiknya bersifat Religius untuk kebesaran Tuhan serta berisi nasehat dalam ajaran Islam.

Alat Musik Timur Tengah

1.     Gambus

Gambus adalah alat musik petik sepertimandolin yang berasal dari Timur Tengah. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senarsampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambil diiringi gendang. Sebuah orkes memakai alat musik utama berupa gambus dinamakan orkes gambus atau disebut gambus saja. Di TVRI dan RRI, orkes gambus pernah membawakan acara irama padang pasir. Orkes gambus mengiringi tariZapin yang seluruhnya dibawakan pria untuk tari pergaulan. Lagu yang dibawakan berirama Timur Tengah. Sedangkan tema liriknya adalah keagamaan. Alat musiknya terdiri dari biola,gendangtabla dan seruling. Kini, orkes gambus menjadi milik orang Betawi dan banyak diundang di pesta sunatan dan perkawinan. Lirik lagunya berbahasa Arab, isinya bisa doa atau shalawat. Perintis orkes gambus adalahSyech Albar seorang Arab-Indonesia, bapaknyaAhmad Albar, dan yang terkenal orkes gambusEl-Surayya dari kota Medan pimpinan Ahmad Baqi.

2.     Gendang

Gendang adalah instrumen Riau yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Jenis gendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut gendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama gendang gedhe biasa disebut gendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran, ladrang irama tanggung.

3.    Alboka

Alboque atau Alboka, keduanya merupakan alat musik tiup terbuat dari kayu berkembang di era keemasan Islam. Alboka dan alboque berasal dari bahasa Arab, ‘albuq’, yang berarti terompet. Inilah cikal bakal klarinet dan terompet modern. Menurut Henry George Farmer (1988) dalam Historical facts for the Arabian Musical Influence, instrumen musik alboka dan alboque telah digunakan oleh musisi Islam di masa kejayaan. Instrumen musik tiup itu diperkenalkan umat Islam kepada masyarakat Eropa saat pasukan Muslim dari Jazirah Arab berhasil menaklukkan Semenanjung Iberia wilayah barat daya Eropa, terdiri atas Spanyol, Portugal, Andora, Gibraltar, dan sedikit wilayah Prancis. Tak heran, jika masyarakat Eropa meyakini bahwa alboque berasal dari Spanyol, khususnya Madrid.

4.     Biola

Biola pertama berasal dari Rebec yang telah digunakan oleh musisi Islam sejak abad ke-10 M. Cikal bakal biola juga diyakini berasal dari rebab, alat musik asli dari Arab.
Konon, 
Al-Farabi merupakan penemu rebab (rebec).

5.     Rebana

Rebana (bahasa Jawa: terbang) adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. ini merupakan symbol kota bumiayu .terbuat Bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di MalaysiaBrunei,Indonesia dan Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambuskasidah dan hadroh.

Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang. Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi namaRebana Ubi, dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama.

Musik Hindustan

   Hindustan

Yang amat dominan pada musik Hindustan adalah negara India atau Pakistan. Musik Hindustan mudah dikenali dari ritme instrumen tabla yaitu kendang India berbentuk bejana (kendil), dimainkan dengan sentuhan jari dan telapak tangan.

Alat musik India yang lainya yaitu Vina, yaiut alat musik petik India. Alat itu mempunyai 7 dawai  dengan jangkauan nada  yang lebih luaus dari 2 oktaf. Alat ini adalah alat yang paling sempurna dan yang paling mengakar di hati masyarakat India dibandingkan dengan alat-alat yang lain. Musik/ lagu-lagu Hindustan popular karena sering digunakan sebagai ilustrasi musik (musik Score) dalam industri perfilman di Bollywood. Lagu-lagunya yang popular dan familiar adalah diantaranya lagu Kuch Kuch Hota

Alat-alat musik Hindustan

Tabla

Tabla (atau tabl, tabla) (bahasa Hindi: तबला,  adalah Instrumen musik perkusi yang populer di India (dari keluarga membranofon). Alat musik ini dipakai dalam musik klasik Hindustan serta dalam musik populer dan peribadatan di Anak benua India. Alat musik ini terdiri dari sepasang drum tangan dengan ukuran dan warna nada yang berbeda. Nama Tabla berasal dari bahasa Arab tabl, yang bermakna "drum."

Sitar

Sitar merupakan keluarga alat musik kecapi yg dimainkan dengan cara dipetik. Bentuknya yang unik menjadikannya alat musik yang khas dan unik. Leher panjang dan tubuh berongga labu menghasilkan resonansi kaya dan harmoni.

Sitar merupakan instrumen dominan yang digunakan dalam musik klasik Hindustan dan dimainkan sebagai iringan untuk tari di India. Sitar sebenarnya ada sejak tahun 1800an. Alat ini tadinya dibawa dari orang-orang Timur Tengah yang hijrah ke India. Alat musik ini digunakan untuk memainkan musik-musik tradisional klasik yang ada di India, biasanya Sitar dimainkan bersama alat musik lain seperti Tabla, Sarod, dan Tambura.

Sitar memiliki tujuh dawai. Alat musik ini digunakan untuk memainkan musik-musik tradisional klasik. Alat musik klasik Hindustan ini menggunakan dawai atau senar untuk mengeluarkan bunyi. Alat musik ini menggunakan Dawai Simpatetik bersama dengan dawai biasa dan ruang resonansi menggunakan gourd (sejenis buah-buahan yang dikeringkan dan berongga di dalamnya) sehingga menghasilkan suara yang unik. Sitar merupakan alat musik yang sering digunakan dalam seni musik klasik Hindustan sejak zaman pertengahan.

Sitar adalah alat musik yang paling populer dan diterima dengan baik sebagai alat musik khas India Utara. Basis Sitar dibuat dari labu labu. Sitar datang di berbagai kualitas dengan harga yang berbeda sesuai dengan dekorasi ukiran. Instrumen string ini banyak digunakan dalam pertunjukan klasik cahaya. Ada yang memproduksi Sitar dengan desain yang tak tertandingi dengan ukiran kayu. Sungguh membuatnya sangat artistik.

Alat bersenar ini mempunyai lima hingga tujuh tali dawai (dua hingga empat tali digunakan untuk memainkan melodi, dan 3 tali untuk dengung). Dibuat dari kayu yang berbentuk bujur seakan sebelah buah pear.

>> Cara memainkan Sitar adalah dengan meletakkannya dengan cara terlentang dan dipetik dengan jari-jari sebelah tangan. Jari-jari tangan sebelah lagi menekan dan menarik pada berbagai kedudukan di tali-tali yang mengeluarkan berbagai tingkat suara dan melodi. Sitar biasanya dimainkan dalam kumpulan instrumental kecil atau sebagai alat solo. <<

Sarod

Sarod adalah alat musik dawai, yang digunakan terutama dalam musik klasik India. Seiring dengan sitar, itu adalah yang paling populer dan instrumen menonjol dalam bahasa Hindustan (India utara) musik klasik. Yang dikenal sarod mendalam, berat, introspektif suara (kontras dengan manis, nada-kaya tekstur sitar) dengan simpatik senar yang memberi itu resonan, kualitas bergema. Ini adalah instrumen fretless mampu menghasilkan slide yang berkesinambungan antara catatan yang dikenal sebagai meend (glissandi), yang sangat penting untuk musik India.

Vena

Veena, juga dikenal sebagai Saraswati Veena adalah alat musik dari India Selatan. Instrumen klasik ini pada dasarnya adalah sebuah alat musik gesek dipetik yang digunakan untuk mengiringi musik Carnatic. Ini pada dasarnya adalah anggota keluarga kecapi. The Veena telah dimodifikasi dan disempurnakan selama berabad-abad dan telah digunakan sejak zaman kuno. The Saraswati Veena diciptakan di selatan India pada abad ke-17. Mengingat ini merupakan informasi lebih lanjut tentang instrumen Veena klasik.

Musik Oriental

Musik Oriental adalah musik yang lahir dan berkembang di kawasan Asia Timur seperti di Negara Jepang, Korea, Cina. Musik Oriental terkait dengan Belly Dancer. Pada dasarnya ini berarti Musik dari Timur Tengah.Musik Oriental terkait dengan Belly Dancer. Hal ini jarang bahwa jenis musik tertentu memunculkan gambar yang sama dalam pikiran semua pendengar. Untuk telinga Barat, instrumentasi asing dan rasa melodi eksotis dari apa yang umumnya digambarkan sebagai Music Oriental memiliki satu asosiasi langsung The Dancer Belly.  

Memang, tujuan utama dari ini adalah bentuk musik kuno selalu memberikan mood dan ritme untuk menari - tapi jenis khas yang unik dan selalu menarik menari. Penari perut telah mendapat kasih karunia antusias dan pujian di seluruh dunia Barat dan mungkin memiliki dampak pada kedua masyarakat kita berlaku dengan yang ada pada sistem numerik Oriental.

Ciri - Ciri musik oriental

1.      Keunikannya terletak pada instrumennya (alat musik string petik/gesek)

2.      Bertangga nada pentatonis (do re mi sol la)

3.      Suara yang dimainkan menghasilkan suasana yang ekspresi.

a.     Musik Cina

Pendiri Legendaris musik dalam mitologi Cina Ling Lun, yang membuat pipa bambu disetel ke burung. Dinasti era (1122 SM – 1911). Musik yang tertua ditulis terkenal Youlan atau Anggrek Solitary. Di Cina kuno status sosial musisi jauh lebih rendah dibanding dengan pelukis, meskipun musik dipandang sebagai pusat harmoni dan umur panjang negara. Orang Eropa pertama yang mencapai Cina dengan alat musik adalah Imam Jesuit Matteo Ricci yang disajikan Harpsichord ke Lee kekaisaran pengadilan pada 1601. Partai Komunis, mencela musik populer Cina sebagai Musik Kuning.

Pada tahun 1949 Koumintang, selama revolusi kebudayaan, Para Maois mendorong musik revolusioner sebagai genre yang hanya dapay diterima, karena propaganda yang mengakibatkan musik Cina mengalami kemunduran. Musik pop di Daratan Cina dihidupkan kembali setelah reformasi pemasaran oleh Deng Xiao Ping.

Alat-alat musik Oriental

Alat musik tradisional Jepang : SHAMISEN,KOTO & SHAKUHACHI

Tentang sejarah KOTO

KOTO adalah alat musik yang menyerupai kecapi di Indonesia, disebutkan masuk ke Jepang sejak abad ke-7. Di masa itu, KOTO dimainkan sebagai salah satu bagian musik Istana. Formasi KOTO yang dimainkan sebagai alat musik tunggal, tanpa iringan alat musik lain, menjadi populer di masyarakat sejak abad 17. Pada abad 17 lahir maestro KOTO dan pencipta “HACHIDAN”(delapan babak)”dan “MIDARE” (lagu berirama lepas) YATSUHASHI KENGYO. Ia menciptakan pakem dasar untuk SOKYOKU (lagu-lagu KOTO).

Pada dasarnya musik tradisional Jepang memiliki 5 tangga nada, kurang 2 tangga nada dibandingkan dengan musik barat yang mempunyai 7 tangga nada “do re mi fa so la si”. Namun, musik Jepang tradisional juga menyerap beragam tangga nada lainnya sehingga menghasilkan irama yang sangat berbelit. Dasar-dasar musik istana atau musik aristokrat diciptakan dengan menggunakan nada “do re mi so la” atau “re mi so la si”. Cara ini disebut “YO-ONKAI” yang memiliki nada yang relatif riang. Sedangkan YATSUHASHI KENGYO membuat “HIRAJOSHI” atau nada datar yang di dalam tangga nadanya menggunakan “mi fa la si do” yang di antaranya ada semitone sebagai nada dasar. Nada ini disebut “IN-ONKAI” yang lebih sendu dan menggugah emosi sehingga masyarakat Jepang di jaman itu kerap terharu mendengarkan nada ini. Setelah YATSUHASHI KENGYO memperkenalkan “HIRAJOSHI”, SOKYOKU sangat berkembang dan dicintai sehingga diakui sebagai musik rakyat Jepang.

YATSUHASHI KENGYO bisa disebut sebagai pencipta SOKYOKU dan meninggal dunia pada tahun 1685. Jika kita menengok ke negara barat, Bach, yang dikenal sebagai pencipta musik barat lahir pada tahun saat YATSUHASHI KENGYO meninggal.

Seputar alat musik KOTO

Bagian badan terbuat dari “KIRI” atau kayu paulownia yang dilubangi bagian dalamnya. KOTO memiliki 13 dawai. Karena KOTO menggunakan 5 tangga nada maka dengan 13 dawai biasanya KOTO dapat menghasilkan sekitar 2.5 oktaf. Antara bagian badan dan dawai ada “JI” sebagai penyangga dawai. Jika “JI’ digeser maka hasil suara pun berubah. Mengatur nada (tuning), yang merupakan persiapan dasar untuk permainan Koto, juga dilakukan dengan menggeser posisi “JI”. Selain “HIRAJOSHI”, ada berbagai aturan nada(tuning) yang dikembangkan dari “HIRAJOSHI”.

Dengan menggunakan tangan kiri yang menekan dan menarik dawai, tangga nada dapat berubah atau pun menghasilkan suara bernuansa vibrato. Pada awalnya dawai dibuat dari sutera, tetapi zaman sekarang dawai juga menggunakan bahan lain seperti bahan sintetis. Pemain dapat menggunakan “TSUME” atau kuku palsu untuk 3 jari di tangan kanan. Pada dasarnya KOTO dimainkan dengan menggunakan “TSUME” yang terkadang digunakan pada jari lain atau pun pada jari-jari di tangan kiri. Di dalam lagu SOKYOKU terkadang ada juga suara nyanyian.

KOTO memang dimainkan bukan untuk mengiringi nyanyian, tetapi suara nyanyian juga dianggap sebagai salah satu jenis alat musik. Dalam artian, alat musik dan suara sama-sama dianggap berperan penting untuk menghasilkan musik. Di Jepang, sejak zaman dahulu hingga saat ini KOTO sering diibaratkan sebagai “RYU” atau “Naga” sehingga bagian-bagian alat musik ini juga dinamai “RYUKAKU” (tanduk Naga), “RYUKOU” (mulut Naga), “RYUBI” (ekor Naga), dll. Di berbagai negara di Asia, naga dihormati seperti dewa dan dianggap sebagai mahluk mitos spiritual tinggi. Dengan demikian bisa dibayangkan bila KOTO juga sangat dicintai oleh masyarakat Jepang.

Seputar alat musik SHAMISEN

Orang Jepang kerap tergetar ketika melihat bentuk SHAMISEN yang sangat indah, bahkan ada yang berkata bahwa bentuk ini terinspirasi dari bentuk tubuh wanita. SHAMISEN mempunyai 3 dawai dengan ketebalan berbeda. Dawai yang paling tebal menghasilkan suara yang paling rendah dan dawai yang paling tipis menghasilkan suara yang paling tinggi.

Di antara bagian badan dan dawai ada “KOMA” untuk menghasilkan suara SHAMISEN. Waktu memainkan SHAMISEN kita harus memegang BACHI-pemetik dawai-dengan tangan kanan, dan menyapu dawai dari arah atas ke bawah atau dari arah bawah ke atas dengan ujung BACHI sehingga mengeluarkan suara. SAO yang panjang ini adalah bagian penampang kayu (fingerboard/neck) yang dipegang oleh tangan kiri. Pada bagian SAO tidak ada tanda untuk menunjukkan posisi tempat pegangan, tidak seperti gitar yang mempunyai fret. Pemain dapat menghasilkan suara SHAMISEN yang tepat dengan mengandalkan intuisi serta pendengaran yang dihasilkan dari pengalamannya. Bagian yang dipegang untuk menghasilkan suatu nada di dalam SAO ini disebut “TSUBO” atau “KANDOKORO”. Dengan tangan kiri pemain bukan hanya menekan dawai, tetapi juga menjepit dan meluncurkan jari serta menggoyangnya untuk merubah nada. Cara lain adalah dengan mengetuk dan memetiknya.

SHAMISEN terbuat dari “KOBOKU” atau ”Red Sanders” sejenis kayu yang sangat keras berasal dari India Selatan untuk menahan kuku pemain yang mencengkeram kuat. Dawai terbuat dari sutra dan “DO” (bagian badan) dibuat dari kulit binatang. Memang hampir semua alat musik tradisional Jepang seperti SHAMISEN dibuat dari bahan-bahan alami. SHAMISEN yang dimainkan menggunakan BACHI (pemetik dawai) berasal dari “SANSHIN”, alat musik tradisional daerah OKINAWA (daerah paling selatan di Jepang) yang menggunakan kulit ular. Pada abad 16 SANSHIN sudah populer di OKINAWA dan bentuk ini berkembang menjadi SHAMISEN khas Jepang yang dikenal saat ini. SHAMISEN tidak seperti KOTO yang berawal sebagai alat musik istana,yang dimainkan oleh kalangan elit. Dari awal SHAMISEN berkembang sebagai alat musik di antara kalangan rakyat biasa.

Musik SHAMISEN memiliki berbagai genre dan ada beberapa jenis alat SHAMISEN yang ukuran dan ketebalannya berbeda. Genre musik SHAMISEN yang akan dimainkan hari ini termasuk dalam kategori “JIUTA”. Ada jenis musik SHAMISEN yang berkembang sebagai pengiring atau suara efek di teater, tetapi “JIUTA” ini berkembang sebagai musik murni yang dimainkan bersama KOTO atau SHAKUHACHI, alat musik tiup tradisional Jepang. “SANKYOKU” adalah salah satu bentuk musik “ansambel” yang dimainkan menggunakan tiga alat musik tradisional Jepang yaitu SHAMISEN, KOTO dan SHAKUHACHI. Diperlukan waktu cukup lama sampai terlahir ansambel tiga alat musik ini karena masing-masing sudah dikenal masyarakat sebagai alat musik tunggal. Namun demikian, bergabungnya tiga alat musik ini, justru menghasilkan kualitas musik yang lebih kaya dan meluas.

Seputar alat musik SHAKUHACHI

Model SHAKUHACHI (seruling Jepang) yang dikenal masyarakat saat ini disebut “FUKESHAKUHACHI”, berasal dari zaman pertengahan era KAMAKURA. Pada zaman tersebut seorang biksu ZEN bernama Kakushin, belajar di negeri Cina dan mempelajari lagu SHAKUHACHI untuk menyampaikan ajaran FUKE, guru agama Budha aliran ZEN. Kakushin mempelajarinya dari seorang guru Cina, CHOSHIN, dan membawa pulang lagu dan alat musiknya ke Jepang. Sejak itu SHAKUHACHI digunakan sebagai alat penyebaran agama oleh biksu-biksu aliran HOTTOHA RINZAISHU, salah satu bagian dari aliran ZEN. Dari sejarah ini juga bisa diketahui bahwa semua lagu klasik SHAKUHACHI yang disebut “SHAKUHACHI KOTEN HONKYOKU (lagu klasik khusus SHAKUHACHI)” memuat ajaran agama Budha Zen. Ukuran panjang FUKE-CHAKUHACHI adalah kurang-lebih 54cm atau dalam satuan ukuran tradisional Jepang,1 SHAKU 8 SUN. Namun akhir-akhir ini ukuran panjang SHAKUHACHI bervariasi dan nada dasar ditentukan berdasarkan ukuran panjang tersebut.

SHAKUHACHI dibuat dari bambu, di bagian dekat akar, dengan diameter 3.5cm-4,0cm. Ada 5 lubang, 4 di bagian depan dan 1 di bagian belakang. Sisi dalam SHAKUHACHI digosok sampai halus, bahkan belakangan ini bagian dalamnya diolesi SHU-URUSHI (bahan pewarna alam berwarna merah) atau KURO-URUSHI (bahan pewarna alam yang berwarna hitam), agar menghasilkan suara yang halus dan indah. Dulu, bagian mulut SHAKUHACHI dipotong menyerong, tetapi sekarang pada bagian mulut dipasangi tanduk rusa atau kerbau supaya lebih kokoh. SHAKUHACHI merupakan seruling yang dapat menghasilkan warna suara yang bervariasi dan nada suara yang paling sensitif di antara seruling tradisional Jepang, baik seruling tiup samping (horizontal) maupun seruling tiup depan (vertikal). Oleh karena ciri khas itu SHAKUHACHI mempunyai posisi tersendiri di dalam alat musik tradisional Jepang.

Image: 

Category Artikel: 

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Penampilan Taiko

Ciri khas musik tradisional Jepang yang perkembangannya terpaut erat dengan drama, tarian, dan kesenian lain, ialah lebih menonjolnya musik vokalnya daripada musik instrumentalnya. Hampir setiap malam kota-kota besar di Jepang menjadi tuan rumah bagi sejumlah besar pergelaran musik di ruang-ruang konser yang besarnya bervariasi, dari auditorium raksasa yang dapat memuat 2.000 orang sampai ruang-ruang yang lebih akrab dengan 100 kursi. Disamping musik klasik Barat (termasuk opera), konser rock, dan jazz, musik populer Jepang  selalu ramai dikunjungi, sampai penuh (full house). Sementara ini, musik tradisional Jepang masih terus dipergelarkan dan tetap mendapat tempat khusus di hati orang Jepang. Berdampingnya gaya Barat dan gaya tradisional Jepang memberikan dunia musik di Jepang dewasa ini suatu jalinan rumit yang mempesonakan yang tidak terlihat di Negara-negara Barat.

Macam-macam alat musik tradisional Jepang :

1.  Shakuhachi

Shakuhachi merupakan alat musik tradisional Jepang yang berbentuk seruling. Shakuhachi dibuat dari bambu, di bagian dekat akar, dengan diameter 3.5cm-4,0cm. Ada 5 lubang, 4 di bagian depan dan 1 di bagian belakang. Sisi dalam Shakuhachi digosok sampai halus, bahkan belakangan ini bagian dalamnya diolesi Shu-urushi (bahan pewarna alam berwarna merah) atau Kuro-urushi (bahan pewarna alam yang berwarna hitam), agar menghasilkan suara yang halus dan indah. Dulu, bagian mulut shakuhachi dipotong menyerong, tetapi sekarang pada bagian mulut dipasangi tanduk rusa atau kerbau supaya lebih kokoh. Shakuhachi merupakan seruling yang dapat menghasilkan warna suara yang bervariasi dan nada suara yang paling sensitif di antara seruling tradisional Jepang, baik seruling tiup samping (horizontal) maupun seruling tiup depan (vertikal). Oleh karena ciri khas itu Shakuhachi mempunyai posisi tersendiri di dalam alat musik tradisional Jepang.

             2. Shamisen

Shamisen adalah alat musik dawai asal Jepang yang memiliki tiga senar, dan dipetik menggunakan sejenis pick yang disebut bachi. Bentuk badan shamisen (disebut dō) dibuat dari kayu, berbentuk segiempat dengan keempat sudut yang sedikit melengkung. Bagian depan dan belakang dilapisi kulit hewan yang berfungsi memperkeras suara senar. Kulit pelapis shamisen adalah kulit bagian perut kucing betina yang belum pernah kawin. Sedangkan shamisen kualitas biasa dibuat dari kulit bagian punggung dari anjing. Shamisen yang dibuat kulit imitasi memiliki kualitas suara yang tidak bagus sehingga kurang populer.

Panjang shamisen hampir sama dengan gitar tapi leher (sao) lebih langsing dan tanpa fret. Leher shamisen ada yang terdiri dari 3 bagian agar mudah dibawa-bawa dan disimpan. Leher shamisen yang utuh dan tidak bisa dilepas-lepas disebut leher nobezao. Sutra merupakan bahan baku senar untuk shamisen. Tsugaru-jamisen yang berasal dari daerah Tsugaru ada yang memakai senar dari serat nilon atau tetoron. Senar secara berurutan dari kiri ke kanan (dari senar yang paling tebal) disebut sebagai ichi no ito (senar pertama), ni no ito (senar kedua), dan san no ito (senar ketiga).

                3.  Taiko

Taiko adalah alat musik tradisional Jepang yang berbentuk drum. Kata taiko berarti "drum besar" dalam bahasa Jepang. Di luar Jepang, kata ini digunakan untuk merujuk kepada berbagai jenis drum Jepang dan kepada bentuk seni yang relatif belakangan dalam bentuk ansambel menabuh drum (kadang-kadang lebih khusus disebut, "kumi-daiko". 

Nagado-daiko (taiko yang berbadan panjang) terdiri atas dua potong kulit sapi yang dibentangkan di atas sebuah kerangka kayu (biasanya diukir dari satu potong kayu, kini sering dibuat dari sisa-sisa sebuah gentong kayu) dan diregangkan. Kepala dari tsukeshime-daiko (seringkali disingkat menjadi, "shime-daiko" atau "shime" saja) dibentangkan di atas cincin-cincin besi dan dijepit di sekitar badan yang lebih kecil. Tali tsukeshime-daiko ditarik hingga ketat sebelum digunakan setiap kalinya. Okedo-daiko (taiko berbadan gentong, seringkali disingkat menjadi "okedo" atau "oke") dapat dipasang di atas sebuah dudukan dan dimainkan seperti taiko lainnya, tapi biasanya digantungkan melintang ke bahu sehingga si pemain drum dapat berjalan dan sekaligus juga memainkannya. Taiko Jepang lainnya mencakup uchiwa-daiko (taiko kipas), hira-daiko (taiko datar), o-daiko (taiko besar), dan serangkaian instrumen tabuh lainnya dalam ansambel tradisional Jepang noh, gagaku, dan kabuki. 

Drum okedo-daiko merentang dari yang kecil dan mudah dibawa, hingga drum yang paling besar dari semua drum Jepang. Berbeda dengan nagado, drum ini dapat dibuat dalam berbagai ukuran, namun tidak dalam segala ukuran mengingat konstruksi kayu stavenya. Wilayah Aomori terkenal akan festival Nebuta. Di sini okedo besar dimainkan oleh banyak orang sambil dibawa dengan kereta sepanjang jalan. Okedo mempunyai penopang betta-nya sendiri yang diciptakan oleh Hayashi Eitetsu. 

Selain itu, seperti nagado-daiko, okedo mempunyai suara pinggiran yang disebut "ka." Namun, ketika memainkan pinggiran sebuah okedo, penting bagi pemain untuk memukul hanya bagian yang palin luar dari cincin metalnya dan bukan pinggiran dari tubuh drum itu sendiri. Kayu tipis dan ringan dari okedo khususnya mudah penyok dan akan cepat menurun kondisinya bila dipukul. 

                4. Koto

Koto adalah alat musik yang menyerupai kecapi di Indonesia, disebutkan masuk ke Jepang sejak abad ke-7. Di masa itu, Koto dimainkan sebagai salah satu bagian musik Istana. Formasi Koto yang dimainkan sebagai alat musik tunggal, tanpa iringan alat musik lain, menjadi populer di masyarakat sejak abad 17.

Bagian badan terbuat dari “Kiri” atau kayu paulownia yang dilubangi bagian dalamnya. Koto memiliki 13 dawai karena Koto menggunakan 5 tangga nada maka dengan 13 dawai biasanya Koto dapat menghasilkan sekitar 2.5 oktaf. Antara bagian badan dan dawai ada “Ji” sebagai penyangga dawai. Jika “Ji’ digeser maka hasil suara pun berubah. Mengatur nada (tuning), yang merupakan persiapan dasar untuk permainan Koto, juga dilakukan dengan menggeser posisi “Ji”. Selain “Hirajoshi”, ada berbagai aturan nada (tuning) yang dikembangkan dari “Hirajoshi”.

Dengan menggunakan tangan kiri yang menekan dan menarik dawai, tangga nada dapat berubah atau pun menghasilkan suara bernuansa vibrato. Pada awalnya dawai dibuat dari sutera, tetapi zaman sekarang dawai juga menggunakan bahan lain seperti bahan sintetis. Pemain dapat menggunakan “Tsume” atau kuku palsu untuk 3 jari di tangan kanan. Pada dasarnya Koto dimainkan dengan menggunakan “Tsume” yang terkadang digunakan pada jari lain atau pun pada jari-jari di tangan kiri. Di dalam lagu Sokyoku terkadang ada juga suara nyanyian.

Koto memang dimainkan bukan untuk mengiringi nyanyian, tetapi suara nyanyian juga dianggap sebagai salah satu jenis alat musik. Dalam artian, alat musik dan suara sama-sama dianggap berperan penting untuk menghasilkan musik. Di Jepang, sejak zaman dahulu hingga saat ini Koto sering diibaratkan sebagai “Ryu” atau “Naga” sehingga bagian-bagian alat musik ini juga dinamai “Ryukaku” (tanduk Naga), “Ryukou” (mulut Naga), “Ryubi” (ekor Naga), dll. Di berbagai negara di Asia, naga dihormati seperti dewa dan dianggap sebagai mahluk mitos spiritual tinggi. Dengan demikian bisa dibayangkan bila Koto juga sangat dicintai oleh masyarakat Jepang.

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA