Tuliskan sikap solidaritas remaja yang dapat kamu lakukan di tengah tengah masyarakat majemuk

Solidaritas sosial tumbuh di level individu dan masyarakat lokal sesuai kearifan lokal masing-masing. Dengan solidaritas sosial tersebut, masyarakat pada akhirnya rela untuk menaati iimbauan pemerintah dan menyumbangkan sebagian kemampuannya untuk menolong sesama demi kebaikan bersama.

Demikian beberapa butir kesimpulan dari Serial Diskusi bertajuk Bangkitnya Solidaritas Sosial di Tengah Covid-19. Diskusi yang diselenggarakan Fisipol UGM melalui media daring berlangsung hari Senin (13/4), dengan narasumber Dr. Arie Sudjito dan Fina Itriyati, M.A dan moderator Gilang Desti Parahita, S.IP., M.A. 

Terlepas dari sejauh mana efektifitas intervensi pemerintah dalam menghadapi krisis Covid-19, tumbuhnya solidaritas sosial di masyarakat ini berhubungan erat dengan karakter yang dimiliki masyarakat lokal. Meski begitu, intervensi pemerintah tetap diperlukan agar solidaritas sosial dapat berlangsung lebih panjang, sebab belum bisa diprediksi sampai kapan krisis ini akan berakhir.

Arie Sudjito berpendapat solidaritas sosial yang ditunjukan saat menghadapi pandemi Covid-19, antara lain inisiasi masyarakat di level komunitas untuk melakukan perlindungan diri, baik terkait soal kesehatan, keamanan dan kenyamanan yang bertajuk “lock down komunitas”. Mereka secara bersama melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan, membagi masker, hand sanitizer, kampanye stay at home, isolasi keluarga dan lain-lain.

Belum lagi gerakan kemanusiaan berbasis sosial ekonomi, mulai dari charity sampai dengan jaminan sosial warga, berupa bantuan makanan, subsidi kelompok rentan, solidaritas pemotongan gaji dan lain-lain, dan kampanye literasi sosial diantaranya peduli sehat dan solidaritas membantu korban.

Arie mengakui persoalan pandemi Covid-19 bukan saja persoalan kesehatan, namun juga berdampak secara sosial. Disitu ada ketegangan, kecurigaan, ketidakpercayaan, juga persoalan kemerosotan ekonomi yang melahirkan kesenjangan sosial yang sangat berpotensi memunculkan konflik kekerasan, dan kriminalitas. Sementara sebagian masyarakat lain masih ada yang menerjemahkan physical and social distancing ini secara berlebihan sehingga memunculkan provokasi dan menciptakan eksklusi sosial hingga ada peristiwa penolakan pemakaman, penutupan akses dan tindakan yang kontraproduktif lainnya.

“Solidaritas sosial akibat Covid-19 ini secara spontan entah mereka melihat dari televisi dan media sosial lain yang kaitannya dengan perlindungan diri terkait kesehatan. Jadi, kalau di pemerintah membuat PSBB maka di tingkat lokal mereka membuat perlindungan diri, dengan bersih lingkungan memberikan hand sanitizer, tidak lagi menunggu. Penjahit-penjahit pun kemudian membuat masker, membuat slogan ajakan stay at home dan itu merupakan ajakan yang nampak," ucapnya.

Ia menjelaskan karakter bencana Covid-19 saat ini berbeda dengan bencana-bencana sebelumnya seperti erupsi gunung berapi atau gempa. Jika bencana seperti gempa di Bantul beberapa tahun lalu solidaritas masyarakat bisa dilakukan secara massal dengan bergotong royong membantu secara material dan tenaga maka saat pandemi Covid masyarakat dituntut dengan cara-cara yang cerdas.

“Di Covid-19 ini, membangun solidaritas bukan semata-mata grudukan massal, di bencana kali ini caranya harus tepat. Seperti ajakan yang dilakukan Didi Kempot dan Sobat Ambyar belum lama ini, cara-cara seperti ini mendapat respons yang positif hingga berhasil mengumpulkan donasi sekitar 6,5 miliar. Ini ikon masyarakat kontemporer ketika lagu sebagai salah satu cara membangun solidaritas," jelasnya.

Menurutnya, negara mungkin sedang merumuskan dan menjalankan apa yang sedang disepakati bersama saat ini, tetapi perlu kiranya mempertimbangkan hal-hal positif yang telah terjadi dengan solidaritas masyarakat akhir-akhir ini. Banyak pengetahuan lokal tentang pertahanan diri baik yang positif maupun negatif bisa menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan. 

