Alasan kita tidak dapat menghitung-hitung nikmat allah adalah karena

Islam menekankan kepada umat Muslim agar senantiasa bersyukur.

Republika/Fitriyan Zamzami

Islam menekankan kepada umat Muslim agar senantiasa bersyukur. Ilustrasi syukur

Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bersyukur memang tidak mudah, oleh karenanya Allah SWT memberikan ganjaran berlipat ganda untuk orang-orang yang mampu untuk mensyukuri nikmat-Nya. Perintah untuk bersyukur pun kerap disebutkan Allah SWT dalam Alquran.  

Baca Juga

Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri dalam kitabnya berjudul Minhaj al-Muslim menjelaskan, seorang Muslim hendaknya melihat segala sesuatu yang telah diberikan Allah kepadanya dengan tiada terhingga.

Yakni berupa kenikmatan yang tiada terhitung, terlindungnya dia pada saat menempel di dalam rahim ibu, hidup di dunia, dan menentukan perjalanan hidupnya hingga menuju Allah SWT.   

Dalil mengenai sumber kenikmatan itu pun kerap disebutkan dengan beragam redaksi. Misalnya, Allah SWT berfirman dalam Alquran surat An-Nahl ayat 53:

 وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ “Wa ma bikum min ni’matin faminallahi.” Yang artinya: “Dan apa saja nikmat yang ada padamu dari Allah-lah datangnya.”  

 Dalam Alquran surat An-Nahl ayat 18, Allah berfirman:  وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا “Wa in ta’uddu ni’matallahi la tuhshuha.” 

 Yang artinya: “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan sanggup menghitungnya.”

Maka, perintah untuk bersyukur pun diikatkan pula dengan dalil. Seperti di dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 152 berbunyi: فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ  “Fadzkuruuniy adzkurkum wasykuruuliy wa la takfuruun.” 

Yang artinya: “Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku.” 

Di dalam Surah Az-Zumar, Allah kembali menegaskan perintah untuk bersyukur: لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ “La taqnathu min rahmatillahi". Yang artinya: "Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah."  

  • Syukur
  • keutamaan syukur
  • pahala syukur
  • perintah syukur
  • dalil syukur

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Jika menyelaminya lebih lanjut, ayat tersebut bukan ayat yang biasa saja kawan. Benar, ayat ke-18 dari Surah An-Nahl tersebut adalah ayat yang kaya akan makna. Masyaallah, segala puji bagi Allah tuhan semesta alam.

Hadiah dari Alah

Berbicara soal nikmat Allah, tentu bentuknya sangat banyak. Tak heran jika manusia beriman tak dapat menghitung jumlah nikmat yang di berikan Allah SWT. Karena memang Allah tak luput memberi nikmat kepada manusia setiap waktu sepanjang hidupnya.

Hmmm… sayangnya masih banyak manusia yang hanya memahami bahwa nikmat dari Allah swt., hanyalah nikmat yang tampak senang saja di cover-nya seperti uang, kesempatan berlibur, dan pakaian-pakaian baru. Padahal jika di tinjau, ada beberapa hal yang tidak menimbulkan senyum dan bahagia di raut wajah termasuk nikmat. Contohnya adalah sakit.

Sudah bukan rahasia lagi jika sakit merupakan nikmat dari Allah, sebagai Mahapenyayang. Lewat sakit, dosa-dosa kita akan berguguran, setan-setan dan api neraka pun turut akan menjauhi kita. Sebab ketika kita sakit, banyak dari kita yang tidak bisa melakukan maksiat bahkan menyesali dosa lalu yang telah di perbuat. Masyaallah.

Kesulitan-kesulitan yang sering kita alami juga merupakan hadiah dari Allah Swt. Kesulitan tersebut menguji kita hingga pada akhirnya kita menyadari bahwa sesungguhnya kita sedang terbang untuk kedudukan yang lebih tinggi. Mungkin beberapa dari kita belum menyadarinya. Tapi pasti kedudukan tidak serta merta hanya kedudukan yang wah di sisi manusia saja. Yang lebih penting adalah kedudukan di mata Allah, sebagai tuhan semesta alam.

Baca Juga  Ilusi Kesempurnaan

Jika kita tinjau kembali, salah satu aspek yang mengucurkan banyak nikmat, yakni ketika sedang diberi sakit yang menguji sabar, ikhlas, dan dzikir. 3 hal tersebut membalik segala keburukan dengan nikmat yang tidak ternilai harganya. 

Nikmat dari Allah sangat jelas tidak ternilai dan tidak dapat dibeli lewat harta benda sebanyak apapun karena nikmat Allah datangnya hanya dari Allah sendiri. Meskipun alam semesta yang memberikan wujudnya, tetap tidak lain dan tidak bukan yang menciptakan alam semesta seisinya adalah Allah swt.

Menghitung Nikmat Allah

Hal yang selanjutnya kita akan gali adalah bagaimana sih cara kita bersyukur terhadap nikmat-nikmat yang telah Tuhan berikan? Apakah seberat itu cara untuk bersyukur? Apa bersyukur akan mengurangi nikmat kita?

Sahabat, bersyukur tidaklah sulit untuk dilakukan. Cara paling mudah untuk bersyukur adalah dengan mengucap alhamdulillah dan berwajah ceria. Dengan begitu kita akan memberi hal positif kepada tubuh kita sendiri dan kepada orang lain di sekitar kita. Tidak berat bukan?

Segala yang datang dari Allah adalah baik dan apabila kita sikapi dengan baik, maka akan membuahkan hal baik yang berlipat ganda. Selain dicintai Allah apabila kita bersyukur terhadap nikmat-Nya, kita juga akan disayangi seluruh makhluk di muka bumi. 

Membahas mengenai tentang menghitung nikmat Allah, hal tersebut merupakan perbuatan maksiat loh Rahmania. Menghitung nikmat Allah artinya kita meragukan apa yang Allah swt., tetapkan untuk kita. Meragukan jika Allah, selalu memiliki hal baik yang akan diberikan untuk seluruh hambanya.

Jika kita menghitung-hitung nikmat Allah, tentu kita juga tidak bisa menghitung secara pasti berapa banyak jumlahnya. Mungkin juga nikmat Allah yang kita anggap kecil tidak masuk dalam hitungan yang kita lakukan. Artinya memang nikmat Allah luasnya melebihi luas dunia ini.

Baca Juga  22 Maret Kemarin adalah 9 April di tahun lalu: Saya Telah Gagal

Dalam hidup saya, saya juga pernah melakukan dosa dengan ragu bahwa kegagalan merupakan nikmat Allah. Ketika gagal SNMPTN 2021 tepatnya. Kerjaan saya di situ hanya bersedih dan berpikir kenapa sih Allah kasih gagal? 

Hari-hari saya dalam seminggu hanya diisi dengan sedih, overthinking, ibadah pun kurang khusyuk karena memikirkan kegagalan tersebut. Rasanya seperti sedang terputus dari rahmat Allah Swt., astaghfirullah. Terus menerus seperti itu sampai setiap hari ibu menenangkan.

Allah Memberi yang Terbaik

Saat ingin daftar SBMPTN pun saya ingat jika saya daftar karena ayah dan teman-teman saya. Kurang lebih saya merasa sangat terpaksa dan tidak bersemangat saat itu. Impian-impian saya rasanya tidak ada gunanya lagi menyangkut kegagalan saat SNMPTN.

Ketika ingin tes SBMPTN pun saya baru menyiapkan persiapannya pagi harinya. Beres menyiapkan semua yang saya butuhkan, ayah pulang dari kantor. Kebetulan hari saya saat tes SBMPTN adalah hari kedua di bulan Ramadhan, setidaknya saya bisa menahan diri untuk menampilkan wajah masam karena tidak niat. Bukan tidak niat sebenarnya. Saya masih takut akan kegagalan saat itu, takut jika saya harus gagal lagi. Saya sudah berusaha, akan tetapi tetap saja rasanya kegagalan seperti menghantui. 

Ketika mengerjakan soal-soal tes saya merasa aneh karena merasa tenang. Cukup tenang. Bahkan di beberapa pertanyaan yang saya tidak bisa jawab, saya tenang. Di situ saya berpikir bahwa yang harus saya lakukan hanyalah dzikir kepada Allah swt. Dengan mengingat Allah, hati memang cenderung akan merasa tenang.

Tiba saat hari pengumuman, nikmat yang tak terduga datang dari Allah. Saya dinyatakan lolos SBMPTN. Fyi, walaupun prodi ketika SNMPTN dan SBMPTN yang saya pilih sama, tetapi saya memilih PTN yang berbeda. PTN yang saya pilih ketika SNMPTN menjadi pilihan kedua saat SBMPTN. 

Baca Juga  Memaknai Perbedaan dalam Olahraga

Ya, ini adalah nikmat yang tiada tara sepanjang tahun 2021. Saya akhirnya merasa senang yang sangat senang. Saya diterima di perguruan tinggi yang lebih baik dari perguruan tinggi yang Allah gagalkan dalam SNMPTN. Sempat insecure untuk memilih PTN yang sedang saya jadikan tempat menimba ilmu saat ini, tetapi saya malah terjebak disini.

***

Hal ini memberikan bukti nyata. Bahwa tiadalah maksud Allah ketika memberikan suatu kegagalan untuk kita selain untuk memberikan suatu nikmat yang lebih baik dari apa yang kita inginkan. 

Sudah saatnya kita menyadari nikmat Allah sesungguhnya sangat bertebaran dan tidak bisa dihitung jumlahnya. Dalam menyikapinya, Allah hanya meminta kita untuk bersyukur walaupun hanya dengan dzikir yang kita ucapkan. Tidak susah bukan? Dzikir dalam hati pun saja Allah akan memberi nikmat berupa pahala yang bisa menjamin kita untuk pergi ke surga.

Editor : Iefone Shiflana Habiba

Nama saya Febi, saya adalah mahasiswi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret untuk tahun angkatan 2021. Saya menyukai aktivitas membaca, mendengar musik, bercengkrama dengan orang lain, dan mengelilingi tempat-tempat yang berkesan