Yang bertanggung jawab menyatukan seluruh kekuatan dari berbagai komponen drama adalah

commit to user 28 individu sebagai pencipta karya. Teater tradisional didasarkan pada intuisi para pemainnya. Ciri penting yang lain dalam teater tradisional yaitu konsep pertunjukan yang multi media ekspresi yang terpadu. Berdasarkan uraian di depan, dapat dipahami bahwa ketoprak merupakan salah satu kesenian tradisional teater rakyat yang lahir dan berkembang di Jawa Tengah yang mengetengahkan cerita-cerita kehidupan rakyat, juga sering berupa cerita legenda, dipadukan dengan unsur tarian, tembang, dan iringan musik.

5. Unsur-unsur Teater

Teater merupakan seni pertunjukan yang sangat kompleks yang di dalamnya terjadi perkawinan antara beberapa unsur. Unsur-unsur jalin-menjalin membentuk satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Unsur pelaku sebagai unsur utama ditopang dengan unsur benda, suara, dan ruang sebagai penopangnya dan dijalin oleh sebuah cerita sehingga terwujudlah sajian dalam bentuk seni pertunjukan. Semua unsur ini tidak dapat dilepaskan salah satu karena akan menciderai nilai pertunjukan dalam teater sendiri. Unsur pelaku di dalam pertunjukan drama ada beberapa macam. Di sana ada pemain, sutradara, kru panggung, bahkan penonton. Ada pula unsur penopang yang berupa panggung, tata busana, musik, tata cahaya, dan tata rias. Kedua unsur tersebut dirangkai oleh cerita dan bersama-sama membangun cerita sehingga terjadilah sebuah pertunjukan teater secara lengkap, yaitu sebuah pertunjukan yang menceritakan commit to user 29 kehidupan manusia di atas panggung yang diperankan oleh pelaku dengan berbagai unsur penunjangnya dan disaksikan oleh penonton. Untuk memperjelas dan mempertegas pendapat tersebut, ada baiknya diuraikan satu per satu unsur secara terpisah. Namun, perlu kiranya diuraikan definisi teater yang berkaitan dengan hal tersebut. Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya seni suara, bunyi, dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan kehidupan manusia. Dari pengertian tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa unsur-unsur teater yaitu 1 tubuh atau manusia sebagai unsur utama pemeranpelakupemain; 2 gerak sebagai unsur penunjang; 3 suara sebagai unsur penunjang kata; 4 bunyi sebagai unsur penunjang bunyi benda, efek, dan musik; 5 rupa sebagai unsur penunjang cahaya, rias, kostum, dan properti; dan 6 lakon sebagai unsur penjalin cerita, noncerita, fiksi, dan narasi. Sedikit berbeda dengan pernyataan tersebut, Hasanuddin W.S. 2009: 171 mengatakan bahwa unsur-unsur drama dalam kaitannya dengan seni pertunjukan dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu 1 unsur utama, terdiri dari sutradara, pemain, teknisi pekerja panggung, dan penonton, serta 2 sarana pendukung, yang terdiri dari pentas dan komposisinya, kostum busana, tata rias, pencahayaan, serta tata suara dan ilustrasi musik. Perbedaan yang mencolok dalam dua pendapat di atas tampak dalam unsur cerita atau lakon yang tidak disebutkan dalam pendapat kedua. Hasanuddin W.S. kurang mencermati adanya unsur cerita sebagai penjalin di antara unsur-unsur yang commit to user 30 ada. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ada tiga unsur penting dalam teater, yaitu manusia sebagai unsur utama, benda sebagai unsur penunjang, dan lakon sebagai unsur penjalin. a. Pemain Secara teknis, sebuah pertunjukan teater dimulai dari cerita yang disodorkan oleh sutradara kepada pemain dan kru panggung. Kru panggung menyiapkan segala kebutuhan fisik dalam pementasan, sedangkan pemain bertugas menyampaikan cerita kepada penonton. Untuk mentransformasikan cerita di atas panggung, pemain harus mampu menghidupkan tokoh dalam cerita lakon menjadi sosok yang nyata. Di dalam teater, perwujudan tokoh tersebut biasa disebut dengan karakter. Harymawan 1993: 25 menyebut karakter sebagai tokoh yang hidup, bukan mati. Di dalam menghidupkan karakter ini, tokoh dibekali dengan sifat-sifat karakteristik yang tiga dimensional, yaitu a dimensi fisiologis, yang berkaitan dengan usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dan sebagainya; b dimensi sosiologis, berupa status sosial, pekerjaan atau jabatan, pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup dan agama, suku bangsa, dan sebagainya; dan c dimensi psikologis, yaitu latar belakang kejiwaan yang meliputi mentalitas, sikap dan kelakukan, serta IQ atau kecerdasan. Dimensi-dimensi tersebut diperlukan juga dalam pemilihan pemain atau yang dikenal dengan istilah casting. Dalam hal ini, seorang sutradara tentu sangat mempertimbangkan ketiga dimensi tersebut. Tujuannya adalah mendapatkan pemain commit to user 31 yang sesuai dengan kebutuhan cerita atau naskah didasarkan pada penafsiran sutradara. Tahapan setelah pemain terpilih yaitu berlatih memeragakan peranan yang didapatkan. Tahapan-tahapan latihan aktor ini sangat banyak. Pada intinya, seorang aktor harus memiliki tubuh yang kuat, suara yang keras, dan rasa yang peka. Metode- metode pelatihan dalam teater pun tidak pernah jauh dari hal-hal tersebut. Menurut Edward A. Wright dalam Herman J. Waluyo, 2006: 30 ada lima syarat yang harus dimiliki oleh seorang calon aktor, yaitu 1 sensitif, yaitu mudah memahami aktor yang akan diperankan; 2 sensibel, yaitu sadar akan yang baik dan yang buruk; 3 kualitas personal yang memadai; 4 daya imajinasi yang kuat; dan 5 stamina fisik dan mental yang baik. Kelima hal tersebut harus disertai lima macam daya kepekaan yaitu 1 kepekaan mudah mengerti akan ekpresi mimik; 2 kepekaan terhadap suasana pentas; 3 kepekaan terhadap penonton; 4 kepekaan terhadap suasana; dan 5 ketepatan proporsi peran yang dibawakan tidak lebih dan tidak kurang. Pendapat di atas menekankan pentingnya penjiwaan dalam bermain peran. Seorang pemain tidak hanya dituntut mampu mengucapkan kata-kata dengan intonasi dan gaya yang tepat, tetapi lebih dari itu adalah kekuatan dari dalam diri aktorlah yang menentukan kualitas seorang pemain. Ikranagara dalam tulisannya yang dirangkum oleh Nandang Aradea 2009: 52 menyebutkan adanya dua unsur dalam akting, yaitu 1 peran yang dimasukkan dalam diri dan unsur ini tidak tampak sebab berada di dalam diri seorang aktor dan 2 unsur yang tampak dan terdengar. Kedua commit to user 32 unsur tersebut harus ada pada diri pemain agar dapat menghasilkan kekuatan bermain yang disebut sebagai “menjelma” dalam tulisan tersebut. Untuk memenuhi dua unsur tersebut, Rendra dan Boleslavsky patut dipadukan dalam diri seorang pemain. Rendra berbicara tentang berbagai teknik dasar keaktoran pemain, sedangkan Boleslavsky memberikan penjelasan tentang pentingnya konsentrasi dalam bermain peran. Rendra dalam bukunya Tentang Bermain Drama 1976 menyebutkan tujuh langkah teknis yang harus dikuasai oleh aktor ketika bermain, yaitu 1 teknik muncul; 2 teknik memberi isi; 3 teknik pengembangan; 4 teknik membina puncak-puncak; 5 teknik timing; 6 tempo permainan; dan 7 bergerak dengan alasan. Sementara itu, Boleslavsky mengutarakan Enam Pelajaran Pertama Seorang Aktor yang merupakan penyempurnaan teori Stanislavsky. Enam hal tersebut yaitu 1 konsentrasi; 2 ingatan emosi; 3 laku dramatis; 4 pembangunan watak; 5 observasi; dan 6 irama. Konsentrasi menjadi kekuatan utama yang ditonjolkan oleh Boleslavsky sebagai modal utama seorang aktor. Kedua tokoh tersebut patut diteladani seorang pemain. Keduanya memberikan pedoman awal bagi aktor dalam menjalankan peranannya di dalam panggung sehingga dapat tampil dengan nyata dan relevan. Didi Petet mengatakan: “Akting adalah suatu seni peran di mana kita bisa menghidupkan sebuah peran yang sesuai dengan kebutuhan saat ini” Nandang Aradea, 2009: 38. Arti menghidupkan memiliki jangkauan makna yang sangat luas dan sulit dilakukan oleh pemain pemula commit to user 33 karena memiliki dimensi hidup dalam dunia yang dibangun sendiri, terpisah dari kehidupan sesungguhnya yang sedang dijalani. Dapat dikatakan bahwa seorang aktor harus bisa melepaskan diri dari dirinya dan menjadi benar-benar orang lain di atas panggung. b. Sutradara Sutradara adalah tokoh sentral dalam sebuah pertunjukan teater. Sutradara merupakan orang yang bertugas mengkoordinasikan segala anasir pertunjukan dari awal sampai akhir. Meskipun peranannya sangat vital, sutradara tergolong hal baru dalam dunia seni pertunjukan. Sutradara baru dikenal bahkan pada sekitar 200 tahun yang lalu. Teater tradisional Indonesia adalah contoh pertunjukan teater yang tidak menggunakan jasa sutradara sebagai penanggung jawab utama pertunjukan, melainkan mengoptimalkan kerja produser. Laku pemain di atas panggung bersifat improvisasi saja. Seorang sutradara harus mengerti dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pementasan. Oleh karena itu, kerja sutradara dimulai sejak merencanakan sebuah pementasan, yaitu menentukan lakon. Setelah itu tugas berikutnya adalah menganalisis lakon, memilih pemain, menentukan bentuk dan gaya pementasan, memahami dan mengatur blocking serta melakukan serangkaian latihan dengan para pemain dan seluruh pekerja artistik hingga karya teater benar-benar siap untuk dipentaskan. commit to user 34 Berdasarkan sejarah kemunculan dan perkembangannya, ada dua teori dalam penyutradaraan, yaitu Teori Gordon Craig dan Teori laissez faire Harymawan, 1993: 64-65. Teori Gordon Craig melukiskan bahwa sutradara adalah seorang pelukis di dalam pementasan. Sutradara mengejawantahkan idenya lewat aktor dan aktris. Dengan demikian, sutradara berlaku sebagai seorang diktator dalam pementasan. Teori laissez faire merupakan kebalikannya. Teori ini menyebutkan bahwa tugas sutradara hanya membantu aktor dan aktris mengekspresikan dirinya dalam lakon, seorang supervisor yang membiarkan aktor dan aktris bebas mengembangkan konsepsi individualnya. Kedua teori tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Maka, Harymawan pun menyebut bahwa sutradara yang baik atau ideal adalah sutradara yang sekaligus menjadi interpretator dan kreator. Sementara itu, cara penyutradaraan yang baik adalah perkawianan antara kedua teori di atas. Sutradara bertanggung jawab menyatukan seluruh kekuatan dari berbagai elemen teater Riantiarno, 2003: 127. Hal ini berkaitan dengan tugas-tugas seorang sutradara. Lanjutnya, ia menyebutkan ada tujuh tugas seorang sutradara, yaitu: a memilih naskah lakon; b memilih pemain dan pekerja artistik; c bekerja sama dengan staf artistik dan nonartistik; d menafsir naskah lakon dan menginformasikannya kepada seluruh pekerja artistik dan nonartistik; e menafsir karakter peranan dan menginformasikannya kepada seluruh pemain; f melatih pemain agar bisa memainkan peranan berdasar tafsir yang sudah dipilih; dan g commit to user 35 mempersatukan seluruh kekuatan dari berbagai elemen teater sehingga menjadi sebuah pergelaran yang bagus, menarik, dan bermakna. Pendapat yang berbeda datang dari Harymawan 1993: 66-79 yang menyebutkan tujuh tugas sutradara sebagai berikut: a menentukan nada dasar; b menentukan casting; c tata dan teknik pentas; d menyusun mise en scene; e menguatkan atau melemahkan scene; f menciptakan aspek-aspek laku; dan g mempengaruhi jiwa pemain. Perbedaan keduanya hanya pada persoalan teknis. Riantiarno menulis berdasarkan pengalamannya sebagai sutradara di Teater Koma, sedangkan Harymawan menuliskannya secara umum sebagai gambaran dasar tentang tugas sutradara. Dalam hal ini, pembagian tugas sutradara menurut Harymawan lebih berterima karena sifatnya yang lebih umum. c. Penonton Penonton menjadi unsur utama dalam teater karena tanpanya apalah artinya sebuah pertunjukan teater. Eric Bentley menyebutkan bahwa ”sesuatu” dibuat oleh A seniman menjadi B karya seni untuk C penonton Yudiaryani, 2006: 3. Penonton merupakan elemen penting sehingga sebuah pertunjukan bisa disebut sebagai teater. Pemain, sutradara, dan seperangkat pendukungnya bekerja untuk menyampaikan pesan dalam teks lakon kepada penonton. Menyaksikan sebuah pertunjukan teater merupakan hiburan tersendiri bagi penonton. Selain itu, penonton juga berkeinginan untuk mengambil amanat dari commit to user 36 pertunjukan yang ditonton. Harymawan 1993: 193 menyebutkan tiga alasan penonton menyaksikan pertunjukan teater, yaitu ingin tertawa, untuk menangis, dan untuk digetarkan hatinya karena terharu. Seorang penonton menyaksikan teater sebagai dunia khayalan dan ilusi yang mampu mengobati atau mengurangi penat dalam dunia sesungguhnya. Lanjutnya, Harymawan pun menuliskan beberapa alasan lain penonton menyaksikan pertunjukan teater. Teater memecahkan rutin kehidupan manusia, memberikan istirahat bagi kerutan-kerutan dahi manusia dengan memberikan hiburan dan pemuasan kebutuhan yang tidak terisi dalam pekerjaan atau kehidupannya sehari- hari. Teater juga memberikan pengalaman seni dan keindahan yang unik secara emosional. Daya tariknya terletak pada kemungkinan manusia untuk mengambil bagian secara khayali dalam aksi-aksi dramatis. Inilah peranan penonton dalam pertunjukan teater. Penonton adalah raja yang menginginkan dilayani oleh para abdinya. Penonton menginginkan sebuah pertunjukan yang baik dan menghibur. Untuk itulah seorang atau sekelompok orang yang sedang menjalani proses teater harus menampilkan sebaik mungkin pementasan agar penonton merasa puas dengan pertunjukan yang disaksikannya. Karena itulah, Hasanuddin W.S. 2009: 212 mengatakan bahwa keinginan penonton menyaksikan pementasan drama adalah untuk terhibur tertawa dan terharu sedih, menangis, dan bukan untuk bertemperamental marah-marah. Bertemperamental adalah wujud dari ketidakpuasan penonton sebagai akibat dari ketidaksempurnaan pertunjukan. commit to user 37 d. Tata panggung Dalam teater, tata panggung sering disebut dengan istilah scenery. Dalam istilah lain, sering dipakai pula istilah set panggung, setting panggung, atau dekorasi. Harymawan 1993: 108 mendefinisikan dekorasi scenery sebagai pemandangan latar belakang background tempat memainkan lakon. Pengertian tersebut meliputi pula peletakan perabot properti dan komposisi panggung. Riantiarno 2003: 68 memberikan pemilahan yang jelas antara setdekor, set property, hand property, dan properti. Menurutnya, setdekor adalah bagian bendagambar di panggung yang sifatnya permanen, misalnya rumah. Set property yaitu isi dari rumah itu, kursi, meja, lemari, dan sebagainya. Hand property adalah properti yang dibawa oleh pemain. Sedangkan properti adalah pelengkap dari set property. Tata panggung adalah pengelolaan unsur kebendaan yang ada di panggung. Penataan yang dilakukan harus mematuhi prosedur kerja yang telah digariskan. Sebagaimana pemain, penata panggung pun harus mempelajari naskah terlebih dahulu sebelum menata atau mendekor panggung. Dari naskah yang dibaca, penata panggung menggambar, mengkomunikasikan dengan sutradara, pemain, dan kru panggung lainnya, lalu merealisasikan ide dan gagasannya tersebut. Fungsi utama set panggung adalah sebagai penunjang bagi terciptanya tempat, waktu, dan keadaansuasana Riantiarno, 2003: 63. Tata panggung yang baik adalah yang mampu merepresentasikan tempat, ruang, waktu, dan suasana dalam adegan di panggung serta menjadi bagian yang menyatu dari sebuah pementasan. Dengan commit to user 38 demikian, pemahaman dan penafsiran terhadap naskah menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh seorang penata panggung. Secara khusus, unsur-unsur di atas panggung ditata sedemikian rupa sehingga bisa memberikan gambaran lengkap yang berfungsi untuk menjelaskan suasana dan semangat lakon, periode sejarah lakon, lokasi kejadian, status karakter peran, dan musim ketika lakon dilangsungkan. Perlu diketahui pula jenis-jenis panggung yang biasa digunakan dalam pertunjukan teater karena hal ini berpengaruh terhadap kerja penata panggung. Ada beberapa jenis panggung, tetapi oleh Riantiarno 2003: 64-65 hanya disebutkan dua saja, yaitu panggung prosenium dan panggung arena. Panggung prosenium adalah panggung yang hanya dapat dilihat penonton dari satu sisi saja, yaitu dari depan. Panggung arena adalah panggung yang dikelilingi penonton sehingga setiap sudut bisa dilihat oleh penonton. Eko Santosa, dkk. 2009: 391 menambahkan jenis panggung trust selain dua jenis panggung sebelumnya. Panggung trust hampir mirip dengan panggung prosenium tetapi dua pertiga bagian panggung menjorok ke penonton sehingga sisi kanan dan kiri panggung bisa ditempati penonton. Panggung jenis ini biasa dinamai pula dengan panggung jenis tapal kuda. Berdasarkan jenis-jenis panggung yang ada, penata panggung harus memperhitungkan perspektif penonton. Set tidak boleh mengganggu pandangan penonton dari sisi manapun. Penataan set harus memperhitungkan besar panggung, arena bermain, dan sebagainya. Intinya, tugas tata panggung hanya mendukung commit to user 39 jalannya pementasan, memberikan ilustrasi, dan tidak berdiri sendiri sebagai cabang kesenian lain. e. Tata cahaya Sama halnya dengan tata panggung, tata cahaya juga berperan membantu pementasan di panggung. Tata cahaya berfungsi menerangi panggung, memberi suasana, memberi bentuk, dan memisahkan antara panggung dengan penonton. Atas fungsinya sebagai penerang panggung, dapat dikatakan bahwa cahaya merupakan unsur terpenting dalam pementasan teater. Sebagaimana teater tradisional wayang, unsur terpentingnya adalah blencong yang dapat membentuk bayangan wayang itu sendiri. Mark Carpenter dalam Eko Santosa, dkk., 2009: 331-332 menjelaskan adanya empat fungsi dasar tata cahaya, yaitu penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir. Fungsi penerangan sebagaimana telah disebutkan di depan yaitu mempertunjukan aktivitas di panggung. Fungsi dimensional berupa kemampuan cahaya dalam membentuk benda di panggung. Cahaya juga dapat digunakan untuk menentukan atau memilih objek yang hendak disinari. Yang paling menarik dari tata cahaya yaitu kemampuannya dalam membangun suasana panggung dengan kombinasi warna, intensitas cahaya, dan bentuk-bentuk cahaya yang dihasilkan. Keempat fungsi pokok tata cahaya di atas tidak berdiri sendiri. Artinya, masing-masing fungsi memiliki interaksi saling mempengaruhi. Fungsi penerangan dilakukan dengan memilih area tertentu untuk memberikan gambaran dimensional objek, suasana, dan emosi peristiwa . commit to user 40 Tugas seorang penata cahaya sama dengan penata panggung, yaitu mendukung permainan di panggung, memberikan ilustrasi dan suasana panggung, serta menjadi bagian yang menyatu dengan permainan di panggung. Keseluruhannya menjadi sebuah kepaduan dalam kerangka pementasan teater. f. Tata suara Tata suara dalam hal ini berupa instrumen yang mengiringi sebuah pertunjukan teater. Wujudnya bisa berupa musik, efek suara, dan juga seperangkat teknologi yang dikembangkan untuk menghasilkan bunyi. Fungsinya sama dengan tata artistik yang lain yaitu memberi suasana dalam pertunjukan teater. Musik biasanya digunakan pula untuk membangkitkan emosi pemain, mengatur tempo dan irama permainan, dan menambah nuansa sehingga muncul suasana tertentu. Efek suara biasanya dihadirkan ketika suatu adegan perlu penekanan. Misalnya suara hujan, petir, pistol, telepon, dan sebagainya. Pada teater modern, suara pemain bahkan sudah dibantu dengan menghadirkan teknologi, misalnya teknik miking, pengeras suara, dan sebagainya. g. Tata busana Untuk mendukung watak dan karakter tokoh, dibutuhkan busana yang mampu memisahkan, membedakan, dan memberikan bentuk pada masing-masing tokoh. Salah satu yang membedakan tokoh juragan dan pembantu adalah pakaian yang dikenakannya. commit to user 41 Eko Santosa, dkk. 2009: 310 menjelaskan fungsi busana dalam teater, yaitu a mencitrakan keindahan penampilan; b membedakan satu pemain dengan pemain yang lain; c menggambarkan karakter tokoh; d memberikan efek gerak pemain; dan e memberikan efek dramatik. Fungsi-fungsi tersebut akan tampak ketika dikaitkan dengan lakon yang dibawakan. Tata busana sendiri didefinisikan sebagai segala sandangan dan perlengkapannya accessories yang dikenakan di dalam pentas Harymawan, 1993: 127. Pengertian segala mengacu pada semua yang dikenakan oleh pemain, baik baju, celana, topi, sepatu, syal, dan sebagainya. Oleh karenanya, dijelaskan pula bahwa busana dalam pertunjukan teater digolongkan menjadi lima bagian, yaitu a pakaian dasar atau foundation; b pakaian kakisepatu; c pakaian tubuhbody; d pakaian kepalaheaddress; dan e perlengkapan-perlengkapan accessories. h. Tata rias Hampir sama dengan tata busana, tata rias pun memiliki fungsi yang sama. Fungsi karakterisasi pemain menjadi hal terpenting dalam teater. Dengan rias, pemain dapat disulap menjadi karakter yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pertunjukan teater. Tata rias berkaitan erat dengan tata busana. Keduanya akan selalu berunding untuk memperoleh karakter yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pertunjukan. Harymawan 1993: 135 menjelaskan kegunaan rias dalam teater sebagai berikut: a merias tubuh manusia, artinya mengubah yang alamiah nature menjadi commit to user 42 yang budaya culture dengan prinsip mendapatkan daya guna yang tepat; b mengatasi efek tata lampu yang kuat; dan c membuat wajah dan kepala sesuai dengan peranan yang dikehendaki. Sementara Riantiarno 2003: 72 memberikan penjelasan yang lebih sederhana tentang manfaat tata rias yaitu untuk memperjelas wajah dan ketokohan pemain. Dengan balutan busana dan riasan yang sesuai dengan karakter tokoh, dipadukan dengan teknik bermain dan penjiwaan yang memadai, jadilah sebuah akting di atas panggung. i. Cerita atau lakon Unsur terpenting dari teater adalah cerita atau lakon. Unsur ini merupakan jawaban dari semua pertanyaan tentang unsur-unsur yang lain. Melalui cerita inilah sutradara memilih pemain, pemain memainkan perannya, kru artistik mendesain, dikombinasikan, lalu disajikan di hadapan penonton. Semua komponen dalam teater akan dipadukan dan disatukan melalui naskah atau cerita. Kesembilan unsur yang telah disebutkan di atas sebenarnya dapat diringkas menjadi tiga unsur saja, yaitu pelaku atau manusia sebagai unsur utama, artistik sebagai unsur penunjang, dan cerita sebagai unsur penjalin. Unsur utama meliputi sutradara, pemain, dan penonton. Artistik meliputi tata panggung, tata cahaya, tata busana, tata rias, dan tata suara. Sementara itu, cerita tetap berdiri sendiri sebagai unsur penjalin di antara semua unsur yang ada. commit to user 43

6. Struktur Teater