“Saya kira agenda kedepan penguatan masyarakat sipil dengan edukasi sehat, literasi informasi dan care untuk kemanusiaan menjadi pelajaran penting untuk selalu dikembangkan," imbuhnya.

Itriyani menambahkan jika dibandingkan negara-negara lain, masyarakat Indonesia memiliki kultur gotong royong yang kuat karena kultur kolektivitas interdependensi masyarakat bisa secara spontan bahu membahu saling membantu untuk saudara-saudaranya yang terdampak secara sosial ekonomi akibat Covid-19 ini. Bantuan-bantuan tersebut bisa berkaitan dengan kesehatan, material, bahan pokok dan sebagainya.

“Negara lain akan beda tantangannya karena individualized society, kultur gotong royong susah untuk diorganisasikan. Oleh karena itu, solidaritas sosial inisiasi masyarakat ini dapat dibangun di level nasional dengan mengandalkan kerja sama antar komunitas masyarakat, maupun lembaga-lembaga yang memiliki resources," tambahnya.

Sementara terkait penolakan pemakaman akibat Covid-19 ini, menurutnya, hal itu disebabkan karena masyarakat tidak memiliki pengetahuan yang lengkap. Oleh karena itu, edukasi yang komplet perlu dimulai dengan awardness dan kesiapsiagaan masyarakat.

“Mereka saya kira perlu dipersiapkan untuk menghadapi masalah yang unik dan kasuistik," terangnya.

Penulis : Agung Nugroho
Foto: Tirto.id

Kelas VII SMP 56

C. Solidaritas dalam Masyarakat Majemuk

Kegiatan 4 Belajar dari Cerita Baca cerita ini dan jawab beberapa pertanyaan di bawah ini: 1. Apa yang menjadi inti cerita ini? 2. Apa kaitan cerita ini dengan topik membangun solidaritas dalam masyarakat majemuk? 3. Jika kamu adalah tokoh dalam cerita itu, bagaimana sikapmu? Ada kisah nyata tentang biarawati di Filipina yang disandera oleh tentara MILF yang beraliran Islam. Kesehariannya, suster ini memimpin retret. Di Filipina ada kebiasaan untuk melakukan retret setidaknya setahun sekali. Dalam retret ini biasanya sang suster membimbing peserta untuk menelusuri kepahitan-kepahitan yang tersimpan di bawah alam sadar, lalu berdamai dengannya. Suatu hari suster ini ditangkap oleh tentara MILF. Selama dalam penyekapan, suster ini dilayani oleh seorang perempuan muslim. Beberapa hari kemudian, suster ini dilepaskan dan kembali ke susteran. Suatu kali terjadi pertempuran antara tentara pemerintah Filipina dan tentara MILF. Banyak orang dari kalangan MILF yang tertangkap. Suster mendengar kabar bahwa perempuan muslim yang melayaninya selama disandera juga ikut tertangkap dan ditahan di markas militer. Suster memutuskan untuk mengunjungi perempuan ini. Usai perkunjungan sang Suster bertekad untuk mengeluarkan perempuan ini dari tahanan. Maka dia melakukan upaya pelepasan. Ternyata hal itu tidak mudah. Dia harus meyakinkan banyak pihak mulai dari level terendah sampai tertinggi. Akhirnya, kerja kerasnya membuahkan hasil. Militer mengizinkan perempuan ini dikeluarkan dari tahanan, tapi dengan syarat sang suster harus menjadi pengawasnya dan penjamin tidak akan kabur. Tiap minggu, suster harus mengantar perempuan ini untuk melapor ke markas militer. Suster setuju. Suster mengajak perempuan muslim ini ke susteran. Namun timbul masalah. Tidak ada kamar kosong di susteran. Maka mau tak mau suster harus berbagi kamar dengan perempuan muslim ini. Mereka pun tidur sekamar berdua. Keesokan pagi, suster bertanya pada perempuan muslim ini.“Apakah kamu bisa tidur nyenyak semalam?” “Saya tidak bisa tidur,” aku perempuan muslim.“Mengapa?” tanya suster heran. “Karena saya merasa takut suster akan membalas dendam dan membunuh saya dengan diam-diam,” kata perempuan muslim terus terang. 57 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti “Sejujurnya, saya juga tidak bisa tidur semalam,” kata suster.“Mengapa?” tanya perempuan muslim. “Sama sepertimu, saya juga takut dibunuh olehmu.” Disadur dari Kompasiana ditulis oleh Purnawan Kristanto, diunduh 30 Januari 2013 Kecurigaan dan kebencian terhadap agama lain yang ditanamkan sejak kecil, ternyata mengendap di alam sadar seseorang. Hal ini menjadi beban bagi orang tersebut. Pada saat-saat tertentu beban ini muncul secara tak terduga. Itulah yang terjadi pada suster dan perempuan muslim ini. Alam sadar mereka mengatakan bahwa dua orang ini sudah berteman. Namun tiba- tiba alam bawah sadar mereka muncul secara tak terduga. Apakah kamu juga pernah memiliki ketakutan atau ketidaksukaan terhadap orang atau teman dari latar belakang budaya, suku dan agama yang berbeda? Memang tidak mudah untuk berpikir positif dan membangun solidaritas dengan sesama yang berbeda latar belakang dengan kita. Apalagi jika sejak kecil sudah ditanamkan rasa curiga dan kebencian terhadap mereka yang berbeda dengan kita. Namun, kamu harus mengubah cara berpikirmu, apalagi sebagai orang Indonesia yang memang hidup dalam masyarakat majemuk. Kita terpanggil untuk peduli dan solider pada sesama tanpa memandang perbedaan latar belakang. Hukum kasih yang diajarkan Yesus harusnya menjadi pedoman hidup kita untuk peduli, mengasihi dan menunjukkan solidaritas kita pada sesama tanpa memandang berbagai perbedaan suku, budaya dan agama. Kegiatan 5 Mendalami Topik Kitab Mazmur 133 berbicara tentang persaudaraan yang rukun. Alangkah indahnya jika semua orang dari berbagai latar belakang yang berbeda dapat hidup bersama-sama dengan rukun. Pemazmur melihat bahwa kehidupan yang rukun akan membawa kebahagiaan dan ketenteraman, sebaliknya kehidupan yang kacau dan penuh pertikaian membawa kepada penderitaan. Apa yang tertulis dalam kitab Mazmur memang indah, namun dalam kenyataannya, semua tidak bisa tercipta dengan sendirinya. Apalagi di negara kita isu-isu mengenai perbedaan suku dan agama sering dijadikan alasan timbulnya konlik dan kekerasan. Ada berbagai peristiwa dimana terjadi amuk massa yang disebabkan karena salah pengertian kemudian dikaitkan dengan perbedaan suku dan agama. Akar dari semua peristiwa itu karena masyarakat tidak terlatih untuk membangun solidaritas di tengah perbedaan yang ada. Ataupun karena sebagian orang sudah terlanjur memiliki prasangka buruk terhadap orang lain yang berbeda agama dan suku, apalagi berbeda kelas sosial antara yang kaya dengan yang miskin. Ada juga yang berpikir, mengapa harus saya yang mulai memikirkan mengenai solidaritas dan kebersamaan? Mengapa bukan pihak lain dulu baru saya menanggapinya? Atau selama ini saya membangun pemikiran dan sikap positif terhadap mereka yang berbeda dengan saya, tetapi mereka tidak pernah berubah, tetap bersikap tidak baik terhadap saya, jadi mengapa saya harus bersikap baik, toh tidak ada gunanya. Kelas VII SMP 58 Pemikiran-pemikiran seperti ini keliru. Ketika kamu belajar tentang nilai-nilai Kristiani, kamu akan mengerti bahwa tiap orang Kristen terpanggil untuk mewujudkan nilai-nilai kebaikan, kebenaran dan keadilan dalam hidupnya sebagaimana tercantum dalam buah Roh Galatia 5:22. Jadi, kebaikan yang kamu lakukan tidak boleh berpatokan pada apa yang dilakukan oleh orang lain terhadapmu, melainkan kamu harus proaktif atau terlebih dahulu mengambil inisiatif untuk “berbuat”. Semua harus datang dari dalam hatimu dan merupakan keputusan hati nuranimu. Sebagai remaja, justru inilah saat yang paling penting untuk belajar dan menumbuhkan sikap dan tindakan solidaritas sebagai kebiasaan yang kamu lakukan dalam hidupmu. Semua yang kamu lakukan merupakan wujud jawaban dan tanggung jawabmu sebagai remaja Kristen yang telah dikasihi dan diselamatkan oleh Allah di dalam Yesus Kristus. Kamu dan semua orang beriman diminta untuk mengasihi sesama manusia tanpa kecuali. Bentuk-bentuk solidaritas di tengah masyarakat majemuk yang dapat kamu wujudkan sebagai remaja, antara lain: • Menghargai teman dan orang lain meskipun mereka berbeda denganmu. • Menghargai penganut agama lain dan semua aturan agamanya termasuk ibadahnya. • Berteman dengan seseorang tanpa memandang perbedaan yang ada. • Dapat bekerja sama dan menolong teman dan sesama tanpa memandang perbedaan agama, suku dan status sosial kaya ataupun miskin. Kamu dapat menambahkan bentuk-bentuk solidaritas lainnya yang kamu ketahui maupun yang sudah dipraktikkan dalam tindakan sehari-hari. Kegiatan 6 Berbagi Pengalaman Kamu dapat berbagi pengalaman dengan teman-teman mengenai bagaimana hidup bersama dalam masyarakat yang beragam. Jika dalam keluargamu ada kemajemukan dari segi suku, budaya, agama maupun kebangsaan, kamu dapat berbagi cerita dengan teman-teman dan guru mu. Ceritakan bagaimana kamu dan keluargamu membangun kebersamaan di tengah berbagai perbedaan yang ada. Kamu juga dapat berbagi cerita mengenai bagaimana masyarakat sekitar atau jemaat di gerejamu membangun kebersamaan dalam perbedaan. Guru akan memandumu dalam kegiatan ini. Kegiatan 7 Merancang Proyek Solidaritas Kamu dan teman-teman sekelasmu dapat merancang kegiatan untuk menunjukkan solidaritas dalam masyarakat majemuk. Sesuaikan jenis kegiatan dengan situasi dan kondisi di sekolah dan daerahmu. Misalnya seperti contoh berikut ini: 59 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 1. Membersihkan rumah ibadah agama lain bersama teman-temanmu dari berbagai agama. 2. Mengunjungi orang-orang jompo atau keluarga yang kurang mampu dari berbagai agama dan memberi bantuan sesuai kemampuanmu. 3. Mengunjungi rumah ibadah secara bergiliran dan beramah tamah dengan pimpinan rumah ibadah setempat. Rangkuman Berdoa dan Bernyanyi Tugas Baca Kitab 1 Samuel pasal 20 yang akan dibahas pada pertemuan berikut. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk, itu merupakan kenyataan yang harus diterima dan disyukuri oleh semua elemen bangsa. Sebagai remaja Kristen kamu dapat belajar menghargai berbagai perbedaan yang ada dan belajar untuk membangun solidaritas bagi sesama teman maupun masyarakat yang berbeda denganmu. Kamu dapat mewujudkan solidaritas dalam ketulusan dan bukan kepura- puraan, terutama dengan mengacu pada hukum kasih yang mensyaratkan tiap orang beriman mengasihi sesama tanpa kecuali. Kamu tidak dapat mengatakan bahwa kamu mengasihi Tuhan jika kamu tidak mengasihi sesamamu. Kelas VII SMP 60 Hati Nurani: Memilih yang Benar Bahan Alkitab: 1 Samuel 20 dan Markus 7:21-23 10 Bab 61 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Berdoa dan Bernyanyi A. Pengantar Apa itu hati nurani? Menurut Prof.K.Bertens, hati nurani adalah “instansi” atau bagian dalam diri manusia yang menilai perbuatan manusia baik atau buruk. Hati nurani erat kaitannya dengan moral. Hati nurani manusia adalah kedalaman termurni dari jiwa manusia. Kamu pernah mendengar ungkapan “dengarkanlah suara hati nuranimu.” Orang-orang yang berpijak pada logika semata-mata biasanya cenderung mengabaikan hati nurani karena menurut mereka hati nurani hanya dipandu oleh emosi atau perasaan semata dan yang lebih utama dalam hidup manusia adalah mengandalkan pikiran mind atau kecerdasan otak. Menurut Prof.K.Bertens, hati nurani juga berisi kesadaran, dengan demikian, hati nurani tentu saja mengandung unsur logika. Jadi, tidak benar kalau hati nurani hanya dipandu oleh emosi atau perasaan. Hati nurani memandu kita dalam setiap tindakan hidup. Pernahkah kamu merasakan hal ini: kamu berbohong dan menyangkal apa yang telah kamu lakukan, tetapi kemudian ada suara dari dalam dirimu yang mengingatkan bahwa kamu telah berbohong dan suara itu terus mengikutimu. Seringkali manusia melakukan kesalahan dan tidak ada seorang pun yang tahu, kemudian berusaha melupakannya dan menganggap itu tidak pernah ada atau terjadi, tetapi ada suara dari dalam dirinya yang akan selalu mengingatkan tentang kesalahan itu. Pembahasan mengenai hati nurani memotivasi kamu untuk tergerak mengevaluasi dan membaharui dirimu berdasarkan panduan hati nurani.

B. Peran Hati Nurani

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA